f.i.f.t.e.e.n

3.1K 626 28
                                    

Voteee

Ternyata selama berbulan-bulan Lauren telah menyembunyikan semuanya. Penembakan itu, nerdyslut, penyamaran, serta pelarian. Semuanya Ia simpan rapi selama 3 bulan ini. Rasanya semua yang telah Lauren ceritakan seperti mimpi atau dongeng tidur yang mengerikan. Tapi tidak. Itu semua nyata. Lauren bahkan memiliki bukti. Hanya saja, Lauren tidak mau memberitahu siapa identitas asli dari Nerdyslut ini. Kupaksa hingga beribu-ribu kalipun mungkin Lauren tak akan memberitahunya padaku.

Nerdyslut itu mencintaiku. Sejak high school sampai sekarang. Ia akan melakukan apa saja untuk bersamaku. Bahkan membunuh pun Ia mau. Begitulah menurut cerita Lauren.

Ternyata setelah tragedi pesta terakhir itu, Lauren berniat menemuiku. Namun entah kenapa Ia dicegat oleh si nerdyslut ini. Lauren dicegat tepat di taman gedung lalu Lauren diseret menjauh dari gedung. Nerdyslut menceritakan semua yang telah direncanakannya termasuk mabuknya Calum.

"Dia membayar si bartender itu untuk memberikan Calum alkohol. Dan kadar alkohol dalam satu gelas itu sangat tinggi sehingga Calum jadi kehilangan kendali. Nerdyslut itu sengaja ingin menghancurkan hubungan kita. Bukan hanya hubungan kita, tapi hubungan 5sos. Dia juga menyuruhku menjauhi kau dan 5sos. Namun aku menolak. Tiba-tiba 2 orang sniper keluar dari semak-semak. Mereka mengarahkan senjatanya ke perut dan kepalaku. Aku segera lari dan pulang dengan bus sampai ke apartmen dan mengambil mobil serta mengemasi barang-barangku dan mengungsi ke sebuah motel dekat dengan ArtClothes. Esoknya aku membereskan hal-hal yang harus kuselesaikan di ArtClothes lalu aku kesini. Nashville. Aku memalsukan identitasku. Dan mengerjakan pekerjaanku dari sini. Dan seminggu lalu ketika aku sedang duduk di sebuah taman untuk mengerjakan sketsa, nerdyslut itu muncul. Bersama 2 orang sniper yang sama lalu membawaku ke tempat yang sunyi dan menyuruhku untuk memutuskanmu. Aku bersikeras untuk menolak permintaannya. And then the sniper shoots me. And everything was dark. Aku tertembak. Kata dokter, aku dibawa ke rumah sakit oleh seorang pelukis jalanan yang lewat. Setelah beberapa hari pengobatan aku langsung pindah dari apartmen lama."

Seperti itulah Lauren menceritakannya. Dengan suara yang lemah dan tertahan. Sungguh aku tak sanggup melihatnya harus kesakitan, berlari dari teror, mengorbankan perasaannya demi diriku. Lauren juga memperlihatkan belasan message teror yang selalu didapatnya. Satu yang membuatku bergidik ngeri adalah sebuah iMessage yang dikirim 3 hari yang lalu

From: +13527xxxx
Putuskan dia, bitch! Or my sniper will kill him. Kill. Luke. Hemmings. Jadi kau dan aku tak akan bisa bersamanya. Oh bukan hanya Luke. Carl too. Fair kan?

Kupandangi lagi wajah Lauren yang sedang tertidur. Ku biarkan Ia beristirahat. Calum sedang membeli minuman keluar dan hanya ada aku dan Lauren disini. Ku buka iPhone ku dan ada iMessage dari si gulali. Hey sudah lama sekali aku tidak memanggilnya gulali. Mungkin karena dia sudah tidak mirip gulali lagi karena rambutnya sudah tidak berwarna-warni lagi.

From: Mike
Got her? Kau belum laporan kepada kami yang masih di nyc

To: Mike
yap i got her. I'm so thankful she's okay.

From: Mike
Syukurlah. Kau harus segera menceritakan apa yang terjadi. Dan cepatlah pulang. We miss you guys :p

To: Mike
Lol. Menjijikan, jadi sekarang kau gay? :o

From: Mike
Yes im gay baby kiss me :*

Aku bergidik ngeri melihat message tersebut. Otakku langsung membayangkan Michael yang bergelayutan di badanku dan meminta ciuman.

"Luke..." Aku langsung mengunci iPhoneku dan membuang pemikiran bodoh tentang Michael. Lauren sudah bangun. Ia tersenyum menatapku. Matanya agak bengkak. Terlalu banyak menangis.

"Nyenyak sekali kau tidur," ucapku sambil mengusap punggung tangannya. "Apa masih sakit?"

"Ya, sedikit..where's Calum?" Tiba-tiba yang ditanya muncul membawa 2 botol minuman.

"Hey princess sudah bangun," ucap Calum sambil memberikan botol minuman yang dibelinya kepadaku.

"I'm not a princess, Cal," Lauren terkekeh. Ya Tuhan aku merindukan senyumnya.

"Apa ada pesan teror lagi?" Tanya Calum sambil menarik kursi dan duduk disamping ranjang Lauren. Aku menggeleng. iPhone Lauren memang aku yang memegang. Dan aku sudah menceritakan semuanya kepada Calum tentang permasalahan yang kami hadapi. Tapi kami masih berusaha merahasiakannya pada Ashton, Michael, Bryanna dan Kayn serta orang-orang lainnya.

"Ku harap kalian secepatnya pergi dari sini sebelum anak buah si nerdyslut menemukan kalian sedang bersamaku," ucap Lauren. Aku dan Calum saling bertatapan namun sedetik kemudian menggeleng cepat.

"Pergi dan meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini? Tidak akan. Kau akan ikut kami pulang ke NYC," balasku tegas. Lauren menggigit bibirnya.

"Aku tak mau," ucap Lauren pelan.

"Kau tak perlu takut. Aku akan menjagamu. Sumpah aku akan menjagamu," aku mencoba meyakinkannya.

"Bukan masalah itu. Aku tak mau kau dan Carl celaka.ya Tuhan..aku bisa gila," Lauren menutupi wajahnya dengan bantal. Aku menjauhkan bantal itu dari wajahnya. Matanya merah menahan tangis. Perlahan bibirku mendarat dibibirnya. Kulumat perlahan bibirnya yang tidak lagi pucat.  Ia membalas ciumanku.

"Holy shit, guys i'm here! Hellooo.." Fuck. Calum mengganggu. Aku lupa ternyata Ia masih disini. Kulepaskan panggutanku pada Lauren dan menatap Calum.

"Kau mengacaukannya, Cal," aku menatapnya dengan tatatapn mematikan.

"I'm sorry but not this time," Calum membalas tatapanku datar. Lauren terkekeh. "I'll give you guys privacy," Calum langsung keluar dari sini. Aku kembali menatap Lauren.

"So..?"

"What so?" Tanya Lauren balik. Aku tersenyum.

"We'll back to nyc..?" Aku menaik turunkan alisku. Ia tersenyum lemah namun seketika menggeleng.

"Lauren c'mon..it's my holiday after the tour. I need you beside me. I miss you much,"

"Ouch, that's sweet," Lauren terkekeh. Ia terdiam sebentar. Menarik nafas panjang lalu akhirnya berkata,"Okay. Back. To. Nyc."

***

Gue iri sama Lauren sip.-.

Sorry for the typo(s) :))
Bhay.

iPhone 2 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang