"Aw sh*t, what did I just do?"
-CHAPTER ELEVEN-
Jace sedang mengaduk pasta dengan sausnya, ketika tiba-tiba HP milik Sam berbunyi dari meja makan di tengah dapur.
Jace memperhatikan Sam dari ujung matanya menghampiri meja makan dan mengambil HP miliknya dan membuka pesan yang membuat HP itu berbunyi. Jace hampir saja membanting spatula milik Sam ketika melihat laki-laki itu tertawa kecil sebelum akhirnya membalas pesan itu.
Pesan dari siapa yang ia terima? Kenapa laki-laki itu terlihat bahagia membaca pesan itu? Siapa yang... kenapa Jace harus peduli? Jace tidak punya urusan dengan siapa laki-laki itu berkirim pesan ataupun tertawa atau tersenyum.
Jace hanya -pikiran Jace terputus ketika ia sadar bahwa ia belum mengalihkan tatapannya dari Sam yang sekarang sudah melihat ke arahnya. Jace langsung memalingkan wajahnya kembali ke arah pan dan mengaduk pasta dengan gerakan tidak menentu.
"Itu tadi adik laki-laki saya.." suara berat dari belakang Jace mengejutkannya -mengejutkannya karena suara yang muncul tiba-tiba dan juga karena kata-kata 'adik laki-laki' Sam, tentu saja maksudnya Stef.
Jace hanya diam sambil terus mengaduk-aduk pasta dihadapannya.
"Dia bilang ke saya supaya jangan sampai meracuni Papa sama Mama. Saya bilang nggak akan, saya punya Fortune Goddess yang bantu saya, dan dia tanya siapa." Lanjut Sam yang membuat Jace membalikan badannya ke arah Sam.
"Lo bilang apa??" tanya Jace panik. Takut Sam menyebutkan namanya pada Stef.
"Saya bilang saya punya Fortune Goddess..." ulang Sam dengan wajah bingung karena pertanyaan Jace.
"Apa lagi??" sela Jace cepat.
"Gak ada lagi, cuma itu aja... kamu kenapa Jace?" tanya Sam yang sekarang dahinyamulai mengerut karena bingung.
"No name spoken, kan??" tanya Jace makin panik.
"Nggak, saya gak bilang nama kamu. Sebenernya kamu kenapa sih Jace? Kenapa kamu panik banget? Memang kenapa kalau saya sebut nama kamu ke adik saya?" Sam meletakan HP-nya dan mulai berjalan menghampiri Jace dengan wajah semakin bingung.
Jace panik. Ia harus berpikir cepat untuk menjawab pertanyaan Sam. Apa? Apa yang harus ia jawab? Apa...?
"Gak apa! Gue cuma takut... eh.. adik lo salah paham! Nanti dia nanya tentang gue di depan orangtua lo dan mereka nanya ke lo dan lo bingung harus jawab apa dan lo jadi gak enak. Itu! Karena itu!" jawabnya dengan cepat dan panjang.
Sam berhenti tepat di depan Jace dan menatap Jace dalam, "saya gak keberatan ditanya tentang kamu oleh orangtua saya. Saya tinggal jawab sejujurnya dan..." Sam semakin mendekat, "kamu akan membuat nasib pasta kamu sama dengan pasta saya kalau kamu tetap diam seperti itu, Jace..." lanjutnya sambil menunjuk pan di belakang Jace.
KAMU SEDANG MEMBACA
Number One (completed)
RomansaApa pernah kalian menjadi nomor dua? No, kita tidak membicarakan nomor dua pada lomba lari atau peringkat di kelas. Tetapi nomor dua di hati seseorang. Nomor dua di kehidupan seseorang yang selalu menjadi nomor 1 di hatimu. Pernahkah? Aku pernah. Da...