Chapter Seven - One Morning

6K 431 4
                                    

"Seriously? I literally just woke up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seriously? I literally just woke up."

-CHAPTER SEVEN-

Jace terbangun dengan getaran di kepalanya -di bagian bawah bantal kepalanya lebih tepatnya. Dengan mata yang masih tertutup rapat, Jace mencoba menggapai HP di bawah bantalnya dan membuka layarnya dengan satu gerakan.

Sinar yang datang dari layar HP-nya membuat matanya yang memang masih setengah tertutup itu sakit. Mencoba membiasakan matanya dengan sinar HP-nya, Jace mengerjapkan matanya beberapa kali.

Kemudian barulah ia dapat melihat dengan jelas apa yang membuatnya terbangun oleh getaran tadi. Sebuah pesan baru. Jace langsung membukanya dengan jiwa yang masih belum terkumpul dan setengah sadar.

From : +6285765832365

Saya minta ID Line kamu.
ASAP.

Jace hanya mengangguk-angguk pelan dengan mata yang masih tertutup hampir seluruhnya dan mengetikan balasan dengan cepat, mengirimnya, menguap lebar, lalu menyelipkan HP-nya kembali ke bawah bantal dan memejamkan mata lagi.

Barulah setelah ia memejamkan mata, ia mengerutkan dahi. Dia tidak mengenal nomor barusan. Apa dia baru saja memberitahukan ID Line-nya begitu saja? Dan, rasanya ia pernah melihat nomor tidak dikenal itu.

Jace membuka matanya dengan cepat, bangun dari posisi tidurnya dan menarik bantalnya -melemparnya ke ujung ranjang, dan mengambil HP-nya. Ia membuka kotak masuk dan mengecek nomor barusan. Sam.

"What an idiot you have turned into, Jace." Gerutunya sambil mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan karena baru bangun tidur. Jace menatap HP-nya nanar ketika HP-nya bergetar lagi.

Sebuah pemberitahuan muncul di bagian atas layarnya.

+Samuel J. Sinaga added you as Line friend

Jace menatap kembali layar HP-nya sebelum akhirnya membuka pemberitahuan itu, yang menampilkan halaman chat kosong dengan Sam.

Tiga tombol pilihan muncul di bagian atas ruangan chat itu.

Jace mempertimbangkan memencet tombol block sebelum menggelengkan kepalanya pelan, jarinya menyentuh tombol yang ia tahu akan ia sesali nantinya.

+Add

"Oh, gue bakal nyesel setengah mati." Keluhnya kemudian meletakan Sony-nya di night stand di sebelah ranjang dan bangkit dari ranjang. Ia sama sekali tidak tertarik untuk tidur lagi. Tidak lagi. Itu aneh. Jace selalu ingin tidur di setiap kesempatan, bangun sesiang mungkin dan tidur di manapun. Tapi tidak pagi ini. Keinginannya menguap begitu saja.

Jace memutuskan untuk keluar dari kamar, mengambil handuknya, dan mandi. Mami Jace pasti akan melakukan pesta selamatan kalau tahu anak perempuan pertamanya bisa bangun sepagi ini di hari libur -langsung mandi pula.

Setelah keluar dari kamar mandi ia melirik jam dinding di dekat TV, jam 06.45 pagi. Jace baru saja akan bertepuk tangan untuk dirinya sendiri kalau saja saja tidak ingat apa alasan ia bangun sepagi ini. Ia buru-buru masuk kamar dan mengambil Sony-nya, berharap tidak ada pemberitahuan apapun yang masuk.

Dan ia salah, ada pemberitahuan chat baru di Line miliknya. Jace membukanya sambil berdoa -entah apa yang ia doakan.

Samuel J. Sinaga
•Jace
•Saya mau lari pagi
•Mau ikut?

Jace menatap pesan itu dan mengecek jam diterimanya -jam 06.10, sudah lewat 35 menit dan pasti laki-laki itu sudah lari pagi tanpanya. Jace memutuskan untuk membalas Line itu dengan jujur, laki-laki itu pasti tidak akan membalas, dia pasti sedang lari. Yap, tidak akan. Batin Jace sambil mengetik pesannya.

Joanne Jace Wijaya
•Gue baru selesai mandi
•Sorry
•Lo pasti lagi lari ya sekarang?

Jace menghembuskan napas dan baru saja akan menyimpan Sony-nya ketika nada chat masuk berbunyi.

Samuel J. Sinaga
•Sebetulnya saya belum mulai. Saya tunggu balasan dari kamu
•Kamu sudah mandi?
•Well, kalau begitu kayanya saya harus lari sendirian pagi ini
•Sorry to bother you Jace
•Have a great morning :)

Perasaan tidak enak langsung melanda Jace, laki-laki itu menunggu balasan darinya selama dua puluh menit dan bukannya satu atau dua menit. Dia menunda lari paginya selama dua puluh menit hanya untuk menunggu balasan dari Jace.

Oh God, not again. Batin Jace keras. Jace segera menuliskan balasan untuk Sam dengan cepat.

Joanne Jace Wijaya
•Wait
•Gue ikut
•Ketemu dimana?

Samuel J. Sinaga
•Really? Bukannya kamu sudah mandi?
•Saya ke flat kamu, dari sana kita lari bareng.
•See you in 10 minutes

Jace segera mencari sepatu lari, tanktop sport, celana gym pendek dan jaketnya, kemudian menimbang apakah ia harus membawa handphone dan headset-nya atau tidak. Jace memutuskan meninggalkan keduanya di flat, toh ia akan berlari dengan seseorang, dan pasti akan tidak sopan jika ia mengenakan headset sepanjang jalan.

★★★

Tidak sampai sepuluh menit laki-laki itu sudah berada di depan flat Jace. Terengah-engah dan berkeringat karena berlari sepanjang jalan.

"Lo butuh minum dulu?" Tanya Jace sedikit khawatir melihat kondisi Sam saat baru saja akan menutup pintu.

"Kalau boleh." Jawabnya sambil tersenyum dan terengah-engah.

Jace masuk kembali ke dalam flatnya tanpa membuka sepatu larinya -sepatu itu masih bersih karena memang baru dicuci agar bisa dibawa ke flat, kemudian menuju dapur dan mengambil gelas dari kabinet, mengisinya dengan air dari dispenser dan membawanya keluar rumah, memberikannya kepada Sam.

Laki-laki itu menerimanya dengan sukacita dan menghabiskannya dengan cepat lalu mengembalikan gelasnya pada Jace. Jace meletakan gelas nya di balik tembok sebelah pintu dan menutup pintu, menguncinya dan berjalan ke arah Sam.

"Ingetin gue kalo gue naro gelas di situ." Katanya sambil menunjuk gelas -yang tentu saja terhalang oleh tembok, dengan ibu jarinya.

"Oke..." Sam menatap Jace dari atas sampai bawah, kemudian kembali lagi ke wajahnya, dihadapkan dengan ekspresi Jace yang bingung.

"Kamu gak bohong waktu kamu bilang kalau kamu udah mandi, ternyata." Ucapnya, "Saya kira kamu bercanda."

"Gue beneran udah mandi. Emang tampang gue kaya orang bercanda?"

"Tadi kan saya nggak lihat muka kamu? Apa selanjutnya kamu lebih pilih saya video call?"

Jace memelototkan matanya sebelum menggeleng cepat, bisa copot jantung gue.

"Terus nanti kamu mandi lagi?"

"Ya, mau gimana lagi?"

"Maaf kalau saya bikin kamu mandi dua kali pagi ini."

"Gak apa, gue juga niat mau lari pagi kok, tapi lupa, jadi yah.." Jace terdiam, "mau mulai kapan?" Lanjutnya.

"Sekarang, yuk." Ajak Sam sambil tersenyum dan mulai berlari kecil mendahului Jace. Jace menyusul di belakangnya dengan kecepatan yang sama.

****

If you don't mind, please hit that Vote and Comment to support me!

Love,
Jays.

Number One (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang