A/N: ada cogan tuh di mulmed :p
Vote;)
.
Entah kenapa pagi ini Lauren merasa sekujur tubuhnya pegal. Padahal Ia hanya berbaring sepanjang hari. Lauren dibangunkan oleh suara dari hembusan nafas berat tepat di sampingnya. Diliriknya seseorang-yang tentu saja kalian pasti tau siapa dia-yang sedang tertidur pulas disampingnya dengan tangan yang melingkar di perut Lauren. Kakinya yang terlalu panjang ditekuknya. Seperti posisi janin. Lauren tersenyum melihatnya. Disisi lain, ada Calum yang tidur di sofa dengan posisi duduk. Lauren tertawa karena wajahnya ditutupi oleh selembar koran. Lauren kembali menatap lelaki disampingnya. Wajahnya lucu sekali ketika sedang tidur. Pasti Ia kelelahan.
"Menikmati pemandangan eh?" Luke membuka mata kanannya sedangkan yang kiri masih tertutup. Lauren tersenyum. Pipinya bersemu merah. Malu karena tertangkap basah sedang memandangi Luke.
"Memangnya salah ya memandangi wajah kekasihnya sendiri?" Lauren menjulurkan lidahnya.
"Tentu tidak, sayang. Kau boleh memandangiku kapanpun," Luke semakin mengeratkan pelukannya. Ia sedikit berhati-hati kalau-kalau tangannya tak sengaja mengenai luka jahitan di perut Lauren.
"O-kay. Oh iya, jadi..kau semalaman tidur seranjang denganku..?" Tanya Lauren. Lauren memang tak menyadari kalau Luke tidur disampingnya. Luke mengangguk cepat.
"Ranjang ini sempit dan kau mampu bertahan tidur disini tanpa terjatuh?"
"Kan aku memelukmu, sayang. Jadi tidak jatuh," Luke nyengir. Lauren menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"This is why i hate you guys," tiba-tiba suara itu muncul. Calum sudah bangun rupanya. Sudah berkacak pinggang sambil memperhatikan Luke dan Lauren. "Bermesraan tidak lihat tempat. Ada seorang jomblo disini dan--"
"Yayaya terserah. Siapa suruh menjadi jomblo?" Luke menyela perkataannya. Calum langsung mengacungkan jari tengahnya. Luke terkekeh.
"Aku lapar. Mau ikut sarapan?" Tanya Calum. Ia berjalan menuju loteng. Merasakan udara pagi yang dingin.
"Bungkuskan aku saja ya? Aku mau menjaga Lauren," kini Luke sudah berganti posisi. Ia duduk disamping ranjang. Calum menggeleng.
"Aku tak mau repot. Bye--" Calum langsung berjalan membuka pintu.
"Calum tunggu. Luke akan ikut sarapan," Lauren menahan Calum.
"Kau sarapan saja bersama Calum. Aku tak apa," ucapnya pada Luke.
"Tapi--"
"I'm okay Luke," Lauren meyakinkan. Luke ragu namun akhirnya mengiyakannya.
"Aku akan sekalian membelikanmu baju ganti untuk kita pulang siang nanti. Just call me if you need something, okay?" Luke turun dari ranjang lalu mengecup kening Lauren. Lalu Luke dan Calum keluar dari kamar.
Dikamar, Lauren hanya menggeliat-geliat tak tenang. Lauren tidak tahan terus-terusan tidur tanpa mengerjakan apapapun. Ia membuka iPhone nya. Melihat sebuah notif yang setiap minggu selalu datang.
1 message from +13527xxxx
From: +13527xxxx
On the way to Nashville Public Hospital. We'll see how's your life after this. See ya
Lauren tercekat. Ia menghembuskan nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Lauren mencoba bangun. Ditahannya rasa nyeri diperutnya dan mencoba berdiri. Dia mencoba menyiapkan mental sebelum bertemu dengan wanita kejam itu.
"Little princess trying hard to stand up, huh?" Dia. Nerdyslut itu. Dia masuk ke ruang rawat Lauren. Dandanannya seperti biasa, seperti gadis bayaran yang ada di club. Lauren menatapnya tajam. Kini Lauren hanya terduduk di tepi ranjang dan menunggu apa yang wanita itu akan lakukan selanjutnya.
"Jangan kira kalau Luke berada didekatmu, kau bisa lepas dariku. Aku akan selalu tau dimana keberadaanmu, sayang," Wanita itu mendekati Lauren dan menatapnya sinis.
"Ternyata kau tidak jera ya. Masih saja mendekati Luke. Apa kau mau bertemu dengan..." Wanita itu menghentikan omongannya lalu memasukkan tangannya kedalam tas jinjingnya. Dikeluarkannya sebuah revolver.
"My baby..? Hmm? Dia sudah tidak sabar bertemu denganmu, Lauren," Ia mengayun-ayunkan revolver itu didepan wajah Lauren.
"Luke. Hanya. Mencintaiku! Jangan ganggu kami lagi!" Kini Lauren berhasil mengumpulkan keberaniannya untuk angkat bicara.
"Hmm..?" Wanita itu mengangkat salah satu alisnya dan menatap Lauren sarkas.
"Ternyata kau sudah berani ya. Cerdas.." Wanita itu secara tiba-tiba menarik Lauren dan menjatuhkannya ke lantai dengan posisi tengkurap. Perut Lauren terhempas dengan keras dan menimbulkan nyeri yang luar biasa. Tangan Lauren dipegang dari belakang oleh wanita kejam itu. Dalam hati Lauren tak henti-hentinya memanggil nama Luke dan berharap Luke dan Calum segera kembali dan menolongnya.
"Kau meremehkan kemampuanku ya? Kau pikir aku tak bisa membuatnya jatuh cinta padaku?! Kau pikir kau yang paling mempesona?!" Wanita itu memekik ditelinga Lauren. Lauren mulai menangis. Antara menahan sakit di perutnya serta menahan perlakuan kasar wanita itu. Posisi wanita itu kini menduduki Lauren.
"Kau gila. Kau tidak waras! Tidak cukupkah kau menembakku? Bayangkan betapa nyeri nya perutku kau siksa seperti ini!" Balas Lauren. Tangisnya semakin menjadi. Mendengar perkataan Lauren, wanita itu langsung naik darah dan menjambak rambut Lauren sekuat tenaga. Kini bukan hanya perutnya, tapi kepalanya juga sakit.
"Don't be a fool, Reed. Jangan berlagak menjadi orang yang paling tersiksa disini! Bisa bayangkan selama 6 tahun aku menanti Luke tapi tidak juga aku mendapatkannya, huh? Itu lebih sakit!"
"Bayangkan. Rasa. Sakitnya, bitch!!" Wanita itu semakin keras menarik rambut Lauren. Disetiap kata yang diucapkannya selalu di iringi tarikan.
"Aaaa..cukup! Sakit..kumohon. Sakit.." Lauren meronta-rona meminta dilepaskan. Wajahnya memerah menahan sakit.
"Mau kulepaskan?" Wanita itu tersenyum licik. "Kali ini kau selamat, Reed. Revolver ku akan menuggu pertemuan berikutnya denganmu."
Wanita itu bangkit berdiri,"See ya." Ia langsung pergi meninggalkan Lauren yang masih tiarap di lantai. Lauren tak sanggup membalikkan badannya. Nyeri sekali. Lauren menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tak peduli lagi dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Lauren sudah tidak kuat. Ia ingin mati. Ia lebih memilih mati daripada terus disiksa seperti ini.
"I wanna die," ucap Lauren lirih disela tangisnya. Sampai 10 menit Lauren tiarap dilantai dan tak mampu berbalik. Selama 10 menit pula Ia tak berhenti menangis. Hingga Luke dan Calum datang dan mendapati Lauren dengan posisi yang tidak wajah seperti itu.
"Holy shit! Lauren! Ada apa?!" Luke secepat kilat menghampiri Lauren dan perlahan membalikkan tubuh Lauren lalu menggedongnya kembali ke ranjang. Calum membantu menyelimuti Lauren.
"Lauren ada apa?!" Lauren malah semakin menangis. Luke memeluk Lauren. Lauren yang tadinya berbaring langsung mencoba untuk duduk dan memeluk Luke dengan erat. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Luke.
"It's okay baby. I'm here," Luke mengelus punggung Lauren.
"Apa nerdyslut lagi, sayang?" Setelah Lauren mulai tenang, Luke kembali bertanya. Lauren menghembuskan nafas panjang, lalu mengangguk lemah. Luke dan Calum langsung saling bertatapan.
"Dugaanku benar," ucap Calum. "Apa yang dia lakukan?" Tanyanya.
"Aku tidak usah menceritakan secara detil. Yang pasti, dia menyiksaku,"
***
The girl who cries wolf everyday
Ignore by gravity
But in the end
Dont ask why
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfiction[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee
