Tori meringis, ah pasti mulut lancangnya sudah membuat Aro marah. Sepanjang waktu Tori gelisah karena itu. Bahkan setelah berada di rumah sakit. Erika tidur dalam dekapannya setelah mereka saling bercerita. Sultan sedang pulang, Tori menghubungi Sisi untuk menjaga Erika sampai Sultan atau dirinya datang.
"Erika selalu menceritakanmu," tegur Ratna dari ambang pintu. Bersandar dan mengamati dengan senyum dibibirnya yang berbentuk cukup sensual.
Tori menoleh dan tersenyum. kemudian memposiskan Erika agar tidur nyaman dengan hati-hati. Menyelimutinya dan membungkuk mencium keningnya lembut. Kemudian melangkah mendekati Ratna. "Dia juga cerita kalau dr. Ratna hebat dan sangat baik. Terima kasih dok, sudah mengurus Erika."
Ratna mengamati Tori dan tersenyum lebar. "Ayo temani aku minum di kafetaria, jangan khawatir soal Erika, aku sudah minta perawat menjaganya diruangan saat kita pergi sebentar."
Tori menurut dengan berat hati. Tapi Ratna punya sesuatu yang tidak bisa ditolak.
Kafetaria RS tempat Ratna bekerja merupakan RS tercanggih saat ini. Bangunannya modern dan nyaman. Kafetarianya rapi dan menyenangkan. mereka duduk disalah satu sudut dekat jendela yang pemandangannya menuju taman.
"Selamat atas pertunanganmu dengan keponakanku, Aro." Ratna menatap Tori dengan tatapan tetap menyelidik.
"Apa itu tulus?, ucapan selamat dari anda?" tanya Tori waspada.
"Entahlah. Aku baru mengenalmu dan aku ingin Aro bahagia. Apa kamu bisa membuatnya bahagia?," Ratna bersandar mencoba mencermati Tori.
Tori tersenyum. "Pria beruntung, betapa banyak yang berharap ia bahagia. Kakeknya menikahkan dia denganku. Dengan harapan aku bisa mengimbanginya. Anda juga berharap. Tapi kebahagiaan bukan karena seseorang. Kebahagiaan itu sederhana dan berasal dari mana saja. Jika ia tidak bahagia apakah itu karena aku?," Tori memiringkan kepala dan melempar pertanyaan itu dengan santai. "Apa aku dalam posisi ini untuk bertanggung jawab atas apa yang Cindy lakukan pada Aro?."
Ratna sedikit gelagapan karena Tori membela dirinya dengan tenang tapi kritis. Rasa bersalah membuatnya gugup. "Sedikit punya sudut pandang seperti itu. Kalian kan saudari tiri satu ayah kan?."
Tori mendesah dan menahan diri lebih sabar. "Pasti anda sudah tahu kalau saya sudah nggak berhubungan dengan keluarga saya selama 15 tahun. Saya nggak tahu dan nggak perduli dengan mereka. Bahkan kakek saya baru muncul dihadapan saya 2 minggu lalu hanya untuk menawarkan pengaturan pernikahan ini yang ide awalnya datang dari kakek Aro. Sekarang pertanyaannya harusnya ditanyakan padanya bukan saya. Saya hanya pion. Saya bahkan nggak dapat keuntungan apapun dari pernikahan ini."
"Kamu akan punya kekayaan dan jaringan sosial yang lebih luas.!"
"Saya nggak butuh itu. Saya bisa hidup dikubangan sampah sekalipun. Saya malah lebih terkenal di luar negeri dibandingkan disini. Jadi saya nggak butuh semua itu."
"Lalu kenapa kamu mau melakukannya?!"
"Karena saya ingin Erika mendapat yang terbaik tanpa membuat oom Sultn bangkrut hingga membuat banyak orang kehilangan pekerjaan mereka. Mereka adalah yang paling berharga untuk saya."
Tanpa sadar Tori meneteskan air mata. Ia langsung memalingkan wajahnya dan mengusap pipinya kasar. Sesungguhnya, ia tertekan dan nyaris gila karena masalah ini semua. Kadang ia berpikir, kenapa tidak satu halpun yang mengutamakan dirinya?. Mungkin karena ia memang nggak penting, nggak ada artinya untuk orang lain. Tapi itu akan membuatnya makin terpuruk secara mental. Jadi yang hanya ia bisa lakukan hanya bertahan dan menjalani semuanya dengan lapang dada.
"Maaf, harusnya aku tidak lantas menghakimimu." Ratna memajukan tubuhnya dan menatap Tori dengan tatapan menyesal.
Tori menoleh dan mendesah. "Sudah biasa. Saya mengerti anda hanya ingin melindungi Aro." Tori kemudian tersenyum sedih dan menatap mata Ratna. "Dia beruntung keluarganya, mencintainya. Terimakasih, mungkin anda tidak sudi membantu saya, tapi demi Aro, tolonglah Erika. Saya mohon."
Ratna termangu bahkan setelah Tori pergi. Ia tidak pernah mendapati ada manusia yang hidup dengan kesedihan yang begitu dalam. Seakan hidup telah menyakitinya dengan cara yang brutal hingga menginjak harga dirinya. Berbeda dengan Cindy, perempuan itu begitu glamor, menikmati hidup dan sangat didukukng oleh ayah dan ibunya. Tori, seakan melangkah sendiri. kenapa Tori keluar dari keluarga Dharma?. Mengapa Tori dan Cindy berbeda bagai bumi dan langit?. Tori tampak liar, tidak berpendidikan, dan sembarangan dari luar. Tapi tutur katanya baik dan hormat pada orang tua, hatinya penuh kasih sayang untuk orang-orang yang ia kasihi. Tapi Tori tidak dekat dengan keluarganya. Sedangkan Cindy sangat cantik dan elegan seperti putri. Tapi ternyata manipulatif, egois dan sombong, ia bahkan seperti kesayangan pasangan Dharma. Hingga Aro terjebak dalam pesonanya. mereka berbeda, terlalu berbeda.
Satu saat, Sultan pernah berkata padanya sebelum pertunangan itu, "Kalau aku bisa mencegah rencana ini, aku akan lakukan. Tori terlalu banyak menderita, kau nggak tahu dan nggak akan berani mendengar apa yang telah ia alami sebelumnya. Tori .... lebih dari siapapun, pantas untuk bahagia."
Penderitaan seperti apa yang telah Tori alami? Ratna penasaran dan merenung menekuri gelas teh yang sudah menjadi dingin. Sebelum ia pergi ke Jerman, ia harus tahu sebenarnya apa yang Tori alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...