Jangan lupa vote dan komen ya :)
Happy reading ^.^***
Letta bergeming, menatap lurus pada objek indah di seberang sana. Jauh. Cukup jauh sekitar lima meja dari tempat ia duduk di kantin sekolah sekarang. Tapi mata sehatnya itu masih bisa menangkap sosok berbadan tegap yang mengenakan baju kutung basket dengan peluh mendominasi dahinya. Terlihat kucel, namun masih tetap tampan di mata gadis itu.
Raka Fernando. Cowok yang sudah hampir dua tahun membuatnya tak pernah absen duduk di pinggir lapangan saat jadwal latihan tim basket sedang berlangsung.
Nanti sore nonton Raka latihan basket ah! pikirnya seraya menyeruput orange juice dalam genggamannya.
Tek!
Letta tersentak, kaget. Kepalanya langsung mendongak tajam. Melihat Aldi yang baru datang dan langsung meletakkan nampan di atas mejanya. Pandangannya kini teralih pada isi nampan tersebut. Sepiring nasi goreng, semangkok bakso, beberapa pisang goreng, dan segelas jus avokad.
"Astaga!" Letta menganga. "Lo ngapain?"
"Ghuwe? Yha mhakanlah," ujar Aldi tak jelas. Mulutnya kini penuh dengan nasi goreng yang belum ia telan pada suapan ketiga. Makan segini banyak? batin Letta.
"Ih! Makannya jangan di sini. Sana gih! Lo merusak pemandangan, tahu nggak?!" ujar Letta sembari mengibas-ngibaskan tangannya.
"Buta?"
"Apa lo bilang?!!" Letta melotot.
Aldi lantas menghentikan aktivitas makannya, lalu menatap Letta. "Tuh ternyata lo juga tuli. Tadi lo bilang merusak pemandangan? Mata lo rabun ya nggak bisa lihat cowok seganteng dan sekeren ini?"
"Cih!" Letta memutar bola matanya. "Sana gih! Kayak nggak ada tempat lain aja."
"Emang nggak ada," balas Aldi.
Letta mendorong lengan Aldi agar cowok itu cepat-cepat menyingkir dari tempat duduknya. Tapi seberapa kuat usahanya mendorong Aldi, tubuh Aldi yang lebih besar darinya itu tak bergeser sedikit pun.
"Lo ngapain sih? Ah elah, ribet amat. Enggak liat gue lagi makan?" gerutu Aldi.
"Pergi nggak!" usir Letta, untuk ke sekian kalinya gadis itu melototinya.
"Enggak!" sergahnya. Aldi mendekat, lalu tiba-tiba menoyor kepala Letta. "Lo aja gih yang pergi." Ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya sebelum kembali menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut.
Letta akhirnya jengah juga. Ia akhirnya bangkit dari tempatnya duduk setelah menyeruput habis orange juice miliknya. Ingin sekali cepat-cepat menghindar dari cowok nyebelin di sebelahnya ini. Tapi ketika ingin beranjak, Aldi tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.
"Mau ke mana lo?" ujar Aldi tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.
Letta mengempaskan tangan Aldi. "Ke mana aja yang penting nggak ketemu lo!" katanya seraya angkat kaki dari sana.
"Gih! Sana jauh-jauh! Ke Zimbabwe kalau perlu. Jangan balik-balik ya!" teriak Aldi.
***
"Yap! Selesai," ujar Letta setelah menorehkan mascara Anna Sui pada bulu mata lentiknya. Ia harus tampil cantik. Kalau nggak begitu, nggak akan bisa flirting ke Raka.
Drrtt... Drrtt....
Kezia Adinda Gianni: Miss Hardjojo, malam ini ke Exodus yuk
BBM dari Kezia. Letta berdecak. Benar-benar deh! Cewek ini nggak ada kapok-kapoknya setelah tadi malam dikerjain Kevin abis-abisan, dan malam ini malah ngajakin Letta ke clubbing lagi. Amazing!
Arletta Hardjojo: G!
Drrtt... Drrtt...
Letta melirik handphone-nya lagi. Kali ini matanya hampir lompat membaca isi pesan itu.
Kezia Adinda Gianni: Gue lupa bilang. Gue sekelas sama kapten basket kesayangan lo itu. Jangan marah kalo dia gue embat :P
"DEMI APA?!" pekik Letta histeris.
***
Sesuai rencana, Letta kini duduk pada salah satu bangku panjang yang terletak di pinggir lapangan basket. Sepuluh meter di depannya, Raka berlari sambil men-dribble bola menuju ring. Cowok itu kemudian melompat dan melakukan slam dunk. Berhasil! Nggak sampai di situ, cowok itu menutup pertunjukannya dengan bergelantung beberapa saat pada ring. Pemandangan yang membuat seluruh cewek di pinggir lapangan meneriaki namanya.
Agak sesak setiap kali melihat Raka berlarian dengan memakai baju kutung yang membebaskan lengannya. Terlihat begitu hug-able. Letta terkikik sendiri karena pemikirannya. Kadang sesekali ia mencuri gambar Raka saat sedang latihan seperti ini untuk dijadikannya sebagai wallpaper handphone-nya. Memang terkesan fanatik, tapi itu merupakan kebahagiaan sendiri. Seperti para fansgirl lain yang suka mengoleksi barang-barang berbau idolanya, Letta pun tak mau kalah.
Tuk!
Letta refleks melihat ke bawah saat sesuatu dirasakan membentur sneakers-nya. Ternyata bola basket.
"Woy! Bolanya!" teriak Raka.
Letta langsung mengangguk. Dengan tangan gemetar, ia memungut bola itu. Tenang. Tenang. Jaga image! Batinnya ketika sesuatu dalam dirinya ingin berteriak keras, menyorakkan kebahagian karena kesempatan berharga seperti sekarang ini akhirnya datang.
Letta terpaku. Bola matanya langsung fokus menatap Raka yang sudah berdiri di depannya. Kakinya mendadak lemas seperti jeli menyadari sedekat apa mereka sekarang. Tangan cowok itu kini terbuka.
"Bolanya," katanya.
Letta mengerjap, sadar jika ini bukan saatnya untuk melamun. "Nih!!" ujarnya seraya menjulurkan bola.
"Thanks ya, hmmm—" Raka terlihat berpikir.
"Letta! Nama gue Letta!" potong Letta cepat. Gadis itu langsung menutup rapat mulutnya ketika melihat perubahan ekspresi di wajah Raka. Sadar jika reaksinya terlalu berlebihan. Raka terkekeh. "Oh ya, thanks ya, Letta!"
Wajah Letta memerah seketika itu juga. Tak sanggup membendung kebahagiaan di hatinya.
"Woy, Rak! Lama banget ngambil bola doang!" teriakan Kevin dari lapangan. Letta menoleh. Pandangannya dengan Kevin sempat beradu sesaat, sedetik sebelum Raka menoleh, lalu menganggukkan kepala. Letta masih ingat dengan dia, cowok berengsek yang hampir saja menjajah tubuh sahabatnya tempo hari.
"Gue ke sana ya," ujar Raka. Cowok itu sekali lagi tersenyum ke arahnya sebelum kembali bergabung bersama timnya di tengah lapangan.
Sambil tersenyum, Letta melirik jam tangan Gucci berwarna pink di pergelangan tangannya. Sudah pukul empat sore. Diraihnya tote bag Mango berwarna baby pink kesayangannya sebelum beranjak dari tempat itu.
Letta berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah ringan. Koridor sekolah sudah sepi sore itu, membuatnya semakin leluasa menggumamkan beberapa bait lagu cinta yang sesuai dengan suasana hatinya sekarang ini.
"Please... shhh... Al!"
Letta terdiam. Langkahnya melambat saat telinganya menangkap sayup suara aneh dari dalam ruangan di sebelah kanannya. Ini kan ruang UKS. Masa di ruang UKS ada yang begituan. Letta menggeleng, menepis pikiran anehnya.
Namun, ada secuil perasaan penasaran yang terlintas di benaknya. Akhirnya, tanpa berpikir panjang, gadis itu membuka pintu UKS dengan sangat perlahan. Kosong. Tapi terdengar suara aneh dari balik tirai berwarna tosca yang menutupi ranjang paling pojok di ruangan itu.
Letta mendekati tirai itu, dengan ragu ia menyibaknya. "Aldi...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
Storie d'amoreLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...