"Bersamaan dengan acara ini saya selaku CEO dari Martadipura Group dengan ini menyerahkan jabatan saya kepada putra tunggal saya, Raditya Martadipura."
Riuh tepuk tangan menggema di seluruh ruang ballroom saat Darmawan Martadipura selesai melakukan pidatonya di atas panggung. Dengan itu, maka resmilah Radit menjabat sebagai CEO di perusahaan ayahnya.
"Hebat ya temanmu itu. Masih muda udah bisa gantiin ayahnya," ujar Rafi yang dibalas dengan anggukan setuju oleh Aldi. Mereka berdua menghampiri Radit dan Darmawan yang baru saja turun dari atas panggung.
"Selamat ya, Pak. Sekarang bisa pensiun nih," ujar Rafi sambil menyalami Darmawan.
"Ah, pak Rafi ini bisa aja."
"Congrats ya, Nyet," ujar Aldi.
Radit menaikkan-turunkan kedua alisnya. "Ya nggak?"
"Yoi banget! Oh jadi ini sebabnya lo maksa kita-kita buat dateng. Dasar tukang pamer." Aldi menyikut Radit.
"Hoi, Nyet!" teriak Andre dengan suara nyaringnya. Sontak Rafi dan Darmawan melirik ke arahnya. Mereka hanya bisa geleng kepala melihat Andre berlari ke arah mereka.
"Widihhh. Mantap!" ujar Andre begitu tiba di hadapan mereka. "Hey, Ndre! Papamu mana?" tanya Darmawan.
"Ada di belakang. Jalannya lelet, jadi saya tinggal, Om." Andre cengengesan sembari menggaruk tengkuknya.
"Dasar anak durhaka!" sahut Darmawan.
Tawa mereka langsung pecah saat tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya muncul dan langsung menjewer telinga Andre. "ANAK SABLENG!"
"Aw... Aw... Sakit, Pa." Andre meronta.
"Tega ya papanya ditinggal sendirian di pom bensin! Nanti kalo Papa diculik gimana?"
Aldi menepok jidat. Bapak sama anak nggak ada bedanya. "Ih Papa pede banget sih. Papa 'kan udah bangkotan, nggak ada yang napsu nyulik Papa." Perkataan Andre itu malah membuat papanya, Arnold, semakin semangat menjewer anaknya. "Hiihhh, dibilangin sama orangtua nggak boleh ngejawab!" "Ya ampun, Pa. Nanti Andre aduin ke Kak Seto baru tau rasa deh. Ini udah termasuk kekerasan terhadap anak lho." Darmawan tertawa. "Sudah-sudah Pak Arnold. Kasian Andre-nya."
Akhirnya Arnold melepaskan jewerannya.
"Oh, iya! Hampir lupa. Selamat ya Radit, Darmawan." Arnold menyalami anak dan bapak itu bergantian.
"Iya sama-sama. Makasih banyak ya sudah menyempatkan hadir," ujar Darmawan.
Mereka semua mengobrol tentang kemajuan bisnis mereka masing-masing. Sedangkan, anak-anak mereka sibuk menyicipi segala hidangan yang tersedia di sana.
"Eh gila ini enak, Nyuk. Lo harus coba!" Andre menyuapi paksa sesuap daging mentah ke dalam mulut Aldi.
"Huekkkkkk." Aldi langsung memuntahkannya. "Apaan enak? Hueekkk.... rasanya aneh."
"Norak dasar!" Radit menimpali.
"Aldi. Ayo ikut Papa sebentar. Papa mau kenalin kamu sama teman Papa," ujar Rafi.
Aldi kemudian mengekori langkah Rafi.
"Hy, Tom!" Rafi menepuk pundak laki-laki berumur empat puluhan di depannya. Laki-laki itu menoleh, sejurus kemudian tersenyum. Ada rasa rindu menyeruak dari dalam mata keduanya.
"Udah lama nggak ketemu." Laki-laki itu langsung memeluk Rafi. Cukup lama sampai membuat Aldi sempat memasang ekspresi tak wajar di wajahnya.
"Itu karena kamu terlalu sibuk kerja," balas Rafi diiringi tawa ringan di ujung kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomanceLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...