Bagian 16 : I Do Care but not In to You Yet

117K 8.2K 57
                                    

Jadwal pemotretan di Pontianak diganti ke Lombok. Tori mengikuti perubahan itu tanpa masalah. Sejak hari di track joging itu, Aro dan Tori bertemu biasa dan membahas pekerjaan seperti biasa, hanya saja mereka sudah saling menyebut aku-kamu. Orang-orang merasa hanya saat bersama Tori, Aro seakan berubah. Tori tidak tahu apa yang berubah, ia merasa, Aro tetap pria menyebalkan, arogan, dingin dan sombong, bagian mana yang berubah coba?.

"Dia hanya tersenyum sama lo, bertengkar hanya denganmu." Budiman menyebutkan satu-satu.

Tori hanya menanggapi dengan dengusan. "Dia cuma senang membuat gue kesal. Udah panggil modelnya kita lanjut. Tuh si iblis udah melotot ke kita dari tadi sambil ngetuk-ngetuk jam arloji. Dasar !" Tori menunjuk Aro dengan dagunya. Budiman meringis dan cepat-cepat menyuruh model stand by.

Pemotretan kali ini luar biasa menguras tenaga. Selain modelnya juga ada sepasang anak-anak usia 5 th tidak mau diam, Tori dan Aro berdebat soal penempatan majalah Bizare atau Family dalam situasi tertentu. Tori dengan ide gilanya, Aro dengan batasan-batasannya. Mereka berdebat cukup sengit.

"Memangnya kenapa kalau ada keluarga muda main-main di pantai? Memangnya waktu kecil anda nggak pernah main ke pantai?" Tori bertanya ketus karena udara panas dan lelah.

"aku nggak ada masalah, tapi kenapa model ibunya mesti pakai bikini minim begitu? Kamu pengen majalahnya dibredel gara-gara di majalah keluarga ada foto bikini?!."

Tori baru sadar saat modelnya baru membuka mantelnya. Astagaaa dia nggak lihat. Menghembuskan nafas, ia menatap Aro dan bergumam maaf. "Wardrobe, ganti kostum si ibu dengan swimsuit dan kain lilit lombok." perintah Tori.

Aro mendengus menatap kesal pada Tori. Tori cemberut.

Entah mengapa hari itu pemotretan dipantai bikin Aro uring-uringan. Dia mengkritik segalanya, campur tangan pada masalah pritillan. Membuat gugup semua orang sehingga selalu salah menjalankan perintah Tori.

"Pak Aro kita bicara. Istirahat 1/2 jam!" perintah Tori. Ia menyambar minuman dan menenggaknya habis.

Memejamkan mata mengatur emosi, kemudian Tori membuka mata. "apa maksudnya itu semua?" tanya Tori kesal.

"Apa?, yang mana?" tanya Aro polos.

Berdecak tak percaya Tori melotot pada Aro, "menganggu, mengkritik, semuanya!"

"Loh itu kan tugasku."

"Itu mengganggu! kalau kamu nggak berhenti beraikap arogan, aku minta pemotretan berhenti sampai kamu kasih tahu dengan jelas mau kamu apa. Aku gak mau kamu ngerecokin di tengah-tengah sesi!" suara Tori merendah dan bukan meninggi.

Dalam keadaan marah anehnya, Tori bukan tipikal orang yang menaikkan nada suaranya. Raut wajahnyalah yang menakuntukan, dewi kematian yang manis. Aro menikmati kemarahan yang timbul di wajah tunangannya. Ekspresi saat mereka pertama bertemu. Penyelamatnya. Si gadis preman. Dan saat ini terlihat menggemaskan dengan celana pendek dan tshirt putih fit body. Aro kesal karena semua mata pria menatapnya kagum, kesal karena telah terlanjur janji dengan Tori untuk merahasiakan hubungan mereka dari orang-orang kantor.

"Aro!" sentak Tori tegas.

"Oke oke, maaf !." Desah Aro mengalah. "Tapi tolong pakai yang lain selain celana pendek itu."

Tori melongok ke bawah dan menatap Aro. "Akan aku ganti, tapi besok, sekarang aku gak bawa baju ganti."

Aro tersenyum tipis, Tori mau menurut dengan caranya sendiri bahkan tanpa tanya mengapa. Dan setelahnya Aro tidak lagi protes hingga sesi pemotretan selesai .

Tori sedang mendengar penjelsan Budiman saat yang lain berberes properti. Tori melilitkan kain lombok dipinggangnya menutupi kakinya yang telanjang karena celana pendek yang tadi diprotes Aro. Aro merasa dihargai dan didengarkan oleh Tori walau gadis itu tidak mengatakan apapun. Hatinya menghangat.

Kesepakatan mereka beberapa hari lalu telah disampaikan dan disambut gembira dengan heboh oleh para kakek. mereka ingin mempercepat rencana pernikahan dan menjadwalkan pertemuan keluarga setelah mereka selesai sesi foto di lombok. Tori dan Aro menyerahkan pengaturan kepada para kakek dan tidak mau ikut repot. Tepatnya tidak terlalu perduli.

Tapi Tori gelisah, sangat. Ia akan segera menikah, walau itu perjodohan, ia memikirkan banyak hal soal keluarga, hak, kewajiban, hubungan.... pernikahan dingin hambar orangtuanya adalah traumanya. Dan mimpi buruknya datang lebih sering padanya sehingga tidurnya kurang dan membuat Tori cepat lelah. Penjelasan Budiman lama-lama semakin jauh dan pandangannya kabur. Tubuh Tori semakin terasa berat kemudian Tori pingsan.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang