Penerbangan ke London nyaris 18 jam. Tori sengaja tidak tidur karena sampai di sana sudah malam dan ia harus menyesuaikan jamnya, ia menyarankan yang sama untuk semua. Aro duduk di sisi Tori dan mengobrol. Hobi yang mereka sukai, film, warna, buku, apa saja. Yang membuat Aro terkejut karena Tori sangat cerdas dan enak diajak diskusi. Mereka berdebat dan mentertawakan kisah konyol. Saat lelah berbincang, mereka nonton film atau main kartu.
Semua tim hanya bisa nyengir, teringat betapa keduanya seperti kucing dan anjing, selalu berdebat dan bertengkar. Isu mereka dijodohkan memang sudah menyebar, tapi siapapun yang melihat mereka sekarang, tidak akan ada yang tahu fakta itu.
Mereka tiba di London jam 7 malam. Udara dingin yang sudah dipreringatkan Tori langsung menggigit dan memaksa mereka semua mengenakan jaket dan sarung tangan. Tori, Errol dan Sisi juga Aro sudah siap sebelum pesawat mendarat. Tori memakai boot sebetisnya dari kulit, jaket kulit, dan sarung tangan kulit. Syall rajut warna putih tinggal dililit.
Tori terlihat keren dan menarik. Aro menariknya dan menciumnya kuat. "itu untuk apa?" Tanya Tori bingung.
"Seksi," gumam Aro lalu menciumnya lagi. Tori tertawa dan menjauhkan wajah Aro darinya, malu dilihat yang lain. Aro masa bodo. Aro baru menyerah saat tanda seat belt dipasang.
Tori langsung menyalakan HP setelah mendarat. Ia menghubungi seseorang. "hi Peter, ya kami bari mendarat...oh oke, sampai ketemu nanti."
"Siapa?," tanya Aro penuh selidik.
"Temanku, dia akan bantu kita selama disini, mengurus ijin lokasi dan akomodasi." jawab Tori penuh semangat.
"Kenapa kamu semangat sekali?," Aro mengeruntukan kening tanda curiga.
"Habis sudah lama nggak ketemu, dia teman baikku disini." Tori yang bersemangat mengabaikan kerutan kening Aro.
Selesai dari imigrasi, mereka pun keluar dalam gerombolan yang cukup ramai.
"Yooooo Toriiiiii!!!!" suara berat meneriakkan nama Tori.
Seorang pria kulit hitam tinggi tegap dengan rambut gimbal diikat kuda, kulitnya yang seperti coklat panas mengkilap sehat, kumis janggut dan brewoknya dibentuk rapi menghiasa wajahnya yang manis dan ramah. Ia langsung lari mendekat dan mememluk Tori. Menciumnya kuat di bibir dan memeluknya lagi hingga terangkat dari lantai karena mungilnya tubuh Tori. Tori tertawa dan membalas pelukan itu dengan sama antusiasnya.
Tapi tim melongo, Aro nyaris mengamuk kalau tidak ditahan Errol. "Sabar bung, Peter itu teman baik Tori di London. Dia sudah punya isteri dan 2 anak yang ia cintai. Tori satu-satunya perempuan yang diperbolehkan isterinya untuk dicium dan dipeluk. Istrinya Kyle juga datang tuh." jelas Sisi sambil Errol menahan bahu.
Seorang perempuan hispanik cantik mendekat dalam sekejap Tori sudah pindah tangan ke wanita itu dan mendapat perlakuan yang sama. Lalu Tori memberi isyarat pada yang lain untuk mendekat. Errol dan Sisi juga dipeluk dengan akrab, dan mereka menyalami Budiman, Jeni dan Aro mewakili anggota tim.
"Ah ini Aro direktur grup majalah Bizare." Tori mengenalkan dengan senyum makin lebar. Aro maju dan menjabat tangan Peter dengan profokasi, tinggi Aro lebih dari Peter sedikit.
"Dan Tunangannya." Aro menyahut serius.
Kyle tersenyum melihat Aro cemburu pada suaminya. Ia melirik Tori yang terlihat tersipu.
"Tori memang bilang adalah pria menyebalkan yang ditunangkan dengannya. Jadi itu kamu." Peter tersenyum jenaka. "Yah selamat kalau gitu, Tori wanita yang hebat dan luar biasa, kau beruntung." Peter menepuk bahu Aro akrab dan menyukai kecemburuan Aro pada nya.
"Kita langsung ke hotel?" tanya Tori menetralisir suasana.
"Ya, kita ke hotel, aku sudah pesan tempat makan enak dekat hotel, setelah kalian check in kita makan. Mini bus sudah diluar." Peter langsung bergerak sigap dan penuh profesionalisme.
