Sebelas

406K 18.7K 747
                                    

"Aku sayang kamu," bisik Raka ketika melepaskan tangkupan tangannya pada pipi Letta.

*

Kepala Aldi masih pening mengingat pernyataan Tommy siang tadi. Bagaimana bisa gue dengan gadis ini.... Oh my god! gerutunya dalam hati.

"Ini bagus?" ujar Letta sambil menunjukkan sebuah dress bercorak bunga warna-warni.

"Bagus—" Aldi sengaja menggantung ucapannya. Lalu melanjutkan setelah melihat Letta tersenyum girang ke arahnya. "Tapi nggak cocok sama lo," sambungnya. Letta mengerucutkan bibirnya, lalu kembali masuk ke dalam kamar pas.

Saat ini mereka sedang berada di pusat perbelanjaan di daerah Kasablanca. Hebatnya Letta bisa menculik Aldi sampai sejauh ini. Saat ditanya kenapa tidak ke Senayan saja, Letta bilang bosan. Tapi malah sudah menjadi risiko Aldi untuk menemaninya hari ini. Sesuai dengan janjinya kemarin.

"Kalo yang ini?" Letta keluar dari kamar pas mengenakan dress berwarna pink. Dress lengan buntung itu sedikit pendek hingga menampilkan kaki jenjang miliknya. Potongan pinggangnya pun amat pas di tubuh Letta. Oh, shit. Manisnya, ujar Aldi dalam hati.

"Hey, gimana?" Aldi tersadar dari lamunannya.

"Better!" Aldi sedikit berbohong, dalam hatinya ia mengutuki dirinya sendiri mengapa ia bisa mengagumi Letta sampai melamun seperti itu.

"Oke, gue ambil ini." Letta kembali masuk ke dalam kamar pas.

Ketika keluar dari kamar pas, Letta memberikan semua baju pilihannya kepada staff butik yang sedari tadi mengikutinya memilah-milah segala macam pakaian yang ada di sana.

"Ini semua pesanan lo?" tanya Aldi ketika mereka tiba di kasir. Enam kantong belanjaan kini bertengger di atas meja tepat di hadapannya. Letta mengangguk.

"Jadi total semuanya delapan belas juta tiga ratus lima puluh ribu," ujar ramah perempuan yang berada di balik meja kasir tersebut. Iya lah ramah, belanjaan Letta bejibun gitu, batin Aldi.

"Sebentar ya, Mba." Letta menenggelamkan tangannya pada tas Kate Spade miliknya. Anehnya, ia tak menemukan apa yang dicarinya. Letta melirik Aldi sejenak, lalu tersenyum manis. Aldi langsung menaikkan sebelah alisnya tanda tak paham.

"Kayaknya dompet gue ketinggalan deh di tas gue yang satu lagi. Jadiii..."

"Jangan bilang—" Aldi langsung panik. Letta tersenyum penuh arti.

"Ohh.. Shit!!!" gerutu Aldi. Entah hari macam apa ini. Sudah jatuh tertimpa gajah pula.

***

Aldi melahap tenderloin steak-nya dengan kesal. Menganggap jika steak itu adalah Letta. Ia benar-benar geram sekarang. Rasanya ingin sekali mencekik gadis di depannya ini. Bagaimana tidak kesal dijahili macam tadi. Delapan juta belas juta sudah cukup untuk modalnya mengencani wanita-wanita cantik yang ia temui di club. Sialnya ia harus membuang uang sebanyak itu hanya untuk menjajani gadis cerewet di depannya ini. Aldi sekarang mengerti maksud dari persyaratan Letta kemarin. Sial!

Letta sedari tadi tersenyum mengingat ekspresi Aldi di butik tadi. Wajah kesalnya lucu, jarang sekali ia melihat wajah Aldi seperti itu. Biasanya Letta yang dibuat kesal olehnya. Ternyata menyenangkan juga membuat orang lain kesal.

"Makannya lahap banget. Kelaperan?" goda Letta. "Iya! Kelaperan sampai lo rasanya mau gue makan!" Letta tertawa begitu mendengar perkataan Aldi.

"Dasar modus! Minta temenin jalan-jalan ke mal ternyata malah minta bayarin. Nyesel gue nerima persyaratan lo waktu itu." Aldi lalu melahap kentang goreng yang ada di piringnya.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang