t.w.e.n.t.y

3.1K 624 26
                                    

*flashback*

"Ini untukmu Luke," ucap gadis itu sembari memberikan sebuah kotak kecil berpita hitam. Kepalanya menunduk tak berani menatap lawan bicaranya. Sedangkan yang diajak bicara sama sekali tak menghiraukannya dan malah membicarakan kakak kelas cantik yang duduk dua bangku didepannya.

"Luke, ada yang berbicara padamu,"

"Kau lagi. Ada apa?" Tanya Luke sinis.

"Ini kado untukmu. Kemarin kau ulang tahun kan?" Luke menatap gadis itu remeh namun Ia segera mengambil kotak kecil itu. Semua teman Luke mendekat untuk melihat apa isi kotak tersebut.

"Holy fuck, bitch! Apa yang kau berikan pada Luke?!" Jerit Ashton ketika Luke mengangkat isi kotak itu. Sebuah bungkus bening persegi panjang bergambar pinguin dan bertuliskan "Condom"

"Anjing, kau berikan aku sebuah kondom?!" Pekik Luke sambil menarap bungkusan itu dengan jijik. Seisi kantin yang melihat kejadian tersebut seketika tertawa terbahak.

"Kupikir kau akan menyukainya. Aku tau kau menyukai pinguin dan itu limited edition," gadis itu menahan tangisnya.

"Yang benar saja, nerdyslut! Yang ada Luke akan dihukum oleh momma Liz karena telah menyimpan kondom," komentar Michael yang di iringi tatapan tajam oleh Luke.

"Gadis aneh," timpal Calum.

"Go away, bitch!" Luke melempar bungkusan itu ke wajah si gadis. Seketika gadis itu berlari dengan rasa malu yang sudah tak tertahankan. Seluruh kantin puas menertawakan gadis itu.

Kini Ia duduk di bawah pohon. Menangis tersedu-sedu. Gadis itu memang aneh. Rambutnya yang hanya sebahu dikepang dua, kacamatanya tebal, kawat gigi warna warni menghias giginya, seragam serta kaos kakinya lusuh, sepatunya jebol, serta sebuah notes kecil yang selalu tergantung dileher adalah ciri khasnya. Bukan kali ini saja Ia di abaikan oleh Luke. Tapi beribu kali. Luke. Lelaki yang dicintainya sejak kelas 1. Tapi Luke sendiri tidak pernah menganggap gadis itu ada.

Gift for Luke: FAILED

Tulisnya di notes. Ia sadar dirinya aneh. Sadar bahwa hampir seisi sekolah membencinya. Gadis itu mau berubah. Ia harus berubah. Ia harus membuat Luke bertekuk lutut padanya. Ia harus bersama Luke bagaimanapun caranya. Apapun akan dia lakukan. Ia menulis lagi di notesnya: CHANGE.

*flashback off*

Luke merasakan sebuah tangan melingkar dipinggangnya sembari Ia menuangkan air putih ke gelasnya. Luke tau itu bukan Lauren. Dengan sigap Ia melepaskan tangan itu dan melihat siapa pelakunya.

"Kayn? What are you doing?"

"I want to hug you. I'm so down right now. I need a hug after Mikey broke me up," Kayn kembali memeluk Luke tapi Ia segera menghindar.

"You can't. I have a girlfriend," Luke mengelak.

"Girlfriend? Maksudmu Lauren? Serius Luke? Lauren malah lebih cocok menjadi anakmu yang selalu berlindung di balik punggungmu dan meminta disayang seperti anak bayi," Luke mengepalkan tangannya. Seandainya Kayn adalah lelaki, Ia pasti sudah menghajarnya. Dan seandainya tidak ada perjanjian untuk memperlakukan Kayn dengan manis sebelum waktu eksekusi tiba, Ia pasti sudah dari tadi membentak Kayn. Ya, Luke, Calum dan Ashton sudah sepakat untuk bersikap seolah tak terjadi apa-apa dan tak tau apa-apa. Mereka akan menyusun rencana dulu sebelum benar-benar mengeksekusi Kayn. Karena jika mereka langsung menindak lanjuti semua kesalahan Kayn, bisa saja Kayn akan marah besar dan melakukan hal yang tidak-tidak. Lagipula mereka harus mengumpulkan bukti yang kuat untuk mempersalahkan Kayn.

"Kau bisa memeluk siapapun, Kayn. Tapi jangan yang sudah memiliki kekasih. Itu tak pantas," ucap Luke.

"Tapi aku maunya kau, Luke! You are mine!" Kini Kayn setengah menjerit.

"Guys, kalian sedang apa?" Suara lirih itu. Lauren.

"Ah kebetulan sekali ada Lauren.." Kayn tersenyum dengan sikap yang sengaja dibuat manis, namun terlihat jelas seringaian jahatnya. Aku ingin sekali memeluk kekasihmu ini. Kau tau kan, aku merasa down sekali. Bolehkan Larry?"

"It's okay, I guess," balas Lauren tersenyum. Terpaksa.

"God damn it, Lauren! Itu tidak pantas. Aku kekasihmu!" Luke protes.

"Tak apa Luke. Kayn memang butuh pelukan yang bisa membuatnya jadi lebih tenang. Lagi pula dia sahabat kita kan? Ya sudah. Aku akan meninggalkan kalian. Have fun," Lauren dengan cepat pergi dari dapur dan meninggalkan Luke dan Kayn.

"Kita sudah mendapat izin dari Lauren, so--" Kayn sudah bersiap memeluk Luke kembali namun dengan cepat Luke mengelak.

"Aku akan menyusul Lauren,"

Luke berjalan menuju ruang tamu. Ada Calum dan Ashton yang asik bermain playstation, serta Bryanna yang sedang menggendong Carl yang tertidur.

"Kalian lihat Lauren?" Tanya Luke. Calum langsung mengacungkan telunjuknya ke arah jam satu. Tepat ke arah kamar Lauren yang berada di lantai 2. Luke pun naik ke lantai dua. Diketuknya pintu kamar Lauren hingga tiga kali namun tak ada respon. Luke memutuskan untuk membukanya. Di intipnya terlebih dulu kamar Lauren, lalu menemukan sang pemilik kamar sedang duduk membelakanginya di pinggir ranjang.

"Baby are you okay?" Luke mendekat kepada Lauren. Terdengar suara isakan pelan namun seketika menghilang ketika Luke memanggil Lauren.

"Hey Luke. Kenapa kesini?"

"Kau habis menangis huh?" Luke mengabaikan pertanyaan Lauren. Ia terlalu fokus pada mata Lauren yang merah dan pipinya yang masih basah.

"Tidak Luke. Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Lauren mengalihkan pembicaraan.

"Pertanyaanmu tadi tidak logis, Lauren. Jawabannya tentu saja untuk menemuimu," Luke memutar bola matanya. Sejenak keheningan menyelimuti mereka hingga Luke kembali memulai percakapan.

"Tidak ada lagi yang perlu kau sembunyikan, Larry. Aku sudah tau semua kebenarannya,"

"Apa sih Luke. Aku tidak paham,"

"Demi Tuhan, L. Jangan pura-pura bodoh! Aku tau semuanya! Nerdyslut itu. Aku tau semua kebohongan yang telah kau buat serapi ini. Aku tau siapa Kayn sebenarnya!" Luke meluapkan emosinya lalu mengacak rambutnya. Pertanda Ia benar-benar frustasi. Keheningan kembali menyelimuti. Hanya terdengar isakan dari Lauren.

"Aku minta maaf. Aku..aku hanya..takut dia melakukan hal yang buruk padamu, pada Carl, pada semuanya," ucap Lauren disela isakannya. Luke menghembuskan nafas pelan. Mengatur emosinya.

"Aku hanya ingin kehidupan kita kembali seperti dulu, Lauren. Dan aku merindukan Lauren yang dulu. Lauren yang ceria, hyper active, dan gila. Bukan Lauren yang kini penuh dengan ketakutan karena teror. Aku merindukanmu dan sangat merindukanmu, sayang," terdengar suara tarikan ingus sembari Luke berbicara. Mungkin Luke menangis? . Tangisn Lauren semakin meledak. Luke benar. Lauren juga sama merindukan hal itu.

"Aku hanya...merasa sangat takut, Luke," ucap Lauren lirih.

"Aku ini kekasihmu, Lauren. Demi Tuhan aku hanya ingin membantu. Aku ingin melakukan tugasku sebagai kekasih. Aku hanya ini melindungi dan menolongmu. Tapi kalau kau saja tidak mengatakan permasalahannya, bagaimana aku bisa membantu?!" Mendengar itu, tanpa aba-aba Lauren memeluk Luke. Ia merasa sangat bersalah sekarang.

"That bitch. Dia bilang akan merebutmu dariku...Aku..aku tidak mau. Aku tidak sanggup kehilanganmu," ucap Lauren.

"Aku masih belum sanggup kehilangan semangat hidupku.."

***

anyingg pas udh ngetik chptr ini, masa tiba-tiba kehapus. Bayangin, hampir 2000 kata dan itu hilang astaga :') jadi maapin kalo ada typo ya ):

iPhone 2 • lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang