lets vote xx
[carl on mulmed]
Ini gila. Selama aku berpacaran dengan Luke, sama sekali tak ada yang mengirimiku message aneh seperti ini. Aku jadi agak takut kalau-kalau ancaman ini benar. Karna sungguh, aku tak mau kehidupanku menjadi berantakan. Maksudku, aku sekarang sudah sangat bahagia, aku sudah bahagia bersama dengan lelaki blonde yang childish itu. Aku juga sudah bahagia memiliki sahabat seperti Mikey, Ashton, Calum, Kayn dan Bryanna. Apalagi ditambah keponakanku yang lucu, Carl. It's a perfect life i think. Aku tau, kehidupan tidak seharusnya mulus. Ada rintangan dan cobaan. Tapi setidaknya aku mau jangan berikan cobaan itu untuk saat ini. Aku masih ingin menikmati kehidupanku yang bahagia.
"DORR! Lauren melamun yaa?" Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh Carl yang kini sudah ada duduk dihadapanku. Begitupula dengan Luke.
"Ya ampun Carl. Untung saja aku tidak jantungan," ucapku lalu mencubit kedua pipi Carl dengan gemas.
"Lauren ini memang hobinya melamun, Carl," Celetuk Luke sambil menatapku sarkas.
"Kalian lama sekali. Perutku sudah keroncongan. Ayo makan," aku tak menghiraukan perkataan Luke dan langsung mengambil burgerku dan melahapnya.
"Maaf,"tiba-tiba Luke menggenggam tanganku yang masih ada di atas meja. Suara Luke hampir seperti berbisik. Ia menatapku dengan teduh. Luke seperti paham apa yang sedang kurasakan ketika Ia terlalu sibuk meladeni penggemarnya. Aku mengangguk dan tersenyum.
"Lauren, Luke, Carl lapar," Carl yang dari tadi memperhatikan kami tiba-tiba angkat bicara sambil menarik-narik ujung kemeja Luke. Well Carl masih disuapi. Jadi kalau kami tidak makan, Carlpun juga tidak.
"Ya ampun maafkan aku. Baiklah mari makannnn," Luke langsung mengambil sendok cream soup milik Carl dan menyuapinya. He will be a hot daddy one day.
Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju salah satu taman bermain indoor yang memang menjadi tempat langganan Carl bermain.Untung saja di sana tidak ada remaja-remaja. Karena kalau tidak Luke dan Carl pasti akan dikerubungi. Lagi. Aku dan Luke duduk menunggu Carl. Aku kembali mengecek iPhone ku.
1 message from +13527xxxx
from: +13527xxxx
too afraid to reply my message eh? atau kau sedang mencoba mencari perlindungan dan bersembunyi dibalik tubuh Luke? Such a coward girl.
slut.
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Berharap message yang kubaca hanyalah halusinasiku. Tapi tidak, message itu memang ada dan nyata. Aku melirik ke arah Luke yang juga sedang asik menatap layar iPhone nya sambil mendengarkan musik. Syukurlah Ia sedang asik dengan dunianya. Jangan sampai Ia melihat message ini. Aku tak mau Luke membesar-besarkan masalah ini jika Ia tau.
Aku masih bingung dengan pengirim message ini. Bagaimana Ia bisa tau nomor ponselku? Karna aku yakin sekali pengirimnya adalah penggemar berat Luke. Aku kembali tak merespon message itu dan membiarkannya.
"What's happen?" tiba-tiba Luke bertanya dan melepas headset ditelinga kanannya. Aku diam. Tak tau apa yang harus ku katakan.
"Babe, tell me what's happen," Luke sepertinya membaca air muka ku yang tiba-tiba menjadi tegang.
Aku menggeleng pelan,"Nothing," aku mencoba tersenyum dan menunjukkan sikap tenang.
"Hmm.." Luke menggumam pelan sebelum melanjutkan perkataannya,"Can I check your phone, Larry?"Aku terkejut. Tak biasanya Luke ingin mengecek ponselku. Sungguh, selama ini Ia sama sekali tidak pernah kepo dengan benda-benda private seperti ponsel, laptop, dan lain-lain.
"Jangan ikut-ikutan memanggilku Larry, Lucas. Kau hanya boleh..."
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Nona," Luke menatapku. Tatapannya berubah menjadi sangat serius. Membuatku semakin gugup.
"Aku..ehm..Luke.."perkataanku terhenti ketika mendengar suara tangisan yang cukup kencang. Dan kulihat Carl sudah keluar dari arena permainan sambil menangis. Carl berdiri didekat rak sepatu sambil memegangi sepatunya. Aku dan Luke langsung menghampiri Carl. Oke aku panik sekarang.Kami pun menjadi pusat perhatian oleh para orang tua yang juga sedang menunggui anaknya bermain.
"Carl sayang ada apa?" aku langsung memeluk Carl yang masih menangis. Luke mengelus rambut keriting Carl yang berkeringat dan berantakan menutupi keningnya.
"My shoes," Carl terisak. Luke langsung mengambil sepatu yang dipegang Carl.
"Rusak parah," ucap Luke setelah memeriksa sepatu milik Carl. Dan benar saja. Sepatu itu rusak parah. Bagian telapaknya koyak seperti habis digunting dengan paksa. Talinya pun dipotong menjadi pendek.
"It's a shoes from his dad right? " tanyaku. Luke mengangguk sambil terus menatap sepatu ditangannya. Carl masih menangis dipelukanku. Aku mengelus punggungnya mencoba memberi ketenangan.
"Ini sengaja dirusak," ucap Luke. Luke memberikan sepatu itu padaku dan mengambil Carl dari pelukanku. Aku memperhatikannya dengan seksama. Namun tak sengaja kulihat sesuatu didalam sepatu itu. Aku mengambilnya. Itu secarik kertas dengan tulisan bertinta merah. Seketika aku terbelalak membaca isi dari kertas itu.
She will die.
Cause i've got a jetblack heart, and there's a huricane underneath itttt
i'm in love with jet black heart so much *emot ngiler* michael solo is life!!
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfic[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee