Letta dengan teliti mengikuti arahan pada buku resep makanan yang kini ia pegang. Sekarang ia sedang berkutat dengan masakan yang entah nantinya akan jadi bagaimana. Hari ini ia bertekad untuk belajar memasak untuk Raka. Kalau masakannya enak pasti Raka semakin jatuh cinta padanya.
"Kecap, atau bawang bombay duluan ya? Huft!" ujar Letta frustrasi. Ia menatap beef teriyaki-nya yang bentuknya sudah tidak membuatnya nafsu lagi untuk memasak.
"Bawang bombay-nya dulu deh kayaknya," ujar seseorang di sebelahnya. Refleks Letta langsung menoleh dan mendapati Aldi sedang menatap buku resepnya dengan wajah berpikir keras.
"Lahh?! Aldi?" Letta hampir terlompat saking kagetnya. Ngapain pula nih bocah di sini?
Sejak adegan sarapan bareng Aldi kemarin, Daddy memberikan akses penuh kepada Aldi untuk keluar-masuk rumahnya. Katanya sih biar kekeluargaannya lebih berasa. "Aldi ini 'kan sebentar lagi jadi keluarga kita," ujar Daddy tempo hari saat Letta protes.
"Lo kayak ngeliat setan ganteng aja ampe kaget begitu," ujar Aldi. Oke, Aldi emang ganteng, tapi kenapa kadar ke-pede-annya ini overdosis banget sih, ujar Letta dalam hati.
"Ngapain lo di sini?" tanya Letta sambil sok sibuk dengan masakannya.
"Tadinya mau ngajakin makan bareng, eh yang mau diajakin makan lagi masak. Kebetulan banget 'kan? Tapi kok gue nggak yakin ya rasanya hmmm... Enak," ujar Aldi sambil memperhatikan masakan Letta.
"Gini ya, pertama, siapa juga yang mau makan bareng sama lo?! Kedua, nggak usah nilai-nilai masakan gue, dan yang ketiga, gue tuh lagi belajar masak buat Raka, bukan buat ngasih makan lo," ujar Letta dengan satu tangan bertolak pinggang dan satu tangan lagi menunjuk-nunjuk ke arah Aldi dengan codet di tangannya. Jujur saja, Aldi sedikit kesal mendengarnya.
"Ya udah, ya udah, sini mau gue bantuin nggak?" ujar Aldi.
Letta mengerutkan dahinya. "Emang bisa?"
"Nggak sih. Hehehhehe..." Aldi menggaruk tengkuknya.
"Yee nggak usah ngomong, pea." Letta memutar bola matanya.
"Eh, tapi dulu gue sering kok nemenin Raka masak. Jadi yaaa... nggak bego-bego amatlah kayak lo," ujar Aldi bangga. Rasanya ingin sekali Letta membungkam mulut Aldi dengan codet di tangannya.
"Oh, ya? Kok gue nggak percaya ya," ujar Letta. "Kenapa? Karena lo nggak pernah liat gue sama Raka deket?" Letta mengangguk antusias.
"Sekarang emang gitu kenyataannya. Tapi dulu..." Aldi tertunduk, tak melanjutkan ucapannya. Malas rasanya ngingatngingat yang lalu. Apalagi yang sudah tak tergapai sampai sekarang ini.
"Di?" ujar Letta menyadarkan Aldi yang kini sepertinya melamunkan sesuatu.
"Eh, ya?" Aldi kini menatap Letta.
"Nggak usah cerita kalo nggak mau. Jangan maksain," ujar Letta.
"Thanks." Aldi tersenyum hangat kepada Letta. Senyum yang dulu sering ia berikan kepada Karin. Letta membalas senyumannya. Ini pertama kali Letta tersenyum karenanya kalau Aldi tak salah ingat.
Dengan hati-hati, Letta mengangkat penggorengan dari kompor, lalu membuang masakannya tadi ke tempat sampah yang ada di dekatnya.
"Eh, Let, kok dibuang?" Aldi sedikit kaget melihat kelakuan gadis di hadapannya.
"Ini udah pasti nggak enak, Di. Lo pesenin makanan aja gih. Gue lagi kepingin piza nih," ujar Letta, lalu meninggalkan Aldi di dapur.
"Siap, Nyonya Besar!" ujar Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
Roman d'amourLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...