"No! Stop Kayn. Please!" Kayn sudah menusukkan sedikit pisaunya ke pipi Lauren. Ia berhenti melakukannya ketika Lauren berteriak.
"Listen to me! Luke tidak mencintaimu, Kayn! Apa kau mau mencintai orang yang tidak mencintaimu? Apa kau tidak ingin tau rasanya dicintai oleh seseorang? Kau pantas mendapatkan orang yang mencintaimu dengan tulus!"
"Basi anjing! Kau hanya tidak--"
"Tidak Kayn! I need to change your mind! I need to stop this. I believe that you are a very nice girl. Kau tidak usah seperti ini Kayn. Ini bukan hanya menyakiti orang disekitarmu tapi juga menyakiti dirimu sediri! Please Kayn. Aku yakin masih ada yang mencintaimu dengan tulus. Like Michael did. He loves you so much, Kayn.."Lauren berusaha mengulur kematiannya dengan pidato-pidato itu. Tapi itu bukan sekedar pidato. Itu memang keluar dari hati dan pikirannya. Lauren merasa harus menghentikan ini semua.
"Shut up!! You wil never ever change my MIND!" Kayn dengan amarahnya yang sudah membludak menggores leher Lauren. Goresan tipis. Tapi berhasil membuat seluruh tubuh Lauren nyeri luar biasa.
"Jangan sok jadi motivator di saat-saat terakhirmu, Reed," Kayn tersenyum puas melihat Lauren kesakitan. Wajahnya pucat. Darah dari lehernya mengalir hingga ke kerah bajunya.
"Aku tidak peduli meski dengan membunuhmu aku akan masuk penjara. Yang penting Luke tidak akan bersama dengan kau lagi!" Kayn kembali mendekatkan pisaunya ke perut Lauren.
"GO TO HELL, YOU--"
"Kayn stop!" Pintu dressing room terbuka. Sekali lagi, kematian Lauren tertunda. Kayn langsung menjauhkan tangannya dari Lauren dan melihat siapa yang menghentikannya. Bryanna.
"Apa yang kau perbuat, Kayn?!" Bryanna masuk sambil menggandeng Carl. Oh no, tidak seharusnya Carl melihat adegan ini. Bryanna mendekati Kayn. Ia ingin merebut pisau ditangan Kayn. Namun tiba-tiba Kayn kembali mengacungkan pisaunya ke arah Bryanna.
"Selangkah lagi kau maju, benda ini akan menggores pipimu, nyonya Irwin," Kayn seperti orang kesetanan. Ia hilang kendali. Benar-benar marah. Bryanna mulai pucat, tubuhnya kaku. Tangan Carl digenggamnya erat. Sementara Lauren masih kesakitan dan pergelangan tangannya dicengkram oleh Kayn.
"Kayn, please stop. Think about how Michael loves you. You can trying to love him back and start a new life without Luke! Kau pasti lelah menunggu selama bertahun-tahun. Tidak maukah kau menghentikan penantianmu dan menjalani hidup yang lebih baik?!" Ditengah kesakitannya Lauren masih bisa berbicara. Ia memang harus mengubah mindset Kayn. Tidak ada cara lain. Kayn menatap Lauren tajam dengan tatapan penuh amarah.
"Kita bisa ulang ini dari awal if it's possible. Aku--"
"NOBODY CAN CHANGE MY MIND TO GET MY LUKE BITCH!" Kayn mengarahkan lagi pisaunya ke arah Lauren. Mungkin kali ini tak ada yang bisa menghentikan detik-detik kematian Lauren. Bryanna pun tidak. Bryanna terlalu takut untuk itu. Wajah kedua orang tuanya serta Luke kembali melintas diotak Lauren.
Lauren membatin. Berharap Luke dapat merasakan panggilan terakhirnya melalui telepati dadakan. Setidaknya Luke tidak harus melihat kematiannya secara langsung agar Ia tidak terlalu sakit
Luke..i love you..see you later..
Dan pisau itu menancap perlahan ke perut Lauren.
***
Jangan gebukin ane gara2 short chp ini bahahak XD
Maapin yak
Hehehe
HEHEHEhe
Hehe
He ._.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfiction[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee
