Secepat mungkin Luke mengendarai mobilnya menuju art clothes. Ia takut. Bukan karena teror itu. Tapi dengan keselamatan Lauren dan Carl. Dipikirannya kini hanya keselamatan Lauren dan Carl. Luke terus-terusan menghubungi Lauren namun tak satupun yang di angkat.
Sesampainya di ArtClothes, Ia segera menemui Renata yang sedang sibuk dibalik mejanya. Ia langsung menghentikan kegiatannya ketika melihat Luke yang memasuki art clothes dengan tergesa-gesa. Renata merapikan rambutnya lalu berdiri menyambut Luke.
"Selamat siang, Mr. Hemmings," sapa Renata sambil tersenyum simpul.
"I'm not your boss. Don't call me Mr. Hemmings. Where's Lauren?" Luke langsung to the point.
"O-kay, uhm..Luke. Nona Lauren sedang keluar. Mungkin sejak 15 menit yang lalu," Luke mendengus sambil mengacak-acak rambutnya.
"Kemana?"
"I don't know," Renata menggeleng. Tanpa berkata apa-apa Luke meninggalkan tempat itu dan kembali mengendarai mobilnya. Ia berfikir keras kemana kira-kira Lauren pergi. Ia memutuskan untuk menelepon Ashton terlebih dulu untuk memastikan Carl baik-baik saja sambil terus menyetir tanpa tujuan.
"Wassup?"
"Kau dimana?"
"My mom's house,"
"With Carl?"
"Of course"
"Apa Ia sedang bermain perosotan?"
"Ya..Ia sedang..Hey bagaimana kau tau?"
"Sendirian?" Luke mengabaikan pertanyaan Ashton.
"Ya..Ia kan sudah biasa bermain sendiri. Lagipula rumah ibuku dikelilingi pagar yang sangat tinggi. He's safe. Kau tau itu kan Luke"
"No! Wtf jaga dia Ashton! Keluar dan jaga dia sekarang!!" Luke mulai panik.
"Kalian ini kenapa sih? Sedang mabuk atau bagaimana?"
"Kalian..?" Luke merasa kata kalian sangat menganjal.
"Ya..Kalian..Kau dan Lauren..Kalian panik sekali menanyakan Carl. Apalagi Lauren. Suaranya terdengar sangat ketakutan. Lagipula darimana kalian berdua tau bahwa Carl sedang bermain?"
"Lauren meneleponmu?" Luke kembali mengabaikan pertanyaan Ashton.
"Ya..Dia bilang dia sedang diperjalanan menemui kami..God damn it kau selalu mengabaikan pertanyaanku bodoh..Hey..Luke? Fuck dimatikan," Luke memutuskan sambungan telepon tanpa berbicara sepatah katapun. Luke langsung tancap gas menuju rumah Ashton's mom.
Lauren memberhentikan taxi yang ditumpanginya tepat di depan pagar rumah ibu Ashton. Pintu pagar itu tidak terkunci. Lauren kembali merasakan debaran jantungnya berpacu sangat cepat. Si pemegang pisau itu..Ia mungkin sudah memasuki pekarangan rumah ini. Lauren berlari menuju halaman samping tempat dimana memang terdapat beberapa alat bermain. Ia memang sudah lumayan sering kesini. Jadi Ia sangat mengenal rumah milik ibu Ashton ini. Sesampainya di sana, Ia terdiam. Carl sedang asik bermain istana pasir sendirian. Lauren mengedarkan pandangannya mencoba mencari sosok pemegang pisau berbahaya itu. Namun kosong. Carl sendirian dan Ia baik-baik saja.
"Aunt!!" tiba-tiba Carl berteriak dan berlari memeluk Lauren. Lauren terkejut namun segera memperbaiki ekspresi wajahnya yang ketakutan menjadi ceria.
"Hey jagoan..Maaf mengganggu permainanmu, sayang," Lauren mengusap puncak kepala Carl dengan sayang. Kini Ia berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan Carl.
"Ayo main," Carl menarik-narik lengan baju Lauren dan mengajaknya bermain. Lauren tersenyum.
"Maaf tapi Carl harus menjawab pertanyaan aunt terlebih dahulu," Carl mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfiction[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee
