Happy reading!
♯Langit mulai tampak jingga. Tapi mereka masih duduk dengan santai beralaskan rerumputan yang ada di bukit. Angin dengan lihai menyibak rambut yang sengaja terurai hingga terombang-ambing tak tentu arah. Aldi sangat suka pemandangan ini. Melihat gadisnya tersenyum sambil memandang langit sore sudah cukup membuatnya bahagia.
"Kita akan sama-sama terus 'kan? Janji ya jangan tinggalin aku!" ujar cewek di sebelahnya.
Aldi mengangguk, dalam hatinya ia berjanji tidak akan meninggalkan gadis ini.
Perlahan, matahari mulai turun dari singgasananya. Inilah pertunjukan yang Aldi tunggu sedari tadi. Ia merangkul pundak gadis itu, lalu merebahkan kepalanya yang mungil pada pundaknya. Ya, semua berjalan sesuai rencananya.
"Indah ya," lirih gadis itu sambil menoleh ke arah Aldi. Aldi membalas tatapannya.
"Nggak akan seindah ini kalau lihatnya nggak sama kamu," kata-kata Aldi sukses membuat gadis itu tersipu lalu tersenyum padanya. Ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu, lalu mengecup bibir mungilnya sekilas. Inilah ciuman pertamanya.
"Aaarrrghhhhh!" teriak Aldi gusar ketika sekelebat bayangan masa lalu merasuki mimpinya. Sungguh pagi yang buruk. Karena mimpi sialan itu ia jadi terbangun, bahkan sebelum bunyi alarm membangunkannya.
Aldi turun dari ranjangnya, mengambil handuk dari lemari lalu menuju kamar mandi. Ia menatap bayangan dirinya pada cermin yang tertempel di balik pintu kamar mandinya, terlihat amat berantakan. Putih matanya kini berubah menjadi kemerahan dengan lingkaran hitam di sekitar matanya.
Aldi mengatur suhu hingga air pada jacuzzi-nya sesuai dengan keinginannya. Setelah air itu penuh, direbahkannya tubuhnya ke dalam bathtub mewah itu. Terkadang berendam bisa menguapkan rasa penat di kepalanya.
Aldi terus merutuki kelakuannya kemarin malam. Entah setan apa yang merasukinya hingga ia bisa kuat minum sebanyak itu. Padahal jarang sekali ia menyentuh benda yang memabukkan itu, mungkin hanya kemarin dan saat wanita sialan itu pergi meninggalkannya saja.
Dulu Aldi heran melihat teman-temannya hancur hanya karena ditinggal pergi seorang gadis. Tapi akhirnya ia pun merasakannya, ia kini jatuh karena Karin, gadis yang dicintainya. Terkadang cinta memang keji, bahkan rasanya sekarang Aldi lebih baik mati daripada merasakan cinta dan benci dalam satu tarikan napasnya.
***
"Apakah kalian sudah mengerti penjelasan saya tentang sebuah laporan?" tanya Bu Nina kepada seluruh murid yang ada di kelas itu. Semuanya pun mengangguk tanda paham.
"Oke, bagus! Kalau begitu saya akan bagikan kelompok untuk tugas membuat laporan sebuah novel," lanjutnya yang diiringi gemuruh teriakan murid-murid tanda tak setuju.
"Huuuuuuhhhhhhh."
"Tenang! Tenang! Untuk mempersingkat waktu, kalian berkelompok dengan teman satu meja ya," ujar guru Bahasa Indonesia itu.
"Ada pertanyaan?" ujar Bu Nina sembari merapikan buku buku yang ada di mejanya.
"Bu! Kelompoknya nggak bisa ditukar? Saya nggak mau sama dia," ujar Letta sambil mengangkat sebelah tangannya. Aldi mendengus kesal melihat tindakan kekanak-kanakan Letta itu.
"Tidak bisa, Arletta. Kamu harus bisa bekerja sama dengan semua orang. Tidak boleh pilih-pilih!" jawab Bu Nina. Letta langsung memasang wajah cemberut seketika. Aldi yang melihat ekspresi cewek di sebelahnya hanya cekikikan tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomanceLetta sangat membenci Aldi, cowok mesum, manipulative, dan sok keren di sekolah, yang jelas bukan tipikal cowok impian Letta. Tapi berbeda dengan Aldi, Letta adalah impiannya. Perjodohan paksanya dengan Letta menjadi rumit ketika Letta mulai berpac...