Bagian 2 : Viktori Akbar - Cewek Preman

239K 9.5K 184
                                    

-Tato Bar, Jl. Jaksa, Jakarta-

Tato Bar terletak di sebuah bangunan minimalis yang didominasi warna hitam, abu-abu dan merah. Ruangan itu didisain tanpa sekat, hanya ruangan luas dengan meja bulat dengan tempat duduk dari alumunium, meja bar panjang permanen dilapis batu marmer hitam dan tatanan lampu dibawahnya. Rak berisi botol minuman bermerk terkenal, ditambah dengan daftar menu.

Hari itu pengunjung cukup ramai karena besok hari Sabtu. Kebanyakan dari mereka adalah expatriat. Ada yang turis, ada yang bekerja di Jakarta. Pengunjung lokal pun kebanyakan datang bersama teman expatriatnya. Meja billiard yang disediakan hanya 2 buah, diminati pemain dengan ditemani botol bir di tangannya, baik pria maupun wanitanya.

Seorang pria tinggi kurus berkepala plontos mengenakan kaus hitam longgar dengan gambar logo roling stone di depannya. Tato memenuhi kedua lengannya yang terlihat kekar dan kokoh sedang menyiapkan minuman untuk tamu. Seorang pelayan perempuan bertubuh mungil mengenakan tshirt hitam polos press body berkerah bulat lebar, rambutnya dikuncir kuda tinggi sedang bersandar ke bar dan menyampaikan pesanan ditengah dengungan musik mp3 koleksi album Mr. Big.

Budiman memasuki bar dan resto itu sambil mengamati sekeliling dengan hati-hati. Ia melihat pria plontos bertato dan pelayan itu saling tertawa. Mungkin mereka bisa memberinya info soal si fotografer Tori ini. Manajer sang fotografer mengatakan kalau ia bisa menemukan Tori ditempat ini dan langsung bicara padanya. Walau ia mengatur kontrak, persetujuan tetap ada pada Tori karena ia sang pengambil keputusan.

"Tolong berikan saya 1 Tequila." Budiman datang ke bar dan duduk ditempat yang masih kosong.

Si pria plontos menatatpnya sambil tersenyum tipis lalu menoleh pada si pelayan dengan hangat sambil menggerakkan sedikit dagunya. "Tolong bikinkan kid, si Amrul belum datang, agak telat."

"Okey." Pelayan itu mengangguk sigap. Ia meletakkan nampan yang ia bawa di nakas tempat nampan ditumpuk. Tubuhnya bergerak cepat ke balik bar dan langsung membuat minuman dengan kecepatan juga kesantaian yang mengagumkan. "Tequila siap." katanya ceria menyajikan bagi Budiman.

Budiman tertular senyum manis gadis mungil yang berdandan ala rocker itu. Melihat sekilas tato hitam di pergelangan tangan bagian dalamnya. Lalu pria plontos itu menyuruh pelayan lain mengantarkan minuman buatannya. Gadis pelayan tadi membantu pria plontos dengan sigap, Budiman sampai terpesona bagaimana melihat gadis itu bekerja dan melayani dengan senyum dibibirnya.

Kemudian Budiman memperhatikannya lebih seksama. Selain senyumnya, tidak ada lagi yang menarik. Wajahnya manis tapi tidak begitu saja menarik perhatian pria. Penampilannya semi gotik dan tomboy. Tatonya bejumlah 3, 2 di pergelangan tanganya berbentuk sayap yang ia yakin jika pergelangan tangan itu di gabung, pasti sepasang sayap, lalu saat buntut kudanya tersingkap, ia melihat tato lagi di tengkuknya yang mulus berbentuk burung phoenix mungil. Matanya yang dihias celak terlihat misterius dan cerdas dengan binar indah seperti mata kijang. Kecepatannya, kesigapannya cocok dengan tubuh mungilnya.

Menyadari Budiman mengamatinya, gadis itu mendekat, kali ini mata kijangnya waspada. "Ada yang bisa saya bantu pak?."

Berdehem, ia berhati-hati memilih kata2. "Yah, sebenarnya saya kesini sedang mencari seseorang. Tapi saya .... hanya mengagumi bagaimana caramu bekerja."

Gadis itu mengangkat alisnya yang melengkung indah. Jemarinya yang dikuteks warna hitam mengetuk meja bar perlahan seakan mempertimbangkan sesuatu.

"Terima kasih, tapi semua bartender memang seperi itu bekerja." Gadis itu tersenyum santai sambil mengangkat bahu. "Tapi tempat ini bukan kantor polisi untuk mencari orang." kata-katanya biasa tapi jelas ada keengganan untuk membantu Budiman.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang