3 months later...
Lauren menghirup kuat-kuat udara segar di sekitarnya. Udara segar sehabis hujan membuatnya damai.
New york city.
Setelah berbulan-bulan akhirnya Ia menginjakkan kaki ditempat itu. Tempat dimana kenangan masa lalu tersimpan rapi. Lauren sudah seratus persen siap memulai hidup baru. Memulai kisah baru.
Sekarang Ia sudah 2 minggu berada di New york. Kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Selama dua minggu Ia sama sekali tidak memikirkan Luke. Namun ketika Ia sedang membereskan kamarnya, Ia menemukan foto-fotonya bersama Luke didalam kardus. Foto yang biasanya Ia pajang dan dulu terpaksa disimpannya ketika peristiwa Luke dan Abby.
Sudah 6 bulan dari batas waktu, namun Tuhan masih belum mempertemukan mereka.
Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan bersama. Tidak ada tanda-tanda kalau mereka akan bertemu.
Mungkin Tuhan berkehendak lain. Mereka tidak seharusnya bersama.
Lauren tersenyum melihat salah satu foto. Foto dimana Luke menggendong Lauren. Mereka tertawa bersama. Lauren mulai merindukan lelaki itu. Merindukan tawanya. Merindukan pelukannya. Merindukan bibirnya menyentuh lipring dingin milik Luke. Lauren kembali memasukkan foto-foto itu. Membawa kotak itu keluar apartmen dan membuangnya. Ia membuang semua hal tentang Luke. It's just a memory now.
.
Lauren perlahan menyesap macchiato hangatnya. Satu bulan sudah Ia berada di New york dan akhir-akhir ini New york sering dilanda hujan. Itu membuat udara menjadi dingin. Gara-gara itu, Lauren menjadi tidak pernah absen pergi ke coffee shop langganannya di akhir pekan. Coffee shop bergaya vintage itu berdiri tepat 1 km dari basecamp 5sos. Coffee shop yang sebenarnya memiliki banyak kenangan. Itu coffee shop yang rutin Lauren kunjungi bersama..uh..Luke. Lauren tak bisa memungkiri salah satu alasan kenapa Ia lebih sering mengunjungi tempat itu adalah karena Ia merindukan sosok Luke.
Biasanya Luke yang selalu duduk dihadapannya. Menyesap macchiato nya sambil mendengar musik dari iPod nya atau berusaha membuat lirik lagu baru. Sedangkan Lauren selalu sibuk dengan sketsa dan laporan-laporan. Kebiasaan-kebiasaan itu selalu di ingat Lauren. Setiap inci gerakan yang Luke buat selalu direkam dengan jelas diotak Lauren dan tersimpan rapi di sana. Tapi itu hanya kenangan. Hanya memori. Tak mungkin terulang.
Lauren memperhatikan sepasang kekasih bertubuh gempal yang duduk di meja depannya. Mereka duduk membelakangi Lauren. Lauren masih dapat mendengar beberapa senda gurau yang dilontarkan oleh si lelaki kepada si wanita. Sepasang kekasih gempal ini berhasil menutupi pandangan didepannya.
Lauren memutuskan untuk mendengarkan lagu. Matanya terus memandang ke luar jendela yang basah. Hujan masih turun dengan derasnya. Sementara pikirannya terus melayang memikirkan seseorang yang sedang dirindukannya. Dan tanpa sadar, matanya mulai mengantuk.
.
Luke berlari menghindari hujan dan memasuki sebuah coffe shop terdekat. Ia melepaskan jaketnya yang basah dan memesan satu macchiato panas. Luke mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Coffe shop itu cukup ramai. Hampir semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Luke mencari tempat duduk kosong dan menemukan tempat dusuk paling tepat di ujung ruangan. Ada sepasang kekasih bertubuh gempal yang sedang bermesraan di depan mejanya dan seorang gadis yang sepertinya sedang depresi sambil membenamkan wajahnya ke lipatan tangannya. Luke mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja dan tak sabar menunggu macchiato nya datang. Macchiato mengingatkannya pada seseorang. Gadis itu. Lauren. Gadis yang pernah sampai sekarang tidak dapat hilang dari pikirannya. Luke ingat Lauren sangat suka macchiato. Sedangkan Luke sendiri benci dengan macchiato dan lebih menyukai latte.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 2 • lh
Fanfiction[Book two of iPhone] Let's see how strong their love after this all. highest rank #92 on Fanfiction Copyright©2015 • -gasolinee