Hotel yang di booking sangat nyaman dan sepertinya baru. Aro dan Tori satu kamar, Aro tetap tidak mau pisah. Tori tidak ambil pusing. Ia terlalu lelah untuk berdebat.
"Kamu pucat." bisik Aro khawatir. Jemarinya menangkup pipi Tori dan membelai tulang pipinya yang lembut.
"Aku cuma ngantuk dan capek. Tadi aku sudah bilang Peter kalau kita akan langsung kembali ke hotel setelah makan." Bisik Tori sambil tersenyum.
"Kamu jangn ikut cmpur lagi, biar Budiman dan Jeni yang atur. Jangan tambah beban pekerjaanmu." Aro mengingatkan Tori dengan lembut namun tegas
"Iya, Peter juga tahu, setelah malam ini urusannya langsung dengan Budi dan Jeni." Tori mengangguk. Aro mendekap Tori lembut, dan memijat tengkuk Tori hingga gadis itu merapat padanya. Aro sangat menginginkan Tori, tapi ia lelah dan besok hari yang berat. Ia terlalu perduli dengan kesehatan Tori dibanding apapun.
Mereka makan di resto yang sangat enak. Tori tetap diperlakukan mesra oleh Peter, membuat Aro kesal setengah mati.
"Kamu pasti sangat kesal ya?," Kyle mendekati Aro dan memberikan Aro sebuah minuman alkohol untuk menghangatkan tubuh.
Aro menatap wajah cantik Kyle dan merasa perempuan itu geli karena kecemburuan. "Apa kamu tidak?, tolong suruh suamimu menjauh dari tunanganku!. Dia nempel-nempel terus sama Tori." sungut Aro sebal.
"Kalau Tori, aku nggak cemburu. Dia gadis baik hati yang mudah disayangi siapapun." Sahut Kyle santai.
"Yang benar saja." dengus Aro
Kyle tertawa, "Orang mencintai harus saling percaya. Bukankah kamu juga harus percaya pada Tori?, aku belum pernah melihat orang sesetia itu pada teman, pekerjaan dan kulturnya."
"Aku nggak percaya siapapun," Sahut Aro singkat. "Tapi kalau Tori, aku bisa percaya...tapi tetap saja, rasanya sulit melihatnya bersama pria lain selain aku dan orang-orang yang kusetujui."
Kyle tertawa, "Well kalau begitu kamu akan terlalu sibuk menyetujui siapa saja yang dekat dengannya, 90% temannya semua laki-laki dan semua sangat suka memeluknya."
Wajah Aro langsung pucat dan melirik Tori yang sedang makan dengan lahap sambil berbincang seru dengan Peter dan 2 staff prianya yang juga makan bersama. 2 pria itu menatap Tori kagum. Sialan, sialan!!!! Cindy saja nggak punya fans sebanyak itu.
"Tenaaaang, saat Tori mencintai, ia mencintai sepenuh hati. Itu, pengakuan mantan pacarnya loh, dan ia sangat menyesal putus dari Tori hingga detik ini." Kyle menepuk bahu Aro dan mengagumi kepadatan dan kokohnya otot Aro.
"Pa...pacar?," Aro mengerjapkan mata agak linglung akibat informasi yang mengagetkan itu.
"Mantan. Besok lu juga ketemu kok, dia kebetulan sedang di London." Kyle mengunyah apel dengan senang karena melihat pria ini nampak panik mendapati calon isterinya yang terlihat biasa saja ternyata populer di kalangan pria.
Aro mendesah dan menatap Tori dari balik gelasnya. Dilihat darimanapun, Tori sangat biasa. Ia unik karena mungil dan imut, menggemaskan dibalik penampilan ala jalan itu. Tapi tidak cukup membuat pria jatuh hati hanya dengan sekali melihatnya. Ia hanya .... sangat....membuat orang nyaman disekitarnya. Tawanya yang lepas, cara bicaranya yang tenang, humornya yang sinis kadang kasar membuat kaget karena berbanding terbalik dengan wujudnya yang manis. Tapi itu memberitahu bahwa ia manusia biasa, bukan boneka. Mungkin itulah yang membuat banyak orang mudah akrab dengannya.
Tori menoleh menatapnya dan tersenyum. Walau orang-orang disekitarnya sibuk bicara, tapi Ia fokus menatap Aro. Aro menangkap tatapan itu dan kemudian malah menatapnya makin dalam. Tori merona dan menunduk. Aro pun tersenyum melihat reaksi Tori yang seperti kelakuan anak sekolahan.
Malam itu Aro brcinta dengan perlahan dan lembut dengan Tori. Memujanya dengan seluruh jiwa raganya. Seakan, Tori adalah ratu bagi Aro, mataharinya, nafasnya, segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...