let's vote
Kulirik Luke yang duduk disampingku. Ia sibuk membaca majalah fashion yang ada di atas meja. Kuharap Ia tak memperhatikanku. Sesegera mungkin ku tutup surat itu agar Luke tidak membacanya. Luke tentu saja tidak akan memperbolehkanku menerima Abby bekerja di art clothes kalau Ia tau.
"Luke aku mau ke ruanganku. Kau ikut atau langsung pergi ke rumah Dylan?" Tanyaku.
"Sepertinya aku langsung menemui Dylan saja. Aku akan menjemputmu untuk lunch nanti. Love you, see ya," Luke mengecup pipiku lalu langsung beranjak dari duduknya. Setelah memastikan bahwa Luke memang sudah benar-benar pergi, aku kembali membuka surat lamaran kerja dipangkuanku lagi. Ku baca nama pengirim yang tertera di sana hampir 5 kali. Aku mencoba meyakini diriku bahwa pengirimnya memang benar-benar Abby yang kukenal.
Abby Aine White
Nama itu sangat tidak asing bagiku. Tidak mungkin ada orang yang memiliki nama seperti itu selain Abby. Setelah aku benar-benar yakin itu Abby, aku segera menghampiri Renata yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Kau tau bagaimana ciri-ciri pengirim surat ini, Renata?" Aku kembali membolak balik berkas tersebut.
"Seingatku Ia seorang wanita berambut merah dengan rambut yang botak sebelah. Panjang rambutnya sampai punggung. Matanya coklat terang. Hanya itu yang ku ingat nona,"jawab Renata. Aku terkesiap. Aku masih sangat mengingat model rambutnya terakhir kali aku bertemu. Ciri-ciri yang diberitahukan Renata mirip sekali dengan Abby. Tapi dulu rambutnya berwarna hitam.
"Segera hubungi dia untuk wawancara,"
1 message from +13527xxxx
From: + 13527xxxx
Morning whore.Pesan bodoh dari nomor yang sama. Aku sudah mulai muak dengan pengirim ini. Tanpa pikir panjang aku langsung membalas.
To: +13527xxxx
Stop txting me you btch.From: +13527xxxx
Finally u reply. Sudah selesai mengumpulkan kemberanianmu ya nona?Aku menggeram kesal. Belum sempat aku mengetik balasan, tiba-tiba pintu ruangan kerjaku diketuk.
"Masuk," perintahku dari dalam dan pintu pun terbuka.
Lauren merasa tubuhnya mendingin. Di pandangnya wanita yang tepat berdiri di ambang pintu. Wanita itu pun juga sama seperti Lauren yang mematung di tempatnya. Hampir dua menit mereka terdiam namun seketika wanita itu berbicara.
"Maaf aku salah tempat," wanita itu langsung berbalik dan bersiap menutup kembali pintu ruangan Lauren. Namun dengan cepat Lauren berdiri dari duduknya dan berbicara.
"Wait. Kau mau wawancara kan?" Lauren masih berdiri di balik mejanya. Suasana mulai awkward.
"Uhm..yeah. And i think i entered the wrong room," wanita itu kembali bersiap untuk pergi namun kembali ditahan oleh Lauren.
"Wait you entered the right room. Aku yang mewawancaraimu. Duduklah," wanita itu terdiam sebentar dengan tatapan ragu tapi Ia perlahan melangkah mendekati meja kerja Lauren dan duduk dihadapannya.
"...senang bisa bertemu denganmu lagi...Abby.." Lauren mulai membiasakan diri dengan kehadiran Abby di ruangannya.
"Me too.." balas Abby singkat.
Lauren tersenyum lalu membuka berkas lamaran kerja milik Abby."So. How you feeling Abby?"
"I'm good,"
"Great. Why you choose art clothes for work?"
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfiction[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee