"Tor, yuk meeting dengan tim adventure" ajak Budiman sigap sambil melirik jam. Tori sedang mengatur porsi pemotretan ditiap lokasi dengan tim wardrobe dan artistik juga properti.
Tori melirik rekan lain dan mereka mengangguk. Baru Tori beranjak mengikuti Budiman. Hari itu Tori lebih segar karena kemarin ia sudah bisa menjenguk Erika langsung. Ia sedikit lega karenanya. Tori tidak mengatakan apapun jika Budiman bertanya kenapa dia terlihat brgitu lesu dan sedih. Tori tidak biasa curhat dengan orang yang masih asing baginya
"Besok kita sudah harus berangkat ke Bromo, tiketnya ada di Wulan. Aku sudsh hubungi Sisi tadi." Budiman memberitahu.
"Oh ya, makasih ya, kalau soal yang simple gue malah pelupa banget." Tori bernafas lega.
"Iya, Sisi udah pernah bicarain soal itu sama gue." Budiman tertawa. "Jangan kasih Tori tugas rumah lain diluar kerjaan. Pritilan itu kerjaan dia. Gitu katanya."
Tori tertawa bagaimana Budiman meniru gaya Sisi yang sensual itu. Bertepatan dengan itu, lift terbuka, Aro berada di dalam bersama Paul. Tatapannya menajam melihat bagaimana Tori tertawa bersama Budiman.
"Eh selamat siang pak." Budiman menyapa hormat. Tori hanya mengangguk dan menyusul Budiman masuk.
"Meeting di Adventure?," Aro menanyakan tujuan mereka.
"Iya pak, jadwal terakhir kita. Setelah itu mulai pemotretan besok." Budiman menjelaskan.
"Hmmm, saya harap kamu juga sudah siap ya Tori." Aro melirik Tori yang masih tidak mau memandang Aro langsung.
"Tentu saja pak," jawab Tori singkat tanpa menatap Aro.
Aro mengerutkan kening dengan sikap Tori yang acuh. Budiman melirik Tori dengan panik, takut sikap cuek Tori membuat Aro kesal.
Pintu lift terbuka lagi, kali ini Marcell masuk. Wajah tampan dan ramahnya berbinar saat melihat Tori. "Waaah Tori, ketemu lagi. Apa kabar?, kamu kelihatan agak pucat hari ini, sakit?," Marcell langsung melancarkan perhatiannya.
"Selamat siang juga Cel," tegur Aro ketus.
Marcell menoleh dan kaget ada Aro disitu. "Ah Aro, maaf aku nggak lihat kamu kalau ada wanita manis disini."
Tori menyemburkan tawa, "Kalau ada yang dengar, anda sedang menggambarkan pesonaku yang seperti bidadari loh, pak Marcell. " Komentar Tori dengan geli.
"Loh, kamu memang mempesona kok. Gimana tawaran makan malamku, kapan kamu sediakan waktu?," Marcell bertanya lagi terlihat sungguh-sungguh.
Sikap Marcell membuat Aro terbelalak kaget. Budiman hanya bisa pura-pura menatap lantai, Paul mengangkat alis. Marcell jelas sedang mengumumkan rasa ketertarikannya pada seorang Tori.
"Pak Marcell, anda terlalu menyanjung, sungguh..., ah ini lantai kami, permisi. Ayo Bud." Tori tertawa lalu tersadar bahwa lantai yang mereka tuju sudah sampai. Tori malah buru-buru menarik Budiman segera setelah pintu lift terbuka.
"Ya ampun Cell, kau itu ... bisa nggak jangan ngegodain karyawan?!," tegur Aro sinis.
"Habisnya dia manis. Dan .... nggak perduli padaku, membuatku makin tertantang." Marcell terkekeh
"Jangan bikin skandal lagi Cell," Aro memperingatkan.
"Skandal itu, bikin oplag majalah naik dengan cepat, strategi yang bagus kan." saran Marcell tak perduli.
"Majalah ini bukan majalah gosip murahan." sahut Aro tegas.
"Yah terserah. Aku hanya memberi ide masukan keuntungan yang cepat." Marcell mengangkat bahu santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...