Dua Puluh Satu

412K 19K 2.5K
                                    

"Jatuh cinta itu hanya untuk manusia yang kuat, Let."

*

"Sumpah! Gue nggak bisa percaya Raka ngelakuin semuanya." Begitu respons Kezia usai mendengar sad story dari Letta. Mereka hanya tinggal berdua di kamar, sedangkan Aldi dan kawan-kawannya sudah pergi entah ke mana, mungkin sedang tour mengelilingi rumah Letta.

"Gue juga." Letta tertunduk.

"Realita yang nggak sesuai sama ekspektasi itu udah biasa. Walaupun itu terasa sadis, tapi gue percaya kalau itu cara Tuhan buat ngebuka mata lo. Biar lo sadar siapa sebenarnya orang yang lo cintai. Biar lo sadar juga siapa orang yang benar-benar cinta sama lo." Kezia menepuk-nepuk bahu Letta.

"Tapi setelah apa yang gue rasain dua tahun belakangan ini, apakah gue bisa move on?" Letta mendongak menatap Kezia dengan mimik wajah ragu. Takut langkah yang ia akan ambil salah. Hatinya masih terlalu rentan untuk disakiti lagi.

"Kalau itu cuma lo yang tahu jawabannya." Kezia tersenyum hangat membawa Letta ke dalam pelukannya. "Jadi diri sendiri, Let," bisiknya.

***

"Nah, yang ini gue namain Naruto. Ingetin ya, Vin. Yang ada tompel putih di jidatnya namanya Naruto. Nah yang sebelahnya itu Sakura. Yang paling bohay tuh," oceh Radit seraya menunjuk-nunjuk ikan dari atas jembatan semen berbentuk pohon yang ada kolam koi di bawahnya.

"Eh, biar lengkap tambahin Sasuke dong. Nggak adil lo ngasih namanya," balas Vino.

"Ya udah. Yang di pojokan itu Sasuke. Dia misah sendiri soalnya lagi diculik Orochimaru," kata Radit.

"Eh, tadi yang paling bohay ganti ah. Jangan Sakura! Tsunade aja ya." Radit mengangguk menyetujui ide dari Vino.

"Ya udah berarti sekarang kita cari lagi Sakura-nya," katanya. Setelah itu, keduanya sibuk mencari ikan mana yang pas memerankan tokoh Sakura dalam serial drama yang sebentar lagi akan mereka buat. Persis lima meter dari tempat mereka berdiri, Aldi dan Andre sedang membicarakan perihal masalah Letta.

"Gue udah duga kejadian kayak gini bakal terjadi setelah kemarin liat Karin di Volks Cafe," ujar Andre begitu Aldi selesai menceritakan kejadian tadi malam. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di gazebo menghindar dari ribut-ribut Radit dan Vino yang masih heboh memperhatikan ikan koi.

"Dan kenapa skenarionya benar-benar mirip sama apa yang lo alamin ya, Di," tambahnya. Aldi hanya mengangkat bahu menanggapi ucapan Andre.

"Kasihan Letta," lirih Andre. Ia melirik Aldi. Sahabatnya itu malah melamun, seperti ada banyak hal yang sedang dipikirkan.

"Lo lagi mikirin apa?" selidik Andre.

"Nggak lagi mikir apa-apa."

"Jangan bohong. Muka lo kebaca," tuding Andre. Merasa tertangkap basah, akhirnya ia jujur. Aldi menghela napas sebelum mulai berbicara.

"Gue cuma lagi bingung sama perasaan gue," gumamnya.

"Lo bukan lagi bingung. Lo cuma belum siap nerima kenyataan kalau lo udah mulai jatuh cinta lagi." Andre tersenyum begitu perkataanya sukses membuat wajah Aldi menegang.

"Sok tahu ah lo!" elaknya. 

"Muka lo kebaca!"

"Au ah! Emangnya muka gue buku?!" gerutu Aldi.

"Muka lo kayak koran. Penuh dengan informasi. Hahahha," canda Andre.

"Sial!" Aldi mentoyor kepala Andre.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang