"He used to be my knight in shining armor."
—CHAPTER TWENTY THREE—
"Stef! Ini di sekolahan!"
Jace mendorong tubuh Stef menjauh darinya dan segera berlari keluar dari ruang kelas tanpa menengok ke belakang lagi. Ia bergabung dengan rombongan teman-temannya yang sedang menonton dance perform di panggung besar yang berdiri di halaman sekolahnya, berusaha membaur dengan kerumunan.
Jace hanya tersenyum ketika salah satu temannya bertanya darimana saja ia dan mulai berteriak menyemangati Maryln yang sedang tampil bersama grup dance-nya. Ia merasakan tatapan seseorang di balik punggungnya dan menahan diri untuk tidak menengok ke belakang, dan setelah beberapa saat, perasaan itu menghilang.
Jace memberanikan diri menengok ke belakang dan memutar kepalanya ke arah gerbang keluar sekolahnya dan mendapati Stef yang sedang berjalan melewati gerbang itu.
Tangan Jace menyentuh bibirnya dan turun ke dadanya, merasakan detak jantungnya yang sudah tidak beraturan. Beruntung jantungnya tidak jatuh ke lantai saat Stef menariknya ke pelukannya dan menciumnya di ruangan kelas tadi.
Astaga seseorang mungkin melihat mereka berdua. Dan besok Jace akan dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Atau tidak. Entahlah, kepalanya sudah tidak dapat berpikir dengan jelas lagi.
Jace tidak sadar bahwa Maryln dan grupnya sudah selesai tampil hingga para teman-temannya menghampirinya. Jace mengangkat wajahnya dan dihadapkan pada wajah teman-temannya yang memasang wajah bingung karena melihatnya hanya diam. Jace tidak tahu apa yang harus ia katakan dan lakukan, ia bahkan tidak tahu suaranya pergi kemana.
"Jace, lo kenapa?" Sada mengguncang bahu Jace.
"Jace muka lo bodoh banget, sumpah. Kaya ikan mas koki gue sebelum dia mati tenggelem minggu kemaren." Maryln bertanya dengan napas yang masih belum teratur karena penampilannya sebelumnya.
"Jace, lo jangan nakut-nakutin gue deh. Nggak lucu kalo lo kesambet siang-siang gini, kan?" sekarang Keyra bahkan ikut mengguncang bahu Jace.
"Jace? Lo lapar?" Pertanyaan ini datang dari Danissa yang dengan segera mendapat tatapan 'yang bener aja, makan mulu kerjaan lo!' dari teman-temannya yang lain.
Jace menggelengkan kepalanya pelan dan membuka mulutnya untuk bicara, namun yang keluar hanya bisikan sehingga membuat keempat temannya mengatakan "Hah??" dengan kompak dan memajukan telinga mereka ke arah Jace.
Setelah menarik napas dan berusaha bersuara lebih keras, Jace kembali membuka mulutnya untuk bicara. "Stef... kissed... me..."
Hening.
"HAAAAAAAAAHHHH?!?!"
"APA-APAAN?!"
"SUMPAH???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One (completed)
RomanceApa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseorang. Nomor dua di kehidupan seseorang yang selalu menjadi nomor 1 di hatimu. Pernahkah? Aku pernah. Da...