I know I can't be stronger
Even I try to forget you
Oh no I am missing you
I need you
*
Letta melirik tiket pesawat yang ada di genggamannya. Nama daerah asing yang belum pernah didengarnya. Entah daerah itu tidak famous atau karena ia yang tak pernah memperhatikan saat Bu Rini menerangkan pelajaran Geografi di kelasnya. Entahlah.
Tak butuh waktu lama, mereka berdua kini sudah dibolehkan masuk ke dalam kabin pesawat. Letta melongo begitu Kezia malah duduk pada bangku di depannya, bukan di sebelahnya.
"Lho, Kez? Kok lo duduk di situ sih?!"
"Pengen aja," jawab Kezia sekenanya.
Akhirnya Letta memutuskan untuk tak ambil pusing. Ia langsung duduk, merebahkan bokongnya pada bangku first class yang super empuk. Merasa beruntung mendapatkan bangku yang persis berada di sebelah jendela. Setidaknya ia tak akan bosan.
Letta meraih sling bag Charles and Keith yang kemarin baru Kezia belikan untuknya, walau ujung-ujungnya Letta yang harus membayar. Saat itu, Kezia gemas melihat Letta tak menyentuh satu pun barang saat mereka mengunjungi counter CnK. Akhirnya dengan rasa percaya diri yang tinggi, Kezia menyodorkan sling bag berwarna merah itu ke kasir dan menyuruh Letta untuk membayarnya. Untung saat itu Letta dengan lapang dada mengeluarkan dompetnya. Jika tidak, akan ada perdebatan sengit di antara mereka di depan meja kasir.
Letta meraih handphone-nya dari dalam tas. Membuka Whatsapp, lalu mengabari Daddy-nya bahwa Letta sudah selamat sampai pesawat.
"Emang. Kalau jodoh itu sampingan," seru suara yang sangat familier dari sebelahnya. Letta mendongak dan langsung terperanjat bahkan hampir melompat dan berteriak keras. Sangat keras hingga beberapa pramugari berlarian menghampirinya.
"ALDI?" pekiknya.
"Sampe kaget gitu ngeliat orang ganteng." Aldi tersenyum memandang wajah pucat pasi milik gadis di depannya. Seperti dugaannya, Letta benar-benar tidak tahu tentang rencana liburan mereka. Kezia memang paling bisa diandalkan.
"Kayaknya lo harus terbiasa deh main sama kita-kita," seru Andre yang tiba-tiba muncul di belakang Aldi.
Dahi Letta makin mengerut. "Ada lo juga?" tanya gadis itu bingung.
"Ada Molly sama Cleo juga," ucap Andre. Letta melotot begitu tatapannya tertubruk pada kucing putih ras Persia dan kucing abu-abu ke biru ras Russian Blue yang sedang di peluk cowok itu. Kok Andre iyuh banget sih, pikirnya.
"Eh bego lo, Ndre. Nggak boleh bawa-bawa binatang ke dalam kabin pesawat. Nggak pake kandang pula. Gak higienis banget. Najong," gerutu Radit. Cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di sebelah Andre bersama Vino.
"Ya suka-suka gue, ini 'kan maskapai punya bapak gue." Andre menjulurkan lidahnya ke arah Radit.
Di sebelahnya, Vino tertawa. Radit yang biasanya selalu menang jika berdebat dengan Andre kini malah tak berkutik sama sekali. "Debat kali ini dimenangkan oleh saudara Andreas Sergio Lordion. Beri tepukan yang gemuruh!" katanya. Radit menghiraukan godaan Vino itu dan langsung duduk pada bangkunya. Tepat di belakang Letta.
Baru sedetik Radit merebahkan tubuhnya pada bangku itu, ia langsung terbangun begitu Andre meletakkan Molly di pahanya, ralat, selangkangannya. Ia geram, memberi tatapan tajam sebelum mengangkat kucing sialan itu.
"Hihh! Apa-apaan sih lo, Ndre?!" Radit yang kesal langsung melempar Molly ke pangkuan Andre. Bibir Andre langsung manyun merespons tindakan yang sangat tidak manusiawi dari Radit tadi. Eh, Molly 'kan hewan, jadi hewanwi, bukan manusiawi, pikir Andre kritis, yang sebenarnya sangat tidak penting.
"Ya elah, titip bentar," katanya.
"Sana gih duduk di tempat lain. Banyak yang kosong juga. Ngapain lagi duduk di samping gue?" protes Radit ketika Andre merebahkan bokong pada kursi di sebelahnya.
"Ya suka-suka gue, ini 'kan maskapai punya bapak gue." Radit hanya bisa berdecak sebal mendengar kata-kata itu lagi.
Di depan perdebatan dua cowok ganteng yang kadang bikin ilfeel itu, Letta malah mati gaya duduk di sebelah Aldi yang terus melirik ke arahnya. Sekarang yang bisa dilakukannya hanya menatap ke luar jendela, berusaha tidak menganggap ada orang lain di sebelahnya. Beruntung ia ada di first class, di mana ada jarak antar keduanya, membuatnya tak begitu dekat dengan cowok itu.
Letta tahu betul ini pasti akal-akalan Kezia. Sudah pasti liburan kali ini nggak hanya diisi oleh dua cewek cantik, berenang dan berjemur di pinggir pantai, godain bule-bule ganteng yang lagi jalan di pinggir pantai sambil megang papan selancar. Kali ini nggak akan seperti liburan mereka sebelumnya, akan ada ekstra empat cowok ganteng di antara mereka. Kalau dipikir-pikir, mana mau si Kezia liburan tanpa Vino. Bego! Kenapa nggak kepikiran sih gue?! Ya pastilah si Vino bawa skuadnya juga, Letta membatin.
Letta terkesiap merasakan ada benda kecil yang tiba-tiba menyumpal telinga kanannya. Tangannya meraba benda itu.
Earphone, pikirnya.
"Biar nggak bosen," kata cowok di sebelahnya.
Letta lantas menoleh. Saat itu Aldi tersenyum, kedua matanya membentuk bulan sabit yang lucu. Aldi kembali tertunduk menatap pada layar iPod di tangannya. Petikan gitar langsung mengalun mengawali sebuah lagu. Nggak, bukan lagu. Ini cuma musik. Tapi menjadi lagu begitu cowok di sebelahnya bernyanyi, suara bass itu terasa pas pada musik akustik dari yang didengarnya kini.
I fall from you
You make me like I can't stand with you
You make me like I can't live with you
I can't hold your hand
So please don't let me down
Letta menoleh, mendapati Aldi menatap lurus ke depan sebelum akhirnya tatapan itu tertuju padanya.
I try to be a stronger
When I know everything over
Everytime I feel
Everyday I think
I never see you once again
Jika biasanya Letta akan tertunduk saat tatapan mereka beradu, kali ini tidak. Ia memaksakan dirinya untuk terus menatap Aldi bagaimanapun cara. Terasa sayang jika momen ini dilewatkannya. Ini terlalu... Hmm... Manis.
I know I can't be stronger
Even I try to forget you
Oh no I missing you I need It's you
So please don't make me feel like I keep you in my heart
Lagu yang baru pertama kali didengarnya, tapi langsung dapat menyentuh hatinya. Ia sadar betul bukan karena lagunya, tapi karena siapa dan bagaimana cowok itu menyanyikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomansLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...