Tiga

611K 22K 536
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya :)
Happy reading ^.^

***

Letta bergeming, menatap lurus pada objek indah di seberang  sana. Jauh. Cukup jauh sekitar lima meja dari tempat ia duduk  di kantin sekolah sekarang. Tapi mata sehatnya itu masih bisa  menangkap sosok berbadan tegap yang mengenakan baju kutung  basket dengan peluh mendominasi dahinya. Terlihat kucel, namun  masih tetap tampan di mata gadis itu. 

Raka Fernando. Cowok yang sudah hampir dua tahun  membuatnya tak pernah absen duduk di pinggir lapangan saat  jadwal latihan tim basket sedang berlangsung. 

Nanti sore nonton Raka latihan basket ah! pikirnya seraya  menyeruput orange juice dalam genggamannya.

Tek!

Letta tersentak, kaget. Kepalanya langsung mendongak tajam.  Melihat Aldi yang baru datang dan langsung meletakkan nampan  di atas mejanya. Pandangannya kini teralih pada isi nampan tersebut. Sepiring nasi goreng, semangkok bakso, beberapa pisang  goreng, dan segelas jus avokad. 

"Astaga!" Letta menganga. "Lo ngapain?" 

"Ghuwe? Yha mhakanlah," ujar Aldi tak jelas. Mulutnya  kini penuh dengan nasi goreng yang belum ia telan pada suapan  ketiga. Makan segini banyak? batin Letta.

"Ih! Makannya jangan di sini. Sana gih! Lo merusak  pemandangan, tahu nggak?!" ujar Letta sembari mengibas-ngibaskan  tangannya.

"Buta?" 

"Apa lo bilang?!!" Letta melotot. 

Aldi lantas menghentikan aktivitas makannya, lalu menatap  Letta. "Tuh ternyata lo juga tuli. Tadi lo bilang merusak  pemandangan? Mata lo rabun ya nggak bisa lihat cowok seganteng  dan sekeren ini?" 

"Cih!" Letta memutar bola matanya. "Sana gih! Kayak nggak  ada tempat lain aja."

"Emang nggak ada," balas Aldi. 

Letta mendorong lengan Aldi agar cowok itu cepat-cepat  menyingkir dari tempat duduknya. Tapi seberapa kuat usahanya  mendorong Aldi, tubuh Aldi yang lebih besar darinya itu tak  bergeser sedikit pun. 

"Lo ngapain sih? Ah elah, ribet amat. Enggak liat gue lagi  makan?" gerutu Aldi.

"Pergi nggak!" usir Letta, untuk ke sekian kalinya gadis itu  melototinya. 

"Enggak!" sergahnya. Aldi mendekat, lalu tiba-tiba menoyor  kepala Letta. "Lo aja gih yang pergi." Ia mengibas-ngibaskan  telapak tangannya sebelum kembali menyuapkan nasi goreng ke  dalam mulut.

Letta akhirnya jengah juga. Ia akhirnya bangkit dari tempatnya  duduk setelah menyeruput habis orange juice miliknya. Ingin  sekali cepat-cepat menghindar dari cowok nyebelin di sebelahnya  ini. Tapi ketika ingin beranjak, Aldi tiba-tiba meraih pergelangan  tangannya.

"Mau ke mana lo?" ujar Aldi tanpa sedikit pun melirik ke  arahnya.

Letta mengempaskan tangan Aldi. "Ke mana aja yang penting  nggak ketemu lo!" katanya seraya angkat kaki dari sana.

"Gih! Sana jauh-jauh! Ke Zimbabwe kalau perlu. Jangan  balik-balik ya!" teriak Aldi.

***

"Yap! Selesai," ujar Letta setelah menorehkan mascara Anna  Sui pada bulu mata lentiknya. Ia harus tampil cantik. Kalau nggak  begitu, nggak akan bisa flirting ke Raka. 

Drrtt... Drrtt....

Kezia Adinda Gianni: Miss Hardjojo, malam ini ke Exodus yuk

BBM dari Kezia. Letta berdecak. Benar-benar deh! Cewek ini  nggak ada kapok-kapoknya setelah tadi malam dikerjain Kevin  abis-abisan, dan malam ini malah ngajakin Letta ke clubbing lagi. Amazing!

Arletta Hardjojo: G!

Drrtt... Drrtt...

Letta melirik handphone-nya lagi. Kali ini matanya hampir lompat membaca isi pesan itu.

Kezia Adinda Gianni: Gue lupa bilang. Gue sekelas sama kapten basket kesayangan lo itu. Jangan marah kalo dia gue embat :P

"DEMI APA?!" pekik Letta histeris.

***

Sesuai rencana, Letta kini duduk pada salah satu bangku panjang yang terletak di pinggir lapangan basket. Sepuluh meter di depannya, Raka berlari sambil men-dribble bola menuju ring. Cowok itu kemudian melompat dan melakukan slam dunk. Berhasil! Nggak sampai di situ, cowok itu menutup pertunjukannya dengan bergelantung beberapa saat pada ring. Pemandangan yang membuat seluruh cewek di pinggir lapangan meneriaki namanya.

Agak sesak setiap kali melihat Raka berlarian dengan memakai baju kutung yang membebaskan lengannya. Terlihat begitu hug-able. Letta terkikik sendiri karena pemikirannya. Kadang sesekali ia mencuri gambar Raka saat sedang latihan seperti ini untuk dijadikannya sebagai wallpaper handphone-nya. Memang terkesan fanatik, tapi itu merupakan kebahagiaan sendiri. Seperti para fansgirl lain yang suka mengoleksi barang-barang berbau idolanya, Letta pun tak mau kalah.

Tuk!

Letta refleks melihat ke bawah saat sesuatu dirasakan membentur sneakers-nya. Ternyata bola basket.

"Woy! Bolanya!" teriak Raka.

Letta langsung mengangguk. Dengan tangan gemetar, ia  memungut bola itu. Tenang. Tenang. Jaga image! Batinnya ketika  sesuatu dalam dirinya ingin berteriak keras, menyorakkan kebahagian  karena kesempatan berharga seperti sekarang ini akhirnya datang.

Letta terpaku. Bola matanya langsung fokus menatap Raka  yang sudah berdiri di depannya. Kakinya mendadak lemas seperti  jeli menyadari sedekat apa mereka sekarang. Tangan cowok itu  kini terbuka. 

"Bolanya," katanya.

Letta mengerjap, sadar jika ini bukan saatnya untuk melamun.  "Nih!!" ujarnya seraya menjulurkan bola.

"Thanks ya, hmmm—" Raka terlihat berpikir.

"Letta! Nama gue Letta!" potong Letta cepat. Gadis itu  langsung menutup rapat mulutnya ketika melihat perubahan  ekspresi di wajah Raka. Sadar jika reaksinya terlalu berlebihan. Raka terkekeh. "Oh ya, thanks ya, Letta!" 

Wajah Letta memerah seketika itu juga. Tak sanggup  membendung kebahagiaan di hatinya.

"Woy, Rak! Lama banget ngambil bola doang!" teriakan  Kevin dari lapangan. Letta menoleh. Pandangannya dengan  Kevin sempat beradu sesaat, sedetik sebelum Raka menoleh, lalu  menganggukkan kepala. Letta masih ingat dengan dia, cowok  berengsek yang hampir saja menjajah tubuh sahabatnya tempo hari.

"Gue ke sana ya," ujar Raka. Cowok itu sekali lagi tersenyum  ke arahnya sebelum kembali bergabung bersama timnya di tengah  lapangan. 

Sambil tersenyum, Letta melirik jam tangan Gucci berwarna  pink di pergelangan tangannya. Sudah pukul empat sore. Diraihnya  tote bag Mango berwarna baby pink kesayangannya sebelum  beranjak dari tempat itu.

Letta berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah ringan.  Koridor sekolah sudah sepi sore itu, membuatnya semakin leluasa  menggumamkan beberapa bait lagu cinta yang sesuai dengan  suasana hatinya sekarang ini.

"Please... shhh... Al!"

Letta terdiam. Langkahnya melambat saat telinganya menangkap  sayup suara aneh dari dalam ruangan di sebelah kanannya. Ini  kan ruang UKS. Masa di ruang UKS ada yang begituan. Letta  menggeleng, menepis pikiran anehnya. 

Namun, ada secuil perasaan penasaran yang terlintas di  benaknya. Akhirnya, tanpa berpikir panjang, gadis itu membuka  pintu UKS dengan sangat perlahan. Kosong. Tapi terdengar suara  aneh dari balik tirai berwarna tosca yang menutupi ranjang paling  pojok di ruangan itu. 

Letta mendekati tirai itu, dengan ragu ia menyibaknya. "Aldi...."

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang