Tiga Puluh

353K 17.3K 1.5K
                                    

"NAH, Dit. Ini namanya siapa ya?" tanya Vino sambil menunjuk salah satu penyu yang akan mereka lepaskan ke laut bebas.

"Yang ini namain Upin aja, Vin. Nah, Ini Ipin, trus yang ini Kak Ros."

"Yang ini Mei-Mei, sama Jarjit, ya?"

"Iya. Ini si Ehsan, Fizi, Susanti, Mail, Ijat, ya?"

"Barisin, Vin."

Vino kemudian membariskan para penyu itu menjadi satu shaf menghadap laut.

Kezia, Andre, dan seorang petugas resort hanya bisa melongo melihat kedua cowok yang heboh dengan dunia mereka.

"Temen-temen lo lagi ngapain tuh, Di?" Letta menunjuk Radit dan Vino dengan ujung dagunya. Mereka berdua lebih memilih memperhatikan dari jauh ketimbang ikut serta dalam kegiatan melepas penyu itu. Jangankan penyu, melepas buaya pun Letta pernah lakukan (baca: Raka).

Aldi tersenyum geli. "Lagi kumat gilanya. Lo tau nggak? Ikan koi di rumah lo semuanya dikasih nama sama mereka. Ada buku absennya juga."

Letta terkekeh. "Ternyata bukan cuma Andre yang gila," katanya sebelum kembali menunduk, fokus menghias istana pasir dengan kerang-kerangan berwarna putih yang tadi Aldi carikan untuknya.

"Selesai." Letta tersenyum lebar. Senyum yang menularkan hingga membuat Aldi jadi ikut tersenyum dibuatnya.

Cowok itu mengernyit saat matanya tertubruk pada benda yang sejak tadi dikerjakan Letta. Jauh dari definisi sebuah istana pasir. Bahkan bagi Aldi, bangunan itu lebih mirip rumah Patrick di film Spongebob ketimbang istana pasir.

"Lo bikin apaan deh?"

"Istana pasirlah," jawab Letta lempeng. "Kayak begitu lo bilang istina pasir?" Letta mengangguk.

Aldi mendengus, "Ya elah, Let. Lo bisanya apa sih?"

"Bisanya ya... Gue emang nggak jago olahraga, nggak jago bikin gini-ginian juga, tapi kalau soal rebutan baju, tas, dan sepatu limited edition waktu lagi launching ataupun sale pasti gue menang." Mata Letta tiba-tiba melebar saking senangnya. Ia mulai bercerita dengan sangat lancarnya seperti sedang membacakan Pancasila yang sudah ia hafal di luar kepalanya. Aldi hanya diam, sesekali komentar pedas keluar dari mulutnya.

"Gue bahkan pernah main jambak-jambakan sama mbakmbak di counter Gucci gara-gara rebutan tas. Mbak-mbak itu sampe harus masuk UGD lho. Hebat 'kan gue? Gini-gini gue cewek super."

"Sinting!" komentar Aldi.

"Jadi, kalau misalkan kita lomba lari, pasti gue kalah. Tapi kalau di garis finish-nya ada tote bag-nya Louis Vuitton yang rare item itu, gue jamin seribu persen kalau gue yang akan menang."

"Cih! Cewek itu aneh, ya."

"Cowok juga aneh," ujar Letta tak mau kalah.

"Aneh gimana? Kaum gue nggak pernah sefanatik itu dengan sebuah benda dari sebuah brand ternama."

"Emang. Tapi kalian suka bela-belain bangun pagi buta, nyalain TV cuma buat nonton cowok-cowok lain berebut bola. Cowok kok nontonin cowok," ejeknya.

Sebenarnya Letta juga suka melakukan hal sama seperti yang dilakukan banyak cowok yang baru saja dibicarakannya. Letta bahkan pernah sampai bolos pelajaran Sejarah hanya untuk nonton live streamin-gnya Victoria Secret Fashion Show. Bahkan sepertinya lebih parah dia, menonton banyak cewek berlenggak-lenggok di atas catwalk dengan hanya berbalut lingerie tipis. Luar biasa!

"Lah terus gue harus nonton apa? Drama Korea atau dateng ke teater JKT 48 gitu, kayak yang si kunyuk Andre lakukan setiap minggunya?"

Letta bergidik. "Ya nggak gitu juga."

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang