Tori menengadah dengan tatapan kagum yang tidak ia tutupi. Tuhan ... Kau menciptakan pria yang tampan sungguh sangat tampan. Tori mengangkat kameranya dan mengambil foto cowok itu.
"Untuk apa itu ?!, lo nggak boleh ambil foto sembarangan!," Cowok itu langsung marah dan berusaha merebut kamera Tori. Tapi dengan sigap Tori mengelak.
"Jangan begitu pelit, wajah lo bagus difoto loh." Tori tersenyum manis dan mulai merayu.
"Gue nggak suka difoto. Hapus foto itu. Kalau tidak akan gue lapor polisi." ancam cowok itu marah.
"Uuuuu takuuut" ejek Tori. Membuat cowok itu mendelik makin kesal karena ejekan ala anak-anak itu. "Lapor aja, aja gue udah biasa masuk penjara kok." Tantang Tori.
"Cewek gila." gerutu Cowok itu, "lo bener-bener cewek preman ya, nggak ada etiket, kasar ,,.......,"
"Eits itu berlebihan bung!," Tori langsung menampakkan siksp waspada dan defensif. "Lo itu playboy klemer-klemer songong aja belagu. Jangan mentang-mentang lo kaya, lo seenaknya ya !." Tori membalas dengan berani tapi nada suaranya tidak meninggi, bahkan sangat tenang seperti membujuk.
"Suka-suka dong, kan lo yang ambil foto sembarangan ," balas cowok itu sengit.
"Gue cuma suka profil lo," Tori menjawab apa adanya tanpa beban. Tatapanya kembali pada wajah Cowok itu. "Indah, menawan, walau terluka, lo berusaha tegar."
***
Aro terbelalak mendengar kata-kata jujur dan tenang cewek preman itu. Cewek preman itu berani, apa adanya, tapi tidak mudah terpancing marah, ia hanya menanggapi dengan santai cenderung malas. Pembaca ekspresi yang jeli. Tapi ia benci di foto.
"Pokoknya hapus foto gue !," perintah Aro dengan nada lebih pelan tapi tetap ngotot.
"Nggak mau !," jawab si cewek preman sambil tersenyum tapi tegas.
"Lo tuh keras kepala ya ..." Aro mendengus kesal lalu menerjang cepat merebut kameranya.
Cewek preman bergerak mengelak hanya dengan memindahkan posisi kakinya.
"Eh, mungkin lo mesti banyak olah raga. Mungkin kekayaan lo udah membuat lo jadi cowok lembek." Ejek si cewek premen yang makin membuat Aro ķesal luar biasa.
"Dan sekarang lo menghina gue !," geram Aro marah, sialan amarahnya terbit secepat pengendalian dirinya lepas dari padanya. Cewek preman itu malah tertawa lepas.
Tapi Aro dididik bukan hanya untuk memenuhi akademisnya. Untuk melawan orang yang niat menculiknya, dari kecil ia sudah belajar karate dan taekwondo. Dengan gerakan cepat, ia bergerak dengan cepat menyerang, cewek itu mengelak tapi terlihat jelas kalau ia mulai waspada. Aro menarik jaket Cewek itu, menangkap tangannya dan memelintir ke belakang punggungnya. Aro mendekap erat tubuh mungil cewek itu dan langsung merasakan efek aneh dan meletup ditubuhnya. Aliran listrik yang kuat dan ketegangan menghantamnya. dengan posisi kepala cewek itu ada tepat dibawah dagunya, ia bisa menghirup aromanya yang enak, ya Tuhan sangat enak. Bahkan tubuh mungilnya terasa lembut dan pas dalam rengkuhannya. Aro makin mengeratkan rengkuhannya.
"Heh cowok mesum, mau sampai posisi kita bakal begini?, tangan gue sakit tau!" bentak si cewek ketus.
Aro tersentak. Lalu ia langsung merebut kameranya dan melepas cewek itu. Ia langsung mengecek isi kamera dan karena salah arah, ia melihat hasil foto yang lain. Tercengang dengan hasil fotonya, ia menatap cewek itu dengan tajam.
"Ini ... hasil foto lo?,"
"Ya !" Cewek itu menyahut "Sudah selesai ngintip hasil foto gue!?, cepat balikin!" cewek itu mengulurkan tangannya dengan telapak tangan keatas. Tato sayapnya terlihat. Bahkan bekas luka yang melintang di pergelangan tangannya juga terlihat sangat jelas. Aro menatap pergelangan tangan itu lalu menatap Cewek itu.
Wajah yang dipoles make up ala gotik, pakaian kasual serba gelap, tato tapi anehnya tanpa tindik. Ia tidak mengenakan aksesoris anting atau kalung. Hanya jam dengan ban kulit hitam yang lebar di tangan yang lain. Rambutnya yang dikuncir kuda hitam, bergelombang, mengkilap indah. Aro penasaran bagaimana rupa cewek itu jika rambutnya tergerai. Cewek ini mungkin memiliki tampang biasa aja tapi dengan dandanan itu ia terlihat misterius dan liar.
"Sudah selesai ngeliatin ngeliatin gue?!," tanya cewek itu kali ini sambil bertolak pinggang, mulai ketus dan galak.
Aro menyadari aura itu yang membuat para brandalan itu gemetar. Cewek itu memiliki tatapan membunuh dingin yang terbit jika kondisinya benar-benar terintimidasi. Ia tidak bisa membayangkan jika cewek itu benar-benar murka.
"Hmmm, bisa beladiri, brandalan takut sama lo, mungkin lo preman situ. Tapi lo pintar ambil foto, mungkin lo fotografer. Siapa lo sebenarnya? Fotografer preman?" Aro memiringkan kepalanya.
Cewek itu menatap Aro dengan senyum tipis. Ia mendekat dan meraih lembut kamera ditangan Aro. Tapi ia tidak segera menjauh dan pergi. Ia menengadah memandang Aro, seperti memuja. Aro dengan jelas bisa melihat mata kijang yang dinaungi bulu mata lebat panjang seperti kipas milik cewek itu.
"Kenapa lo pengen tahu gue yang sebenarnya?, tertarik?. Maaf, gue gak minat sama cowok playboy dingin kaya seperti lo." Cewek itu menyentuh dada Aro dengan telunjuknya dan menekannya dengan lembut, sedikit membelai, menggoda.
Aro menunduk dan menatap dengan tatapan menajam dan memanas. Ada gairah yang langsung meletup dan siap meledak. Ia terpaku hanya dengan menatap cewek itu. Caranya menengadah terlihat pasrah dan menggoda. Caranya tersenyum bahkan terlihat begitu menggoda. Aro tiba-tiba ingin melahap bibir yang bentuknya mungil dan menggoda itu.
Tapi cewek itu menjauh dan berbalik pergi sambil mengibaskan jemarinya tanpa menoleh. Aro menatap cewek itu dan baru sadar ia punya cara jalan yang anggun, layaknya putri-putri kalangan atas yang mendapat pelajaran etiket sejak kecil. Kontradiktif tapi itu ada padanya.
Dalam 2 hari ia bertemu perempuan itu tanpa direncanakan. Sampai sekarang ia juga tidak tahu siapa nama perempuan itu. Aro menekan dada yang tadi ditekan cewek itu, aneh masih terasa membekas. Ini gila.
Memutuskan untuk pulang, Aro sampai lupa betapa kesalnya tadi dia karena perempuan yang terus mengejarnya tadi. Model yang Bizare pakai untuk foto fashion pakaian yang jadi sponsor majalah. Ia langsung menempel seperti benalu. Suaminya marah dan menuduhnya merebut isterinya yang memang sudah genit. Aro bosan dan sebal berhubungan dengan model genit itu. Haduh capek deh. Masalahnya model itu cukup terkenal dan bisa membuat majalah jadi lebih menarik.
Teringat meeting hari senin, ia berharap Budiman berhasil meminta fotografer itu. Hari kamis semua sudah harus memasuki proses pemotretan. Bahkan Kakek menyuruh untuk membuat pesta ultah Bizare Grup. Sialan jadi ribet begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...