Tiga Puluh Tiga

287K 16.8K 1.2K
                                    

Terkadang punya status pun nggak ngejamin pasangan kita bakal setia, itu 'kan yang juga lo rasain sekarang?

*

Vino dan Aldi mana tahu midnight sale akan sehoror ini. Mereka hanya bisa mematung dan ternganga menyaksikan peristiwa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Syok. melihat cewek-cewek segabruk di dalam mal. TENGAH MALAM. Berlari-larian layaknya sedang melakukan simulasi kebakaran. Letta bahkan sudah melepas heels boots-nya dan berlari kencang ke arah stand tas merek Elle. Sedangkan, Kezia baru saja berhasil mengamankan sepasang heels putih dari mbak-mbak berbaju sabrina merah di depannya.

"Sadis!" komentar Vino.

Aldi mengangguk. "Udah gue duga."

"Ini sih lebih pas disebut senggol bacok sale," kata Vino prihatin melihat pacarnya yang sedang berebut sepotong baju dengan tante-tante.

"Ini punya gue, Bitch!" Kezia melotot, menarik kasar dress hitam yang baru sedetik disentuh tante-tante dengan make-up menor di sebelahnya. Setelahnya, gadis itu langsung berlari kembali. Matanya berkilat melihat tumpukan bra di keranjang besi besar.

"Good!" gumam Vino. "Cari yang renda-renda, Beb!" teriaknya.

Kezia tak sempat menoleh, namun ia mendengarnya. Gadis itu mengobrak-abrik tumpukan pakaian dalam itu dengan kekuatan penuh. Di dalam arena diskon ini, yang paling sangat dibutuhkan adalah kesabaran dan kecepatan. Siapa yang cepat, dia yang dapat.

"Nah iya! Yang itu aku suka. Ya, ya, yang kanan. Yang ada pitanya." Vino menunjuk bra berwarna pink saat Kezia membentangkan benda itu di depan dadanya.

Aldi menyikut perut Vino. "Eh, lo kok ikutan heboh sih?! Malu-maluin aje."

"Sstttt! Lo nggak liat?" Vino menunjuk tumpukan pakaian dalam yang ada di sana. "Itu semua imut-imut, Di."

"BODO AMAT!" Nggak penting pakaian dalamnya, yang penting siapa yang make. Kalau yang make tante-tante gendut di pojok sana juga nggak ada imut-imutnya kali, Vin.

"Arrggghhh... Itu yang dipegang mbak-mbak baju biru bagus, Beb." Vino kelepasan. Mbak-mbak itu sontak melotot ke arahnya, membuat Vino menunduk sambil menggesek-gesekan sepatunya ke lantai. "Mampus gue."

Aldi kembali memperhatikan Letta. Gadis itu mematung di depan etalase tas. Terlihat sedang berpikir.

"Nggak usah pilih salah satu kalau lo bisa beli dua-duanya," teriak Aldi ke arahnya.

Letta kemudian mengangguk, lalu mengambil kedua tas berwarna biru dan kuning yang sejak tadi membuatnya terpaku.

Aldi menepuk bahu Vino. "Untung kita cuma kebagian bayar belanjaan di kasir nanti."

"Gue juga ogah kalau disuruh ikut rebutan."

Mereka menghela napas lega. Tak lama setelah mendengar jeritan:

"Kyaaaa... Sepatunya diskon 50%!"

"Kez!!! Buy 1 get 2!"

"Let, ini yang sebulan lalu ada di majalah sekarang diskon 70%!!!"

Akhirnya Letta dan Kezia sudah tiba di hadapan mereka membawa barang belanjaan segunung.

"Nih, bayar sana."

Kedua cewek itu menyodorkan semua barang yang ada di genggaman mereka.

"Kasirnya di mana?" tanya Vino.

"Tuh!"

Mata Vino mengikuti arah yang ditunjuk oleh jari Kezia. Ia tersentak. Antrean di tiga lajur kasir bukan main panjangnya. Semakin panjang ketika matanya menangkap rombongan orang dengan barang belanjaan segunung berjalan ke arah kasir, bahkan ada yang sampai menyeret barang belanjaan menggunakan karung saking banyaknya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang