Happy reading ☺️
Vote sebelum membaca kuy!***
"Aldi...," gumam Letta tanpa sadar.
Dua orang yang terduduk di atas ranjang itu lantas tersentak, menoleh dan langsung memisahkan diri begitu melihat Letta mematung dengan sebelah tangan masih mengepal tirai yang baru saja disibaknya.
Bola mata Letta melebar ketika tahu apa yang sedang terjadi di balik tirai itu. Jantungnya berdebar kencang. Otaknya terus memproses kejadian yang dilihatnya. Terekam jelas walau hanya sekilas karena Aldi cepat-cepat melepaskan panggutannya pada bibir cewek itu ketika tirai di sebelahnya terbuka. Demi Neptunus! Itu tadi menjijikkan! Letta jadi kesal sendiri.
"Gue baru tau seorang Aldi bisa ngelakuin adegan nggak bermoral kayak gini," cibirnya angkuh. Mata Letta tajam menatap perempuan di sebelah Aldi dengan tatapan menghina.
Merasa malu, gadis itu—kita sebut saja Mawar—langsung melompat turun dari ranjang, buru-buru merapikan baju, lalu keluar meninggalkan Aldi tanpa berkata apa-apa.
"Shit!" umpat Aldi pelan. Cowok itu tampak kesal karena ulah cewek cerewet di depannya. Aldi bangkit, berjalan mendekati Letta yang masih berdiri di tempat semula.
Dengan tangan terlipat di depan dada, wajah Letta tersenyum mengejek ke arahnya.
"Ternyata selain playboy, lo penjahat kelamin ju—" Sindiran Letta terpotong oleh tarikan tangan Aldi pada tengkuk lehernya. Membawa wajah Letta semakin dekat kepadanya. Semakin rapat hingga akhirnya kedua bibir mereka bisa bertemu. Sebuah kecupan singkat yang lama-kelamaan menjadi lumatan panjang.
"Rasa strawberry," gumam Aldi setelah memutuskan ciuman mereka. Cowok itu lalu menatap ke arah Letta tajam. "Gue nggak suka dikomentarin, apalagi sama orang sok tau kayak—"
Plaakkk....
"Berengsek!" Mata Letta berkaca-kaca. Cewek itu berbalik dan langsung berlari setelah meninggalkan bekas memerah akibat sebuah tamparan yang didaratkannya di pipi Aldi.
***
Raka sengaja mengetukkan keras setiap langkahnya, menimbulkan suara petukan yang memanipulasi suasana hening di sekitarnya karena koridor sudah sangat sepi sore itu.
Brukkk!
Raka hampir terjatuh ke arah depan ketika punggungnya ditabrak seseorang dengan sangat keras. Ia berbalik, menemukan seorang cewek sudah terduduk di lantai. Tubuh cewek itu gemetar, tangan kanannya memegang siku kirinya yang Raka prediksi terbentur lantai akibat insiden barusan.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Raka. Ia berjongkok, menyamakan posisi hingga wajah mereka sejajar. Rasa terkejut langsung datang begitu Raka melihat wajah cewek yang baru saja menabraknya. Ini bukannya cewek yang tadi ya? pikir Raka.
"Letta 'kan?" kata cowok itu memastikan. "Mana yang sakit?" Raka memeriksa pergelangan kaki, lutut, dan siku Letta dengan saksama. Mulus. Nggak lecet sedikit pun.
"COWOK ANJING! SIALAN! BANGSAT! BERENGSEK! KAMPUNGAN! LO TUH NGGAK PANTES IDUP TAU NGGAK?!" Letta tiba-tiba menjerit di depan wajahnya.
Raka terhenyak. Kaget dengan kalimat kasar yang keluar dari mulut gadis itu. Barusan dia neriakin gue? "Gu... gue salah apa?" Dengan hati-hati cowok itu bertanya.
Bukannya menjawab, Letta malah menangis. "Hiks... Cowok kurang ajar! Sialan!"
Gue? Raka menggaruk tengkuknya, semakin tak paham dengan situasi ini. Gadis itu memakinya, lalu menangis histeris. Apa dia marah gara-gara tabrakan tadi?
Raka menghela napas. Ia memutuskan untuk bangkit dan memungut tote bag Letta yang terpental satu meter dari tempat gadis itu terjatuh.
"Gue anterin pulang aja ya. Mau 'kan? Rumah lo di mana?" katanya seraya menyampirkan tas Letta pada bahunya. Raka bukan tipe cowok yang tega meninggalkan cewek sendirian, apalagi yang sedang menangis seperti sekarang.
"Ayo," ujar Raka.
Letta diam, merasa tak sanggup lagi untuk bersuara. Ia benar-benar lelah. Tenaganya sudah ia pakai habis untuk berteriak dan menangis, melampiasan kekesalannya dengan ulah Aldi. Letta mengusap matanya dengan punggung tangan, menyeka air yang memang sejak tadi memenuhi matanya hingga membuat pandangannya memburam. Alasan mengapa Letta sampai menabrak cowok di depannya ini.
"Ayo," kata cowok itu lagi.
Letta akhirnya mengangguk. Ia mendongak, terkejut saat menemukan sosok Raka berada di depannya. Jadi yang tadi gue teriakin itu... Raka?
Letta langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Mampus gue!
Rasanya sangat malu mendapati dirinya terjebak dalam situasi se-awkward sekarang. Raka pasti marah dan Letta sudah tak berani menatap wajah cowok itu. Ia benar-benar kehabisan akal dan tak tahu bagaimana caranya keluar dari kondisi memalukan ini. Tanpa pikir panjang, Letta langsung berdiri dan berlari secepat yang ia bisa. Letta pikir, cepat-cepat menghilang dari pandangan Raka adalah jalan keluar terbaik. Sialnya, Letta lupa jika tote bag kesayangannya masih berada di genggaman cowok itu.
"Tas gue," gumam Letta lemas mengingat salah satu dari barang penting di hidupnya telah ia lupakan begitu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomansaLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...