bonus

5.1K 231 2
                                        

Jarum-jarum di jam menunjukan pukul 1 pagi ketika Samuel James Sinaga membalikan tubuhnya dalam tidurnya untuk memeluk istrinya yang tidur di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum-jarum di jam menunjukan pukul 1 pagi ketika Samuel James Sinaga membalikan tubuhnya dalam tidurnya untuk memeluk istrinya yang tidur di sebelahnya.

Namun tangannya hanya menggapai ruang kosong tempat di mana Jace seharusnya tertidur pulas.

Dengan kerutan di dahinya, ia memaksa kedua matanya yang masih berat oleh kantuk untuk membuka. Memastikan bahwa istrinya benar-benar tidak berada di tempatnya.

Sam mengangkat tubuhnya hingga terduduk dan menyalakan lampu meja yang berada di sebelah ranjang berukuran king tersebut, matanya mencari-cari di ruangan yang gelap, namun hasilnya tetap nihil.

Pandangannya teralih ke arah pintu kamar mandi, namun tidak adanya cahaya yang menerobos dari sela-sela pintu tersebut menandakan bahwa istrinya juga tidak berada di sana.

Kedua kakinya turun dari ranjang, setelah beberapa saat ia berdiri dan mulai berjalan ke arah pintu kamarnya.

Mungkin Jace terbangun dan... I don't know... yeay! midnight snack? Batinnya pelan, namun ia merutuki dirinya yang terdengar bodoh akibat kalimat itu.

Langkah Sam terhenti di depan kamar nursery ketika ia mendengar suara gemerisik dari balik pintu ruangan tempat anak perempuannya yang baru berusia tiga bulan seharusnya sedang tidur dengan nyaman di baby cribnya. Kata kunci, seharusnya.

Ia membuka pintu sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara dan membangunkan Freya. Namun pemandangan di depannya membuatnya menaikan kedua alisnya dan pandangannya melembut.

Wanita yang sedari tadi ia cari, sedang berlutut di depan baby crib tempat Freya, dengan kepala yang berada di atas kedua tangannya yang terlipat, dan kedua mata coklatnya memperhatikan wajah anak perempuan mereka yang sedang tertidur lelap.

Sam berjalan mendekati kedua perempuan tersayangnya setelah Mama, dan berhenti tepat di belakang Jace sebelum ia menyentuh pundak wanita itu lembut.

Sebuah senyuman kecil mencapai bibirnya saat Jace mengangkat tubuhnya dan melirik ke arahnya malu-malu, seakan baru saja tertangkap melakukan sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan.

"Hai." Panggil Sam pelan.

Jace membalas dengan bisikan dan senyum kecil di bibirnya, "hai."

"Freya bangun?" Tanyanya sambil melirik bayi mungil yang tengah terlelap itu.

"Hah?"

Pandangan Sam teralih kembali ke wajah Jace, "kamu ada di sini karena Freya bangun?"

"Oh." Kedua alis Jace terangkat saat ia menangkap maksud pertanyaan Sam, "nggak..."

Sam menaikan salah satu alisnya dan memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Jace dengan lebih baik, "terus kenapa kamu di sini?"

Jace mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menundukan wajahnya, pertanyaan Sam dibiarkan menggantung.

"Hey, ada yang salah? Kamu kenapa?" Tanya Sam lembut sambil ikut berlutut di samping Jace dan merangkul pundaknya ketika ia menyadari ada hal yang mengganggu pikiran wanita itu.

Jace menggeleng dengan cepat, sebelum pandangannya kembali tertuju pada Freya.

"Jace..." coba Sam lagi, kali ini dengan lebih lembut.

Wanita itu menelan ludahnya sebelum akhirnya menghela napas pelan, "aku takut, Sam."

"Takut?"

"Iya, takut. Look at her, Sam. She's so small. Gimana kalau aku nggak sengaja jatuhin dia? Atau nyakitin dia? What if couldn't be a good mother? Or even a proper mother? Atau yang lebih buruk, gimana kalau dia benci aku?" Jace menjawab dengan cepat hingga suaranya terdengar seperti cicitan pada akhir kalimatnya, tangannya tanpa sadar meraih jari-jari mungil Freya dan air matanya mengancam akan tumpah dari pelupuk matanya.

Sam dengan lembut membalikan wajah Jace sehingga ia dapat menatap wanita itu tepat di matanya, kedua tangannya merengkuh wajah wanita itu dan ibu jarinya mengusap air mata yang jatuh di pipi istrinya.

"Hey, hey, stop. Kamu nggak akan ngelakuin hal-hal itu, Jace. You are a great mom already, dan kamu akan jadi ibu terbaik buat Frey. And she loves you, nggak mungkin kalau dia nggak sayang sama kamu."

"I'm scared that I would mess this up, Sam."

"You would not, Jace. Let me tell you alittle secret, I'm a bit scared too."

"You are?"

Sam mengangguk dan tersenyum kecil, "I am. We're both new to this, but we can do this together, okay? Now, you need sleep, beberapa jam lagi Freya pasti bangun buat minum susu. Dan lebih baik kalau kamu bisa tidur sebelum dia bangun nanti, you will need the energy."

Jace menghela napas dan mengusap puncak kepala Freya pelan, "I know... maaf aku bikin kamu jadi kebangun..."

Sam mengecup puncak kepala Jace dengan senyum di bibirnya, sebelum ia bangun dari posisinya dan menjulurkan kedua tangannya untuk membantu Jace berdiri.

"Nggak masalah, Jace. Lain kali kalau kamu gelisah karna hal ini lagi, kamu yang harus langsung bangunin aku. Karena aku nggak akan biarin kamu mikir hal buruk tentang diri kamu sendiri, atau kamu meragukan diri kamu. Deal?"

Jace tersenyum sebelum memeluk suaminya dengan erat, suaranya teredam di dalam dekapan Sam.

"Deal."

Keduanya berjalan kembali ke kamar mereka dengan langkah pelan, menutup pintu nursery setelah memastikan Freya masih tertidur dengan lelap.

Sam menutup pintu kamar mereka di belakangnya, mengawasi Jace yang sudah naik ke ranjang dan merebahkan diri sebelah ia biasa tidur.

Dengan langkah panjang, Sam menyusul wanita itu dan mematikan lampu meja yang tadi sempat ia nyalakan.

Tangannya meraih tubuh Jace dan menariknya ke dalam dekapannya, berharap sentuhannya dapat menghilangkan kekhawatiran wanita itu.

Jace beringsut mendekat ke dalam panas tubuh Sam, mencari rasa aman yang selalu ditawarkan oleh laki-laki itu.

Karena meskipun detik demi detik, hari demi hari, tahun demi tahun telah terlewati, laki-laki itu tetap dapat membuat hatinya tenang bahkan saat ia berjalan dalam badai petir sekalipun.

Keduanya terlelap tidak lama kemudian, saling mendekap satu sama lain, berbagi kehangatan baik tubuh, pikiran, dan hati.

Dan tidak ada lagi malam di mana Jace terbangun dan berjalan ke kamar nursery Freya, berjam-jam menatap bayi kecilnya dalam keraguan akan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu.

Tidak ada lagi hari di mana Sam harus meyakinkan istrinya dengan untaian kata penyemangat karena Jace merasa dirinya tidak cukup pantas.

Ya, yang tersisa hanyalah perasaan tenang di setiap hari mereka bersama gadis kecil mereka yang terus bertumbuh.

if you meet somebody and your heart pounds, your hands shake, your knees go weak, that’s not the one. When you meet your ‘soul mate’ you’ll feel calm. No anxiety, no agitation.
—Monica Drake

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang