Dua belas

393K 17.5K 736
                                    

Hari ini Letta terpaksa pulang naik taksi karena Raka sedang ada latihan basket dadakan. Selama sebulan mereka pacaran, baru kali ini seperti itu. Padahal setahu Letta tim basket sekolahnya sedang tidak mengikuti turnamen apa pun.

"Udah sampe nih, Dek," ujar sopir di depannya.

"Oh iya. Ini ya, Pak. Kembaliannya ambil aja!" Letta memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah kepada sang sopir.

"Aduh, Dek. Makasih banyak ya!" ujar sopir itu dengan muka yang amat cerah. Letta melangkahkan kaki memasuki pekarangan rumahnya. Saat melewati garasi, ia melihat Maybach Daddy-nya bertengger di sana. Tak biasanya Daddy pulang secepat ini.

"Daddy!!!? Where are you???" teriaknya sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

"Ruang kerja!" suara Tommy terdengar dari arah ruang kerja di sebelah kamarnya.

Letta beranjak ke lantai atas tempat di mana Daddy-nya berada.

"Daddy!!" ujarnya begitu masuk ke dalam ruang kerja. Letta langsung memeluk Tommy. Sudah menjadi kebiasaannya melakukan hal itu setiap Tommy pulang kerja.

"Iya, Sayang?" Tommy mengelus rambut Letta.

"Daddy kok pulangnya cepet? Tumbet banget." Letta melepaskan pelukannya.

"Iya nih. Ada dokumen yang ketinggalan dan harus diantar. Kebetulan ada kamu di sini." Tommy membelakanginya, lalu meraih map yang ada di meja kerjanya.

"Aku?" Letta bingung.

"Iya. Nah ini dia. Tolong kamu antarkan ini ke rumah Aldi ya. Ini dokumen penting sekali tentang kerja sama perusahaan Daddy dengan ayahnya Aldi." Daddy menyodorkan map merah itu kepada Letta.

"Whattt?? No no no!!!" Letta mendorong map tersebut ke arah Tommy.

"Ayolah Let. Kalau kamu nggak mau, Daddy nggak kasih uang jajan nih. Biarin kamu kelaperan!" ancam Tommy.

"Ih, aku 'kan nggak tahu rumah Aldi." Letta mengerucutkan bibirnya.

"Nanti Daddy kasih alamatnya. Udah pokoknya kamu harus anterin dokumen ini. Daddy nggak menerima penolakan. Oke?" Letta menerima map tersebut dengan sangat terpaksa. Baru ingin istirahat, malah disuruh nganter beginian, gerutunya dalam hati.

"Sekalian lewat aja, Dad."

"Aduh, 'kan kantor Daddy sama rumahnya Aldi lawan arah. Pokoknya map ini harus sampai ke rumah Aldi hari ini karena harus ditandatangani buat meeting besok sama perusahan masing-masing. Oke? Daddy harus balik lagi ke kantor nih. Jangan sampai nggak dianterin ya. Bye, Sweety." Tommy memberi kecupan di dahinya, lalu berpaling pergi meninggalkan Letta yang masih mematung dengan wajah kesal bercampur dengan ngantuk.

***

Sepulang sekolah, Aldi ditarik dengan paksa ke gudang belakang sekolah yang sepi.

Bruggg!

Tubuh Aldi terlempar ke belakang ketika mendapat pukulan telak di perutnya. Ia segera bangkit, tapi tak lama sudah dihadiahi pukulan di wajahnya. Bau anyir darah serta-merta menyerebak di mulutnya. Dengan tertatih Aldi bangkit, melihat tetes-tetes darah jatuh ke tanah. Aldi memeriksa luka di wajahnya. Terasa perih ketika ia menyentuh ujung bibir dan dahinya. Rupanya dari situ tetesan darah berasal. Kepalanya terasa nyeri, namun dipaksakannya untuk tetap berdiri walau sedikit limbung.

"Maksud lo apa, huh? Jadi begini cara lo nyelesain masalah? Kampungan!" ujar Aldi tak terima.

"Karena gue udah memperingati dan lo nggak paham, jadi nggak ada cara lain." Raka tersenyum.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang