-Kantor majalah Bizare Grup, Jakarta-
"BEGO SEMUAAAA!!!" suara bas yang biasa datar dan dingin itu menggelegar di seluruh ruang rapat luas. Bukan hanya suaranya yang bikin atmosfir di dalam ruangan itu berubah tegang tapi melayangnya sebuah buku tebal ke seberang ruangan di atas meja meeting yang panjang, merubah ketegangan menjadi ketakutan tersembunyi. Meluncur kuat menimbulkan tambahan bunyi yang memekakkan telinga.
Alpharo Subara, pemimpin perusahaan penerbitan dan pewaris multi usaha Subara Grup itu terkenal dengan kebengisannya menyikapi apapun jenis kesalahan, ketidak mampuan atau, ketidak becusan dalam menyelesaikan pekerjaan. Ia tidak mau mendengar kata 'tidak' atau 'tidak bisa'. Ia sudah membayar mahal untuk gaji mereka. Dan ia menuntut balik hasil kerja yang juga memuaskannya.
"Majalah ini bukan majalah fashion abal-abal !!. Apa kalian pikir ini majalah fashion murahan?!. Ini edisi ulang tahun Bizare grup yang ke 20." Aro mengetuk meja keras, penuh emosi.
"Berikan konsep yang menarik, elegan dan cerdas. Saya tidak mau memakai fotografer murahan, model-model standard atau apapun yang menunjukkan kalau majalah ini cuma memuat berita gosip murahan. Kalian dengar?," suara Aro kembali datar dan dingin. "Besok rapat jam 10, jika sampai besok nggak ada kasih konsep yang membuat saya tertarik, kalian semua saya pecat!!"
Ultimatum itu membuat yang hadir diruang rapat itu jadi pucat dan tegang. Aro langsung berdiri dengan kesal dan ekspresi dingin. Sekretarisnya, Paul langsung berdiri dan mengekor dengan buru-buru menyamai langkah lebar Aro.
"Paul, panggil pemred majalah Bizare ke ruangan saya." desah Aro lelah, ia menghempaskkan tubuhnya ke kursi. Sudah hampir 2 minggu Ia menunggu konsep terbaik dalam rangka edisi ulang tahun grup majalah mereka. Tapi satupun tidak ada yang menarik minatnya. Semua terlalu biasa seakan mereka menganggap enteng edisi ini.
"Baik pak." jawab Paul sambil mengangguk dan berbalik pergi.
Aro duduk di ruangannya yang luas, berinterior minimalis, canggih dan bernuansa abu-abu juga biru dan hitam. Ia menunduk mempelajari draft perjanjian dan laporan-laporan yang menumpuk di meja kerjanya yang luas dan terbuat dari kaca berkaki besi berukir motif romawi. Ia harus menangani 5 majalah yang ada didalam grup majalahnya. Tanggung jawabnya yang ia emban 4 tahun terakhir ini. Kakeknya memberi tanggung jawab itu setelah ia behasil memulihkan usaha Grup Subara di bidang production house. Aro menginginkan puncak tertinggi di grup, jadi ia mengiyakan untuk memulihkan perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan majalah ini. Yang ternyata dipenuhi beragam hal yang membuatnya terus menyukai bidang ini. Pergolakan penuh drama dan kreatifitas yang ia sangat sukai. Tapi ia menginginkan posisi tertinggi di grup. Komisaris utama.
Tentu saja saingannya adalah sepupu-sepupunya yang lain. Kakeknya pria keras yang menuntut hasil sempurna. Pria yang licik dibalik penampilannya yang menua dan lebih tenang dibanding masa produktifitasnya yang keras dan efisien. Di sini, ia diberi target supaya oplag grup majalah harus tembus ke angka 1 juta. Dengan pencapaian itu, kakek akan memasukkannya sebagai kandidat pengganti dirinya. Aro punya obsesi memilikinya. Sialan, ia harus memilikinya!. Ia sudah bekerja keras untuk perusahaan ini selama 5 tahun.
Paul memasuki ruangan sang pemred yang sedang mengamuk pada anak buahnya. Wajah wanita cantik itu merah karena murka dan gemetar menahan kesal. Semua anak buahnya menunduk lesu.
"Maaf bu Sekar, anda dipanggil ke ruangan pak Aro." Paul memasang ekspresi datar saat diantar sekretaris wanita itu.
"Apa lagi yang diinginkan iblis itu?" desah Sekar frustasi sambil mengibaskan tangannya pada staffnya untuk pergi dari hadapannya. Mereka langsung angkat kaki sambil bernafas lega.
"Saya tidak tahu bu. Silahkan." Paul tidak menaggapi hinaan yang dikontarkan wanita itu. Bukan urusannya mengurusi lontaran sinis seorang adik pada kakak lelakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...