f.o.u.r.t.e.e.n

2.9K 618 38
                                        

"Get away from me..! Sshh," Lauren mendorong tubuh Luke untuk menjauh sambil terus memegangi perutnya. Darah diperutnya terus mengalir melewati kaos polo yang dipakainya.

"Lauren kau terluka! Kita harus ke rumah sakit. Where the fuck is Calum Hood," Luke memandang ke arah sekitar lalu mendapatkan Calum berlari ke arahnya dengan terengah-engah.

"Don't call me Lauren," Lauren langsung berdiri lalu kembali bersiap untuk berlari dengan keadaan yang masih berdarah. Namun belum sampai 3 langkah Ia berlari, Lauren langsung jatuh pingsan.

.

"Gadismu bodoh," ucap Calum enteng. Luke langsung menatap tajam ke arah Calum yang duduk disebelahnya. Mereka sedang dalam penyamaran agar tidak dikerubungi fans-fans.

"Bagaimana bisa dalam keadaan terluka seperti itu Ia berlari?!" Lanjut Calum.

"Aku masih penasaran sebenarnya apa yang terjadi. Ia sangat berbeda. Seperti orang asing," ucap Luke tak menghiraukan cibiran Calum untuk gadisnya. Calum terkekeh pelan.

"She's full of mystery," komentar Calum. Tak lama seorang dokter keluar dari ruang gawat darurat.

"Bagaimana keadaannya dok?" Tanpa basa basi Luke langsung menanyakan keadaan Lauren.

"Stabil. Tadi hanya jahitannya saja yang lepas. Tapi sudah ditangani,"

Jahitan apa? Pikir Luke. Belum sempat Luke ingin bertanya, dokter itu sudah berlalu pergi.

"Ayo kita masuk," Calum langsung menarik tangan Luke untuk masuk ke ruang gawat darurat. Ketika Luke dan Calum masuk, suasananya sangat sunyi. Ada sekitar 2 perawat yang masih mengurus Lauren. Lalu semenit kemudian perawat itu memperbolehkan Luke dan Calum mendekat.

Bibir Lauren yang biasanya merah kini menjadi pucat. Tangannya dingin. Lauren tak berdaya. Baju berlumur darah yang tadi dipakainya kini telah berganti dengan piyama rumah sakit.

"Hey dimana handphone miliknya? Mungkin kita bisa mencari tau sesuatu," ucap Calum sambil terus memandangi Lauren. Luke langsung merogoh saku celananya dan mengambil sebuah iPhone berwarna abu-abu. Ini bukanlah iPhone yang biasanya dipakai Lauren. Milik Lauren berwarna gold sedangkan ini abu-abu.

"Aku tak tau passcodenya," ucap Luke sambil memperlihatkan layar iPhone milik Lauren.

"Kau kekasihnya atau bukan sih?!" Calum mengambil alih iPhone itu lalu mencoba-coba passcode itu dengan sembarang kode.

"It's not her phone. Dia ganti ponsel. Aku tak tau kenapa."

Sambil membiarkan Calum membuka passcode iPhone Lauren, Luke kembali memandangi wajah gadisnya. Masih terbaring kaku. Digenggamnya tangan dingin Lauren dengan sayang. Luke merindukan gadisnya.

"I love you so much Lauren. I do really love you," bisik Luke tepat ditelinga Lauren. Luke membenamkan kepalanya ke pundak Lauren yang terbaring. Namun semenit kemudian Lauren membuka matanya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menyadari kehadiran Luke dan Calum disampingnya.

"Hey pretty," sapa Luke gembira. Lauren hanya diam menatap Luke. Seakan Ia tak pernah melihat wajah Luke sebelumnya.

"Hella nona Lauren," kini Calum yang menyapa.

"Kenapa kalian disini?" Lauren akhirnya angkat bicara dengan suara yang sangat lemah. Suaranya seperi menahan kesakitan.

"Kami yang membawamu kesini," jawab Luke sambil tersenyum.

"Pergi.." Ucap Lauren lirih. Tubuh lemahnya dipaksakan untuk bergerak namun tak mampu.

"What..?"

"Pergi dari sini. Kalian berdua pergilah!" Lauren seperti orang gila. Ia mendorong tubuh Luke untuk menjauh dari ranjangnya. Namun tentu saja Luke tidak semudah itu langung pergi.

"GET AWAY FROM ME! She will kill you! Get away! She--aw..shh," Lauren berteriak sekuat mungkin dan mencoba untuk bangkit namun seketika Ia merasa kesakitan sambil memegangi perutnya. Dengan sigap Luke membaringkan tubuh Lauren kembali.

"Kita tak akan pergi sebelum kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Calum.

"Please..please..aku tak mau jadi pembunuh! Aku tak mau jadi pembunuh!" Lauren yang tadinya penuh amarah, kini tiba-tiba malah menangis sesegukan. Dia seperti orang gila yang emosinya naik turun.

"Kau tidak membunuh siapa-siapa! Apa yang kau katakan?!" Luke mengusap puncak kepala Lauren dan memberikan ketenangan.

"Sekarang kau tenang. Kau harus tenang dan jangan banyak bergerak. Tenangkan dirimu," ucap Luke. Ingin sekali Ia memeluk Lauren namun tak bisa karena perut Lauren masih sakit.

Lauren menarik nafas dalam-dalam. Mencoba menghentikan tangisnya sendiri. Ditatapnya satu-satu lelaki disebelahnya dengan sayu. Lauren sudah mulai tenang sekarang. Tidak lagi sesegukan.

"Luke..the braces and glasses one, Nerdyslut..why do you never tell me about her?" Ucap Lauren lirih. Kini Lauren menggenggam erat tangan Luke seakan tak mau Ia pergi.

Luke terbelalak. Bagaimana Lauren bisa tau tentang Nerdyslut dan the braces and glasses one?

"How did you know that?"

"Kau tidak perlu tau. Sekarang yang harus kau lakukan adalah menjauh dariku," ucap Lauren. Luke menggeleng. Ia butuh penjelasan lebih.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak akan!"

"Why don't you understand me? I don't want to be a killer! God.." Lauren mulai menangis lagi. Luke kembali mengusap puncak kepala Lauren.

"Tell me what's happen. Just tell me, Lauren,"

Lauren menatap Luke. Ia terlihat ragu.
Lauren mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tak ditemukannya Calum. Mungkin Ia keluar untuk memberikan privasi kepada Lauren dan Luke.

"Peneror kita selama ini adalah Nerdyslut. Gadis yang kau panggil Nerdyslut di high school," Lauren mulai mau bercerita.

"Gadis itu mencintaimu, Luke. Dan sampai sekarang masih mencintaimu. Dan dia ada didekat kita. Itulah kenapa dia selalu tau hal-hal yang orang tidak ketahui. Aku tau karena dia sendiri yang memberitahunya padaku," Luke cukup terkejut mendengarnya. Ia tak menyangka bahwa si Nerdyslut yang cupu itu telah meneror mereka.

"Lalu perutmu?" Luke penasaran apa yang terjadi pada perut Lauren yang tadi tiba-tiba berdarah.

"Her sniper shoot me,"Lauren menjawab di iringi senyum sendu. Luke melongo. "Dan tadi jahitannya robek karena aku terlalu banyak bergerak akibat berlari."

"What? Why she just--"

"Karena aku sempat menolak untuk menyetujui permintaannya."-lauren

"Permintaan..?"-luke

"Ya. Permintaan untuk menjauhimu dan 5sos. Kalau tidak, dia akan menembakku lagi. Dan menembakmu juga."

***

siapa sebenarnya si nerdyslut ini?

Oh tell me what we're fighting for

Its turned into an all out war

I'll find a way to fix this broken pieces and let goooo

iPhone 2 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang