t.w.e.n.t.y.e.i.g.h.t

3.5K 636 159
                                    

Kencangnya angin menerpa wajah Lauren. Menerbangkan rambut panjangnya yang terurai. Matanya tertutup merasakan kedamaian. Udara terasa dingin menusuk tulang namun Lauren tidak peduli. Yang Lauren inginkan adalah melupakan semua masalahnya. Apapun itu, Lauren tidak mau diganggu.

Lauren sedang berada di sebuah taman bermain dekat apartmennya. Meski sudah malam, taman itu masih sangat ramai. Lauren duduk dikursi taman dibawah pohon. Mencari udara segar. Berada dikamarnya malam-malam begini hanya membuat Lauren mengingat Luke. Hampir semua kenangan tentang Lauren dan Luke berada di apartmennya. Sambil mendengarkan lagu dari iPod nya, Lauren duduk melihat orang-orang yang lalu lalang dihadapannya.

"Tidak baik malam-malam begini di luar," sebuah suara mengejutkan Lauren di iringi dengan tepukan dipundak Lauren. Itu Calum.

"Kau sendiri juga di luar. Sedang apa disini?" Lauren melepas earphone ditelinganya.

"Mencari Luke," balas Calum singkat. Lauren mengerinyitkan dahi.

"Aku bosan di rumah dan pergi ke rumah Luke namun Ia tidak ada di rumahnya. Kata momma Liz, dia pergi ke apartmenmu. Tapi ketika aku ke apartmenmu, tidak ada siapa-siapa. Dan akhirnya aku menemukanmu disini," cerita Calum panjang lebar. Lauren menyadari ada yang mengganjal dari cerita Calum.

Kata momma Liz, dia pergi ke apartmenmu

Pasti Luke mengaku pada mom Liz pergi ke apartmenku tapi padahal tidak. Luke pasti berbohong lagi. Tapi Lauren hanya diam. Lagi-lagi Ia menyimpan sendiri semua itu.

"Ya dia tadi sempat ke apartmenku sebentar. Setelah itu pergi entah kemana," kali ini Lauren yang berbohong. Calum hanya mengangguk-angguk mengerti. Lama mereka melayang dalam lamunan masing-masing. Lalu Calum tiba-tiba memperhatikan Lauren.

"Ada apa Calum Hood?" Tanya Lauren lalu tergelak melihat Calum yang menatapnya seperti sedang menatap mangsanya.

"Matamu bengkak dan berkantung. Wajahmu kusut. Rambutmu tidak di sisir. Hmm.." Calum mengusap dagunya, berpura-pura sedang berpikir. Lauren menatapnya acuh.

"Pasti kau sedang ada masalah dan kau kurang tidur," tebak Calum.

"Sok tau," cibir Lauren. Kali ini Ia memakai kembali earphonenya dan mencoba mengacuhkan Calum.

"Aku tidak sok tau, nona Hemmings. Itu benar kan?" Calum melepas salah satu earphone di telinga Lauren dan berbicara. Membuat Lauren tersentak mendengarnya. Kata nona Hemmings itu terasa menyakitkan untuk didengar. Lauren ingat Luke suka sekali memanggilnya nona Hemmings. Tapi tidak lagi sekarang. Mungkin sekarang yang mendapat gelar itu adalah Abby. Lauren menggigit bibirnya menahan tangis. Persetan pada segalanya yang membuat Lauren mengingat Luke lagi. Air mata Lauren sudah di ujung tanduk dan tak sanggup lagi ditahannya.

"Larry are you crying? What's happen?" Calum menyadari air mata Lauren yang sudah turun dengan deras. Lauren tidak menjawab. Lauren mengusap matanya dan menghapus air matanya. Tanpa aba-aba Ia pergi dari tempat itu meninggalkan Calum yang kebingungan.

.

Hampir 2 hari Lauren tidak mendengar kabar dari Luke. Yang Lauren tau, kini Abby dan Luke sepertinya semakin sering hang out bersama. Terbukti karena Abby selalu pulang paling awal dan makan siang selalu dijemput oleh mobil range rover hitam milik Luke. Setiap Luke menjemput Abby, Luke selalu memarkirkan mobilnya jauh dari ArtClothes agar tidak ketahuan. Setidaknya itulah hasil pengamatan Lauren beberapa hari ini. Lauren selalu mencari tau. Dan Ia selalu menyimpannya sendiri. Kalian pasti berpikir Lauren adalah gadis bodoh yang mempertahankan seorang bajingan seperti Luke. Tapi Lauren sangat mencintai Luke. Lauren tidak mau kehilangan Luke. Lauren rela melakukan apapun agar Luke tetap bersamanya. Lauren akan berusaha keras untuk mengubah dirinya seperti apa yang Luke suka.

iPhone 2 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang