Chapter Twenty Eight - The Owl

4.5K 314 2
                                    

"Every ink contains my soul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Every ink contains my soul."

CHAPTER TWENTY EIGHT


Jace keluar dari kamarnya dengan menggunakan pakaian lengkap dan rambut yang dibiarkan masih sedikit lembab meskipun sudah ia keringkan dengan hairdryer, ia memandang ke seluruh bagian flat-nya dan mendapati Bimo belum kembali.

Tepat saat ia akan melangkahkan kaki ke dapur, suara mobil berhenti di depan flat, membuatnya menghentikan langkahnya dan berjalan ke arah pintu.

Saat ia membuka pintu, Bimo sudah keluar dari mobil dan mengunci mobilnya kembali. Mendapati Jace menunggunya di pintu flat, Bimo tersenyum dan mempercepat langkahnya untuk menghampiri Jace.

"Jadi, ada rumah yang menarik perhatian lo?" Canda Jace pada Bimo yang sudah menjulang di depannya.

"Iya, gue mau beli rumah yang ada di ujung jalan. Kayanya bagus. Pink semua begitu, kan lucu." Bimo membalikan candaan Jace, mengakibatkan Jace tertawa kecil sebelum berjalan masuk ke dalam flat.

Bimo mengikuti Jace dan menutup pintu di belakangnya. Ia memperhatikan Jace yang berjalan ke arah kulkas dan membukanya, kemudian membungkukan tubuhnya untuk melihat isi kulkasnya.

"Udah sarapan?" Tanya Jace yang masih membungkukan tubuhnya di depan kulkas.

"Belom, ada apa?" Bimo berjalan ke arah bar yang memisahkan dapur dan ruang tamu, lalu melongokan tubuhnya ke arah kulkas dibalik bar.

"Gue bisa bikinin pancake sama baked chicken fillet kalo lo mau nunggu.."

"Sounds good. Gue bisa nunggu, kok.." begitu Bimo menyuarakan jawabannya, Jace mengeluarkan Tupperware besar berisi daging dada ayam filet yang sudah dibumbui olehnya, sekotak susu, dan telur dari kulkas.

Bimo memperhatikan Jace yang menyalakan oven di bawah kompor, mengatur panasnya dan mengambil tray dari kabinet di bawah top table, meletakan empat potong dada ayam di atasnya.

Jace melihat ke arahnya dan menyadari wanita itu sedang meminta persetujuan mengenai jumlah ayam yang ia letakan, Bimo segera tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arah Jace.

Jace membalasnya dengan senyuman kecil sebelum mengambil beberapa bumbu dan menambahkannya di atas potongan ayam mereka. Ia meninggalkan ayam mereka di atas meja dan beralih ke rak di pojok dapur untuk mengeluarkan tepung dan mangkuk, sebelum memasukan susu, telur dan tepung ke dalammangkuk dan mulai membuat adonan untuk pancake.

Bimo tersenyum melihat Jace yang mulai bekerja dengan serius dan mengalihkan perhatiannya ke seluruh flat Jace, tersenyum ketika menyadari Jace masih wanita semi-berantakan yang pernah ia kenal dulu.

"Mo.." Panggilan Jace mengembalikan perhatian Bimo pada Jace yang sedang menatapnya, Bimo menaikan alisnya pada Jace.

"Tolong adukin adonannya, gue mau masukin ayamnya."

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang