Chapter Thirty Four - A Kiss

5K 315 0
                                    

"It feels like it's not even real

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It feels like it's not even real."

●CHAPTER THIRTY FOUR●

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu, Jace?"

Jace menengok ke arah sumber suara di sebelahnya dan tersenyum.

"Nothing.." Jawabnya sambil masih tersenyum.

"Nothing, tapi kamu masih senyum-senyum begitu. Apa yang kamu lihat di handphone kamu, sampai bisa bikin kamu senyum geli begitu?"

Jace duduk dari posisi tidurnya di sisi pojok ranjang dan mengahadap Sam yang sedang duduk di ujung ranjang. Ia meletakan ponsel miliknya ke bawah bantal kepala dan tersenyum semakin lebar melihat Sam yang sedang mengernyit.

Laki-laki ini bersikeras menungguinya hingga tertidur, setelah tadi ia menangis begitu keras saat masuk ke flatnya.

Ia merasa baik-baik saja selama perjalanan pulang dari rumah orang tua Sam, ia merasa baik-baik saja saat mengeluarkan semua perasaannya pada Stef.

Namun ketika ia membuka pintu flatnya dan memandang ke seluruh ruangan di flatnya, mencium wangi ruangan yang selama seminggu lebih telah menjadi rumahnya. Tempat ia melakukan hal-hal baru, merasakan hal-hal baru, tempatnya menjadi semakin dekat dengan Sam, air matanya tidak terbendung lagi.

Kedua kakinya lemas, sehingga ia merosot dari posisinya. Sam yang mengikutinya di belakang sangat terkejut melihat kejadian itu. Sam lebih terkejut lagi ketika melihat air mata yang sudah mengalir deras di kedua pipi Jace.

Dan setelah Jace puas menangis di pelukan Sam -setelah mereka berdua masuk ke dalam flat, Sam menolak meninggalkannya sebelum ia tertidur. Ia tidak ingin membayangkan Jace menangis sendirian nantinya, meskipun Jace sudah berusaha meyakinkannya bahwa ia tadi hanya menangis karena lega dan tidak akan menangis lagi.

Tapi Sam akan tetap menjadi Sam, Sam yang keinginannya tidak akan bisa dilawan oleh Jace.

"Jace, kenapa handphone kamu ditaruh di bawah bantal begitu? Dan kenapa kamu malah senyum-senyum tambah lebar, sih? Kamu yakin kamu nggak apa-apa?" Tanya Sam lagi.

Jace mengerutkan keningnya, berusaha menampilkan ekspresi yang sedang tersinggung kepada Sam karena kalimat Sam yang secara tidak langsung mengatakan ia sedang bersikap aneh. "I'm fine, just happy that everything's clear now." Jawabnya.

Sam menghela napas pelan dan tersenyum pada Jace -yang tanpa ia sadari telah membuat jantung Jace berloncatan dan menabrak organ lainnya saat ia tersenyum.

"So am I, I'm happy too. Tapi aku rasa bukan itu yang bikin kamu tersenyum terus-terusan setelah liat handphone kamu."

"Hah?"

"Siapa sih, yang daritadi kamu chat?" tanya Sam sekali lagi.

Dan Jace pasti akan melewatkan nada pada ucapan Sam jika ia mengalihkan perhatiannya sedikit saja. Tapi ia menangkap nada itu dengan jelas. Nada yang menunjukan bahwa Sam kesal karena tidak mengetahui siapa yang sedang mengobrol dengannya, dan berhasil membuatnya tersenyum tanpa henti.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang