Chapter Eight - Walk to Remember

5.7K 391 10
                                    

"And I have to admit that I don't hate it"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"And I have to admit that I don't hate it"

CHAPTER EIGHT—

Jace keluar dari kamar mandi dengan handuk di pundaknya dan satu tangan mematikan lampu kamar mandi.

Ia berjalan ke arah sofa dan menghempaskan dirinya ke atas sofa, lalu mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuknya. Jace menghembuskan napas panjang dan mengingat kejadian tadi pagi.

Sam mengajaknya berlari hingga sepuluh blok dan memutar kembali, itu berarti dua puluh blok untuk lari pagi. Sementara Jace hampir kehabisan napas dan merasa kakinya akan copot, laki-laki itu masih bisa tersenyum dan mengajaknya bicara sepanjang berlari.

Jace hanya menanggapinya dengan beberapa anggukan dan gumaman karena ia merasa bila ia bicara, ia akan ambruk saat itu juga.

Tapi laki-laki itu, ia masih sempat melompat-lompat di tengah-tengah perjalanan kembali ke arah flat Jace saat Jace meminta jeda untuk duduk dan mengistirahatkan kakinya. Mungkin dia semacam atlit yang menggunakan dopping, atau manusia super, atau monster.

Mungkin monster. Ya, mungkin itu.

Jace tersenyum mengingat tingkah laki-laki duapuluh tujuh tahun itu saat melompat-lompat di depan Jace. Laki-laki itu melompat-lompat sambil tersenyum dan bicara pada waktu yang sama, membuat Jace mau tidak mau ikut tersenyum melihatnya.

Tingkahnya benar-benar mengingatkan Jace pada Gwen, adik sepupunya yang berumur dua tahun apabila balita itu mendengar lagu kesukaannya.

Jace mengulang kembali seluruh percakapannya dengan Sam pagi tadi, membuatnya meringis memikirkan bahwa ia baru saja melewati pagi bersama kakak laki-laki Stef.

"Jadi kamu punya dua adik? Satu laki-laki dan satu lagi perempuan?" Tanya laki-laki itu sambil melompat-lompat kecil di hadapan Jace yang sedang duduk di bangku yang disediakan di dekat jogging track -mengatur napas.

"Yep, dan mereka berdua tumbuh dengan kecepatan yang luar biasa. Adik cowo gue sekarang badannya udah lebih tinggi dan lebih gede dari gue, dan dia baru kelas dua SMP. Gimana nanti dia SMA? Gue cuma berharap adik gue yang perempuan nggak tumbuh se-mengerikan itu nanti." Jawab Jace sambil menggelengkan kepala memikirkan Jerry dan Jesslyn.

"Yah, kadang pertumbuhan mereka memang lebih cepat dari kita. Kinda annoying, saya juga punya adik laki-laki dan tingginya hampir menyamai saya. Oh ya, umur kalian berdua juga sama. Hmm... dia kira-kira setinggi ini sekarang." Sam berhenti melompat dan menunjuk sedikit di bawah pelipisnya, memberitahu Jace setinggi apa adik laki-lakinya -Stef tentu saja.

Mengingat Stef, tubuh Jace langsung membeku.

"He's tall." Hanya itu komentarnya.

"Yeah, he is." Balas Sam tidak menyadari perubahan sikap Jace.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang