Tori terpaku di tempat. Ia sudah mengetahuinya, tapi tetap saja mengejutkan untuknya hingga ia tidak bisa bereaksi apapun selain menatap Aro, syok.
"Aku baru tahu, 2 hari setelah lo datang ke Bizare." Aro menatap Tori. Seperinya gadis itu memang baru tahu. Tapi Aro sudah tidak bisa lagi menahan dirinya. "Itu ide gila dari kakek gue. Rasanya sangat absurd karena aku akan menikah dengan saudari dari mantan isteriku."
Ketegangan menyambar Tori disusul serbuan masa lalu yang menyakitkan soal keluarganya, dan itu termasuk saudari tirinya, Cindy!. Ternyata mantan isteri Aro ?!. Jika ini takdir, maka ini adalah takdir gila yang menakutkan. Betapa teganya kakek menjodohkannya dengan mantan suami Cindy!!!!.
Aro melihat Tori seakan mau tumbang. Aro cemas dan merasa bersalah. Tori berubah ngeri mendengar kalau ia mantan suami Cindy. Tapi kenapa ekspresinya begitu menderita dibanding syok. Sepertinya berita itu menamparnya begitu kuat.
"Tori ...." panggil Aro lembut dan hati-hati.
Menelan ludah dan kembali meminum wishky nya hingga habis, Tori baru mendesah dan mengepalkan tangannya hingga gemetar. Ia marah dan dipenuhi kebencian terhadap kakeknya. Selama 15 th ia berhasil keluar dari lingkup keluarganya, tapi kenapa sekarang sepertinya ia selama ini berjalan ditempat seperti seorang idiot!!!.
"Kenapa lo mau dengan rencana itu?" tanya Tori kaku dan menyesap Wiskhynya .
"Karena jika gue setuju, tujuan gue menjadi pimpinan Subara Grup sudah dipastikan. Lo, adalah jalan pintas untuk tujuan utama gue," Aro menjawab dengan nada datar dan dingin.
Tapi jawaban itu hanya menambah cuka ke atas luka lama yang menganga pada diri Tori. Hanya kepentingan pribadi. Tori melakukannya demi menyelamatkan orang-orang yang ia cintai, para kakek melakukannya untuk mempererat bisnis dan hubungan yang dulu buruk.
"Dan bagaimana dengan lo?." tanya Aro berbalik.
Tori menenggak minumannya dan mengernyit sambil menahan nafas.
"Gue ? " Tori mrnunjuk dirinya sendiri sambil meringis. "Nggak ada yang khusus, gue setuju karena kakek lo akan menutup hutang kredit gue dan memberikan pengobatan terbaik bagi Erika karena ... pengobatannya menguras seluruh uang oom Sultan dan gue sendiri. Kalau ... gue nggak melunasi tagihan kredit, bar bisa disita bank dan 50 karyawan akan kehilangan pekerjaan."
Aro langsung diam. Satupun kisah itu tidak satupun berisi kepentingan Tori. Tori melakukanya demi orang lain. Kenapa ia mau melakukannya?!
"Kakekmu pengusaha kaya, kenapa dia nggak kasih aja duitnya?" Aro tidak mengerti.
"Gue nggak mau uangnya. Nggak mau hutang budi. Nggak sudi. Kalau bayarannya diganti dengan menikahi pria pilihannya, gue nggak masalah." Tori mengangkat bahu mengabaikan fakta bahwa apa yang ia bayar terlalu banyak, tidak sebanding dengan hutangnya. Entah Tori bodoh atau gila, tapi Tori sudah memutuskan.
Berdiri dan mengeluarkan uang untuk membayar minumannya, Tori menatap Aro sambil tersenyum tipis. "Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo."
"Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya.
Tori menyisir helai rambutnya yang jatuh ke depan sambil mendengus miris. "Neraka itu tempat tinggal gue untuk beberapa lama, kembali kesana bukan masalah besar, sudah terbiasa."
"Apa mksd lo?," Aro mengerutkan kening, curiga.
Tori hanya melempar senyum sedih. "Gue balik ke kamar ya. Met malam Aro."
Aro menatap punggung Tori yang terkulai lemah seperti putus asa. Aro merasa ingin menyambar Tori, merengkuhnya erat dan melindunginya, entah kenapa. Neraka yang sudah biasa bagi Tori?, apa maksud kata-kata itu! Kenapa Tori selalu penuh rahasia dan membuatnya diliputi rasa penasaran yang sangat kuat?.
Tori menangis dan gemetar dalam diam di kamar, membuat Sisi hanya bisa termangu. Berita itu membuat Sisi kaget dan mengguncang. Dengan masa lalu Tori, rencana perjodohan itu membuat Tori jatuh ke ambang depresi. Teganya takdir memperlakukan Tori seperi ini pada sahabatnya, penyelamatnya... Sisi memandang tubuh gemetar Tori berbaring dengan lutut ditekuk seperti sebuah kepompong yang harusnya melindunginya dari apapun. Sisi tidak berani menyentuh Tori dengan kondisi begitu. Terlalu rentan.
Sisi duduk disisi pembaringan dan menunggu Tori lebih tenang. Tori bercerita padanya dengan nada datar dan dingin. Tori tidak akan mengeluh saat ditanyakan soal keadaannya. Dia pribadi paling tertutup dibalik sikapnya yang ramah dan terbuka. Tidak ada yang diijinkan untuk melihat siapa dia sebenarnya, atau ikut merasakan emosinya. Ia menderita sendiri dan merasa sendiri. Tori jiwa terluka yang hanya butuh dicintai dengan tulus.
Sisi mengamati Tori yang tertidur dengan pipi basah dan tubuh tegang. Sialan, ia ingin menolong sahabatnya. Tapi ia ingat kata-kata Tori dulu, "jangan lakukan apapun, cukup tetaplah disisiku, mendukung gue." Ia terikat.
Semoga Tori bahagia, doa Sisi setiap saat. Ijinkan Tori bahagia.... hanya itu pinta Sisi pada Tuhan untuk Tori.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Dragoste"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...