Bagian 35 : Strategy

161K 8.8K 141
                                    

Edisi ulang tahun Bizare magz Grup meledak dipasaran dengan sangat sukses. Kemasan seluruh majalah berubah, isinya baik dan segar. Nama Tori sebagai fotografer langsung dicari semua pihak membuat Sisi kalang kabut tapi ia hadapi dengan cara profesionalnya yang biasa.

Sementara itu Tori sedang disibukkan dengan persiapan pernikahan yang membutuhkan kehadirannya. Foto pre-weding & list undangan. Foto pre wedding tidak masalah, Tori punya teman yang bisa membantu, masalah selesai dan hasilnya bagus. List undangan, Tori mulanya hanya memberi 10 nama dan mendapat teguran keras dari Hilda.

"Eh... tante Hilda yakin aku harus memberi list undanganku? Aku ragu .... " Tori meringis.

"Perintah ayahku sangat jelas Tori. Undang semua teman yang Tori punya tanpa kecuali." Sahut Hilda gemas. Ia sedang berada di rumah Aro. Bukan rahasia lagi kalau mereka sudah tinggal serumah dan hidup bersama. Tapi Aro tidak ada tanda-tanda mau membiarkan Tori jauh dari jarak pandangnya walau sekejap. Saat ada komentar lebih baik mereka hidup terpisah demi norma dan moral sebelum sah menikah, Aro meradang dan menolak mentah-mentah.

"Oke..." angguk Tori patuh.

Saat Hilda membaca listnya, ia terbelalak. 30% daftar anak-anak jalanan yang ada di bar dan rumah singgah, 70% adalah semua teman, klien dan rekan yang ada diluar negri. Dan diantaranya ada pemilik rumah mode, pemred majalah terkenal, model kosmetik terkrnal, bangsawan, dan juga para fotografer.

"Apa...kalau kamu mengundang mereka pasti datang?" Selidik Hilda takjub.

"Tidak juga, tapi hadiah pasti." Tori tersenyum.

Hilda melirik Aro yang duduk disisi Tori dan malah asyik nonton TV sambil ngemil pie strawberry buatan Tori. Sepanjang hidupnya, Hilda dak pernah melihat Aro senyaman dan sesantai itu. Bahkan dihadapannya.

"Hei Aro, apa kamu tahu soal ini?" Hilda menegur Aro sambil mengetuk list undangan.

Aro mengangguk. "Tori lama di luar negeri, jadi wajar. Sederhana Bi, itu keinginan Tori. Bikin simple aja." Aro menyahut enteng sambil menatap Tori hangat. Tori hanya nyengir.

Bahkan Aro berani buka mulut untuk mendukung Tori tanpa diminta oleh Tori. Beda dengan Cindy yang harus merengek pada Aro untuk dipenuhi keinginannya. Wah invasi Tori memang menakjubkan.

"Oke begini kamu setuju atau tdak jika aku mngundang semua yang ada di dalam listmu, tapi jika ternyata tidak datang dan makanan berlebih, semua akan diberikan ke rumah singgah tanpa mengurangi rasa hormat." Usul Hilda.

Tori mengangguk, "selama dikemas dengan bersih dan rapi, Bu Nani pasti mau."

"Tenang saja sayang, aku akan bicara dengan Bu Nani." Hilda lega masalahnya selesai. Ia benar-benar harus menjaga perasaan Tori soal rumah singgah.

Hilda sibuk menulis sesuatu di buku pintarnya dengan sigap. Nampak sangat bersemangat, tetapi juga terlihat lelah. Tori merasa tidak enak juga kasihan padanya. Wanita ini sangat baik dan tidak pernah meyudutkan Tori soal Cindy. Tori mengulurkan tangan dan menyentuh jemari Hilda lembut membuat jemari Hilda berhenti dan menatapnya bingung.

"Tante pasti repot dan lelah dengan persiapan pernikahan kami ya." Tori menatap cemas. "Maaf ya."

"Tidakk, aku senang membuat sebuah acara, terlebih pernikahanmu." Hilda mengibaskan tangan dan menepuk jemari Tori yang ada diatas tangannya. "Tenang saja Tori, kamu hanya harus tetap sehat. Diana, Sekar dan banyak lagi yang membantu persiapan ini."

Tori merasa sangat diperhatikan oleh Hilda. Jika Mama dan Tante Niken masih hidup, pasti mereka ikut repot mempersiapkan ini semua. Hilda begitu sabar dan juga komunikatif bagi Tori. Ia selalu mempertimbamgkan kenyamanan Tori.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang