f.o.u.r

3.9K 755 21
                                        

Ayo vote vote bhak XD

Luke kini mencoba fokus menyetir sambil terus melirik kaca spion dan melihat Carl yang kini tertidur di kursi bayi nya di belakang. Luke merasa lega karena Carl sudah tenang. Carl terlihat sangat sedih ketika sepatunya tak dapat digunakan lagi. Sepatu itu memang sepatu kesayangan Carl yang Ashton belikan di Jerman ketika 5SOS manggung. Maka dari itu Carl sangat menyayangi sepatu itu. Tetapi untungnya Carl belum bisa membaca, sehingga Ia tak dapat membaca tulisan di kertas yang ada di sepatunya.

She will die.

Entah apa maksud dari tulisan itu. Tapi Luke yakin itu adalah teror.

"Menurutmu siapa yang dimaksud oleh note di kertas itu? Maksudku..ada tulisan she di sana. Penulisnya pasti ingin meneror seseorang dan pastinya adalah wanita," Lauren tiba-tiba bersuara setelah beberapa lama terdiam.

"I'm afraid that's for Bryanna," jawab Luke. Lauren menggigit bibirnya. Entah kenapa Ia berfikir kalau tulisan itu bukan untuk Bryanna tapi malah untuknya. Mungkin saja kertas itu ada hubungannya dengan message teror yang didapatnya beberapa hari ini. Lauren merasa kepalanya sangat sakit. Otaknya terlalu banyak memikirkan tentang teror gila itu.

"Apa yang akan kita katakan pada Ash dan Bryanna tentang sepatu itu ya," Luke melirikku.

Aku menggeleng,"Entahlah. Tapi jangan biarkan mereka tau tentang teror itu."

"Uh aku jadi pusing," Luke menghembuskan nafas kencang. Lauren mengelus punggung Luke dan menenangkannya. Meskipun padahal hati Lauren lebih bergejolak daripada Luke.





"Jesus! Bagaimana bisa kalian tidak melihat pelakunya?! Kalian pasti terlalu asik bermesraan kan? Ya Tuhan untung hanya sepatunya yang kenapa-kenapa. Kalau Carl juga dicelakai bagaimana?!" Kini Ashton sedang memarahi Luke dan Lauren. Mereka seperti seorang pegawai baru yang melakukan kesalahan lalu dimarahi oleh managernya. Luke dan Lauren hanya menunduk ketika dimarahi oleh Ash. Luke dan Lauren sudah memberitahukan yang terjadi sebenarnya pada Ashton. Namun mereka tidak memberitahukan tentang note didalam sepatu Carl.

"Sayang, sudahlah. Jangan menyalahkan mereka terus. Paling itu hanya orang-orang iseng yang ingin membuat sensasi. Lagipula itu hanya sepatu," Bryanna muncul menuruni tangga dan menghampiri Luke, Lauren dan Ashton. Ia sepertinya sudah selesai menidurkan Carl.

"That shoes is so expensive and limited edition, Bryanna! Apalagi itu hadiah ulang tahun Carl. Dan sekarang sudah hancur," Ashton menatap Bryanna dengan wajah memerah. Ia kini duduk sambil memijat pelipisnya.

"Dasar kepala batu. Sudahlah. Luke, Lauren, lebih baik kalian pulang daripada kalian diomeli oleh Ashton. Terimakasih sudah menjaga Carl dengan baik," Bryanna memang malaikat penyelamat. Luke dan Lauren pun tersenyum lalu segera beranjak dari tempat itu.

"Lelaki itu jadi hobi mengomel sekarang," gerutu Luke kesal. Pandangannya masih fokus pada jalanan. Aku terkekeh,"That's normal. Itu tandanya Ia sangat menyayangi Carl dan tidak mau Carl celaka."

"Mungkin kau juga akan seperti Ash bila sudah memiliki anak nanti," lanjut Lauren sambil tersenyum menggoda.

"Mm-hmm..apa itu sebuah kode?" Kini malah Luke yang menatap Lauren dengan tatapan menggoda.

"Kode apa?"

"Kode untuk segera memiliki anak? Hmm?" Luke menekankan kata segera.

"Ew menjijikan," ucap Lauren yang di iringi tawa.

"Uh yeah. Memang menjijikan. Aku hanya bercanda. Aku ingin menikmati kebersamaan denganmu dulu," Luke tertawa. Tiba-Tiba terdengar suara message dari iPhone milik Luke.

"Babe can you check it? Sepertinya itu dari Dylan. Tadi katanya Ia ingin mengirim alamat rumahnya padaku," ucap Luke. Lauren mengangguk dan mengambil iPhone milik Luke di dashboard.

"Kau mau ke rumah Dylan?" Tanya Lauren sambil mengetik huruf LL untuk membuka kunci iPhone Luke.

"Yup. Aku memesan beberapa stuff untuk gitarku padanya dan aku ingin mengambilnya," jawab Luke. Lauren hanya mengangguk.

2 message from +13527xxxx

from: +13527xxxx
ily luke i do rlly love u but pls can u broke up with her right now? Pls im ur biggest fans and i'll make u happy forever

from: +13527xxxx
Lucas u should remember me. U should! Im ur old friend from high school. I already told u. U still dnt remember me:(?

"Luke..."panggilku pelan setelah membaca message itu.

"Mm-hm? What's the address?"

"Luke..it's not from Dylan.." Aku menggigit bibirku. Belum selesai aku berbicara, Luke seakan tau siapa pengirim pesan itu. Ia langsung meminggirkan mobil dan berhenti. Seketika Ia menarik iPhone nya yang sedang kupegang. Dibacanya message itu dengan tak sabar.

"This bitch is crazy.." Gumam Luke yang masih bisa didengar oleh Lauren.

"Luke who the hell is this girl!?" Lauren secara tiba-tiba meledakkan 6 kata yang sudah ada di otaknya sejak Ia membaca message itu.

"Lauren..aku tak tau. Sungguh. Ia selalu mengirimiku message dan beberapa di antaranya semacam ancaman. Tapi sungguh aku tak tau apa-apa," Luke menjelaskan sambil memegang pundak Lauren yang berguncang menahan tangis. Tidak. Ia tidak berfikir kalau Luke selingkuh. Ia tidak cemburu. Ia tidak marah karena Luke dikirim message semacam itu. Yang membuat Lauren meledak adalah..itu nomor yang sama dengan nomor pengirim yang menerornya.

"Ancaman..?"

"Ups.." Luke langsung mengigit bibir bawahnya. Ia baru sadar kalau Ia keceplosan.

"Luke tell me," ucap Lauren memaksa.

"Maaf aku tak bisa. Aku tak mau kau jadi kepikiran. Lebih baik lupakan saja ya?" Luke membelai pipi Lauren lembut.

"Lucas, tell me. Now,"

"Aku tak bisa. Sungguh," Luke menggeleng.

"Luke Robert Hemmings ceritakan padaku,"

"Kau ini kenapa sih?! Aku tak bisa! Aku tak mau kau jadi stres. Kenapa kau jadi kepala batu seperti Ashton ju—"

"I got that message too, Luke! Dan semuanya teror!"





Besok uts bukannya belajar malah main wp :'

iPhone 2 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang