Letta terbangun dengan kepala sakit dan perasaan bingung, menyadari dirinya kini berada di tempat yang asing. Dengan susah payah, gadis itu menggeser posisinya. Tak menyangka kepalanya akan seberat dan sepening itu. Setelah berhasil duduk, barulah ia tersadar sedang berada di mana dirinya sekarang. Oh kamar Raka... Wait! Kamar Raka? KAMAR RAKA?! Cewek itu panik sepanik-paniknya. Ia langsung mengecek ke bawah selimut. Bernapas lega begitu menemukan pakaiannya masih utuh melekat di tubuhnya.
"Oh, udah bangun." Suara yang terdengar ringan itu mendorongnya untuk menoleh ke arah pintu yang ada di sisi kanan. Matanya membulat menemukan siapa yang baru masuk ke dalam kamar dan kini duduk di tepi ranjang tempatnya berbaring.
"Lo..." Letta menggantung ucapannya.
"Gue Karin." Gadis itu tersenyum ramah padanya. Senyum yang entah kenapa malah membuat Letta jengkel. "Iya gue tau kok," ungkapnya tak acuh "Masih inget gue?" Karin tampak tak percaya.
Letta manggut. Ingetlah! Cewek jablay yang pernah tidur sama mantan gue 'kan? batinnya. "Kok gue bisa ada di sini sih?"
"Raka yang bawa lo ke sini tadi malam. Lo mabuk terus pingsan gitu katanya." Karin menyodorkan segelas air ke arahnya. "Diminum dulu."
Ditanggapinya minuman itu. Dengan perlahan, ia meneguk. Terasa lebih baik.
"Oh ya, Let." Gadis itu mengulum bibir bawahnya seakan cemas. Bimbang apakah harus mengutarakan sesuatu yang sejak tadi ada di benaknya. Karin menghela napas. "Maaf ya soal gue sama Raka kemarin. Gue sama dia bener-bener nyesel udah ngelakuin i—"
"Uhukk!! Uhukk!!" Letta tersedak. "Bisa nggak sih nggak usah bahas hal aneh? Lo nggak liat gue lagi minum?!" kata Letta kesal dengan nadanya yang setengah memaki.
Mulut Karin yang hendak terbuka untuk membela diri langsung terkatup begitu Letta menodongkan pelototan tajam ke arahnya. Karin terdiam. Mendadak waswas dengan gadis di depannya itu. Salah-salah gue bisa kena jambak nih, Karin membatin.
Baru saja ingin bangkit, Karin dikejutkan oleh Raka yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar dengan keringat menghias dahinya. Cowok itu terlihat tergesa seperti sedang dikejar sesuatu.
"Kamu kok udah nyampe sini? Katanya jam delapan? Aku belum buatin sarapan." Karin kebingungan menatap Raka yang ngos-ngosan di depannya.
Raka tak punya banyak waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Setelah berhasil mengatur napas yang tersengal, Raka menyibak selimut yang menutupi sekujur tubuh Letta.
"Gue anter lo pulang sekarang. Aldi OTW rumah lo!" katanya tergesa.
"WHAATTTTTT????"
***
Hanya butuh sepuluh menit untuk mencapai rumah Letta dengan kecepatan penuh dan didukung oleh jalanan yang kebetulan sepi pagi itu.
Begitu tiba di rumahnya, Letta langsung berlari naik ke kamar, mengganti mini dress kusut yang masih melekat di tubuhnya dengan baju tidur kebangsaannya—piyama pink dengan motif Hello Kitty bersayap yang menggenggam tongkat bintang dengan kedua tangannya. Gadis itu melompat naik ke atas ranjang, mengacak-ngacak rambutnya, lalu berbaring ketika menangkap suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah.
"Itu pasti Aldi deh!"
Letta buru-buru menutup matanya. Tak lama, terdengar derap langkah kaki seolah menaiki tangga. Letta semakin gugup. Ia merasakan sesuatu yang ganjal dari penampilannya, seolah ada yang terlewat, tapi apa itu Letta tak tahu betul.
"Let, gue masuk ya! Nggak dikunci 'kan? Asyik!" suara Aldi terdengar bersamaan dengan suara dorongan pintu kamarnya.
"Astaga... masih tidur." Aldi geleng-geleng kepala melihat Letta yang masih tertidur membelakanginya. "Cewek kok begini amat yak. Ntar kalau udah jadi istri gimana, yang bangunin gue bukannya lo malah alarm, Let."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomanceLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...