Tiga Puluh Satu

323K 16.5K 1.1K
                                    


*

Letta kesiangan karena ulah Aldi. Semalaman cowok itu meneleponnya, menyanyikan hampir satu album kompilasi yang sebagian adalah lagu indie. Tujuannya untuk membuat Letta tertidur nyenyak, tapi yang terjadi malah kebalikannya. Mendengar suara Aldi membuat rasa kantuk Letta hilang.

Belum mau beranjak dari tempat tidur. Letta masih duduk terpaku, bahkan ketika jam di dinding kamarnya menunjukkan angka sebelas.

"Let, lo mau ikut nggak? Kita mau makan siang di restoran resort," tanya Kezia yang baru keluar dari kamar mandi.

Di tubuhnya melekat pas crop tanktop putihnya Forever 21 yang dipadukan dengan hot pants biru top shop yang kemarin baru dibelinya. Chic! Melihat penampilan Kezia, dalam hati Letta bertaruh Vino akan menyambi sebagai fotografer dadakan hari ini. Poor Vino!

"Gue nggak laper. Lo duluan aja. Paling nanti gue nyusul.

Kalau enggak ya berarti gue tidur lagi," kata Letta seraya menguap.

"Ngantuk banget kayaknya, Bu."

"Mimpi gue kelewat indah tadi malem."

"Lebay lo, ah!" Kezia memutar bola matanya. "Tadi malam lo teleponan sama siapa?" tembak Kezia.

"Teleponan apa?!"

"Gue denger kok. Lo ketawa-ketawa gitu."

"Itu mungkin gue lagi ngelindur."

Kezia memutar bola matanya lagi. "Ngelindur kok megang handphone."

"Ish, rempong deh. Udah sana kalau mau pergi ya pergi aja." Letta mengibaskan tangannya mengusir Kezia.

Gadis itu berdecak, mengambil celine nano berwarna merah dari atas meja di sebelah lemari kayu sebelum meninggalkan Letta dengan langkah menghentak. Letta terkikik setelah berhasil mengusir Kezia dari wilayah teritorialnya. Sekarang ia bisa melanjutkan lamunannya dengan tenang.

Tuk! Tuk!

Letta menatap sangar ke arah pintu. Ganggu! Baru mau ngelamun.

Dari balik gorden, tampak silhouette seseorang berbadan tegap berdiri di depan pintu kamarnya, dan ia sangat yakin itu bukan Kezia. Instingnya mengatakan ia harus cuci muka, menggosok gigi dan merapikan rambut yang berantakan khas orang baru bangun tidur. Tidak lupa juga memakai parfum agar bau-bau aneh yang tidak diinginkan tersamarkan.

Sepuluh menit kemudian, barulah Letta siap untuk membuka pintu. Ia tersenyum, mendapati Aldi sedang berdiri di depannya. Cowok itu tampak cute menggenakan sweter army dengan dalaman t-shirt distro berwarna hitam, juga topi merah yang dipasang terbalik menutupi rambutnya.

Aldi menunduk memperhatikan kakinya yang menepuk-nepuk di atas keset, hingga akhirnya terdongak begitu menyadari kehadiran Letta. Ia tersenyum. Manis. Membuat kaki Letta terasa lemas karenanya.

"Gue pikir lo ikut anak-anak ke restoran," ujar Letta.

"Gue pikir lo nggak ikut, jadi gue ke sini."

"Mau ngapain?"

"Ngajak, kamu, jalan." Penekanan kata 'kamu' dan 'jalan' menggelitik di telinga Letta, membuatnya ingin terus tersenyum.

Aldi mengedipkan sebelah matanya.

"Genit!" Letta terkekeh, lantas memukul pelan bahu Aldi.

"Mau nggak?"

"Tunggu sebentar. Gue mandi dulu." "Gue? Aku dong!" rengek Aldi.

Letta menjulurkan lidahnya sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang