Errol menonjok Aro dengan sangat kuat hingga hidung Aro patah ditengah-tengah lorong RS. "Tori nggak pantas begini, kalian nggak pantas mendapatkan Tori dalam keluarga kalian!!" maki Errol dengan amarah yang meledak dan terengah karena emosi. Sisi berdiri didepan pintu dengan sikap deffensif, Sultan menatap seluruh keluarga Subara dengan tatapan dingin menahan murka, beberap pria bertato menahan Errol yang mengamuk. Stephen duduk menunduk di bangkunya.
"Kamu gila mukul Aro begini?, kamu mau dilaporin polisi?!" sergah Sekar marah juga ngeri melihat Errol yang murka. Gila kenapa orang-orang ini menjaga Tori begitu ketat. Saat Tori pingsan, Aro panik dan membawanya ke RS. Menghubungi Sisi lalu semua pria berdatangan. 6 orang termasuk Errol dan Sultan. Sisi pun menampakkan ekspresi marah diwajah cantiknya yang biasa lembut itu.
"Polisi? penjara? nggak takut, silahkan tuntut. Orang kaya seperti kalian hanya bisa seenaknya mempermainkan nasib orang. Lebih baik kalian pergi, Tori nggak butuh kalian!" Errol nyaris mengamuk, tapi Sisi mendekat dan menyusup kehadapannya, menenangkannya.
"Kalian nggak tahu apa-apa soal Tori. Tidak bisakah kalian menerima dia apa adanya tanpa disangku pautkan ke keluarga Dharma?. Dia sudah nggak berhubungan lagi dengan mereka selama 15th!." Sisi menatap Sekar tajam.
"Tapi kan tetap aja keluarganya ..."
"Sekar cukup, lebih baik pulang," Agus mengambil keputusan tegas sambil mendesah. Melihat Tori dijaga oleh orang-orang yang lebih mengerti dirinya, cukup untuk hari ini. "Ratna, tolong obati Aro."
"Tapi kek ..." Sekar tetap tidak terima.
"Kamu akan menyesal telah menyakiti hati Tori," tegas Agus, "tutup mulut dan pulang." kali ini Agus pun marah. Sekar terbelalak menatap Agus dan pergi dengan harga diri terhina.
"Maaf, aku seharusnya memperingatkan keluargaku lebih awal..." Agus menepuk punggung Stephen.
"Jangan..." Stephen menggeleng, "Tori tidak menginginkan rasa kasihan."
Aro menatap keduanya curiga sebelum diseret oleh Ratna ke ruang UGD.
"Sebenarnya Tori kenapa Bi?," tanya Aro saat Ratna mengobati luka Aro.
Ratna yang sudah tahu kejelasan masa lalu Tori hanya bisa mendesah. Ia menyelesaikan pengobatannya setelah meluruskan tulang hidung Aro, memberi obat juga dipelipisnya, pasti pukulan yang sangat kuat dari Errol. Selama pria itu membantu menjaga Erika, Ratna melihatnya sebagai sosok yang tenang dan jarang bicara. Amarahnya terbit begitu kuat dan brutal. Tapi ia mengerti setelah tahu latar belakangnya dari kisah Sultan .
"Tori... secara fisik lemah. Ia memiliki kelainan jantung. Detak jantungnya lebih lambat dibandingkan orang biasa." jelas Ratna dengan bahasa yang paling awam dimengerti.
Aro pucat seketika. "Tap ... tapi dia sangat enegik, lincah, dan..."
"Karena dia penuh semangat hidup Aro." Ratna menatap Aro dengan hati-hati. Melihat reaksi Aro lebih lanjut, tapi dia masih terlihat syok. Kemudian Ratna membereskan peralatannya setelah megobati luka Aro. Bersiap dengan reaksi yang lebih. "Aku tahu seharusnya tidak menceritakan ini semua padamu karena Tori .... tidak mau dikasihani, begitu kata Sultan."
Aro begitu kaget sampai tidak sanggup berkata apapun. Tori yang bertanya apa Aro akan mencintai anak mereka walau Tori mati lebih dulu, tawanya yang bebas, cara ia minum dan merokok, cara ia berkelahi, cara ia bekerja...Aro memejamkan mata, tidak ada satupun indikator Tori punya kelainan jantung.
"Dia bisa beraktifitas dengan baik karena ia menkonsumsi obat yang bisa memacu jantungnya dengan normal, juga dia sangat aktif tapi tidak boleh bekerja lebih dari 10 jam. Juga ... tekanan batin yang menumpuk." jelas Ratna hati-hati.
Aro menatap Ratna nanar. "Maksudnya pernikahan ini?."
"Menurut Sultan pernikahan ini bukan masalah besar bagi Tori. Tapi masa lalunya yang cukup kelam bersama keluarganya terungkit secara tidak langsung." Ratna mencoba menjelaskan dengan sangat hati-hati.
"Aku nggak ngerti, maksudnya apa? apa yang mereka lakukan pada Tori?," desak Aro dengan tegang dan penasaran.
Ratna menelan ludah, "ayahnya, ibu tirinya dan Cindy, menyiksanya."
Aro terbelalak syok dan tersungkur duduk hingga lemas, tidak menyangka.
"Ayahnya memukulinya, seringnya dipunggung, bekasnya ada dan ... cukup mengibakan. Ibu tirinya suka memberinya pekerjaan kasar dan Cindy, selalu menjadi alasan ayahnya memukulinya. Ibu tirinya adalah kekasih ayahnya sejak dulu walau sudah menikahi ibu Tori, mereka tetap berhubungan. Karena lahir dari orang yang ia cintai, ayah Tori lebih mencintai Cindy...seperti yang kita tahu, memanjakannya. Ibu Tori juga menikah karena dijodohkan demi kerjasama bisnis..."
Semua kata-kata Tori yang aneh sekarang jelas sudah. "Neraka ?, aku pernah tinggal didalamnya, aku nggak keberatan kembali lagi didalamnya karena sudah tahu cara menghadapinya ...." - "Masa laluku mengerikan, apa kalian bisa terima?,"
Jelas sudah maksudnya...dan Tori tidak mau mengatakan apapun. Ia sudah diperlakukan buruk tapi tetap tidak mengatakan apapun. Aro menekan keningnya merasa sangat bodoh. Ia pikir masalahnyalah yang paling berat dan ia selalu bersikap menyebalkan, tapi Tori telah mengalami yang terberat dan ia tidak mengeluh.
"Errol salah satu dari temannya yang ia selamatkan dari jalanan, makanya ia sangat melindungi.Tori. Sisi, Tori selamatkan dari keluarga dengan latar belakang yang sama dengan Tori, itulah mengapa ia selalu disisi Tori. Mereka melindungi dan menyayanginya lebih dari keluarga yang ia miliki. Sultan satu-satunya dari keluarganya yang membantu Tori melewati segalanya."
Aro diam dan berdiri tegap. "Bibi, aku harus bersama Tori. Tolong beritahu aku soal penyakit, obat, larangan atau apa saja yang ia butuhkan."
"Apa yang akan kamu lakukan?," tanya Ratna tenang tapi penasaran.
"Berada disisinya."
Tersenyum, Ratna melihat sosok tinggi tegap yang ingin melindungi orang yang mulai ia perdulikan. Ia mengenal Aro sebagai pria protektif akan apa yang penting dan berarti untuknya.
Saat pintu kamar Tori ia buka, Aro langsung menghadapi Errol yang menoleh sambil melipat tangan didada dengan tatonya menghiasi lengannya yang kokoh. Sultan sedang membungkuk merapikan selimut dan Sisi sedang duduk merapikan pakaian Tori.
"Aku hanya ingin melihatnya.." Aro masuk dan menghadapi Errol.
"Errol, sudahlah. Bagaimanapun Aro tunangan Tori." Sultan mendesah dan memberi isyarat agar mereka keluar. Saat Sultan keluar terakhir, ia menepuk punggung Aro lembut.
Tubuh mungil Tori terbaring lemah ditempat tidur. Alat monitor jantung dipasang dan juga infus. Aro mendekat dan kemudian membungkuk mencium kening Tori. Semoga Tori tidak bermimpi dan tidur dengan nyenyak. Aro duduk dan menggenggam jemari Tori, mengusap buku jarinya lembut.
"Maafkan aku Tori, kamu sudah berusaha bersikap baik padaku. Tapi aku selalu bersikap menyebalkan. Maafkan aku... seharusnya aku bisa melindungimu seperti kamu pernah melindungiku saat kita pertama kali bertemu." Aro menatap Tori dalam dan memohon. "Ayo kita mulai dari awal... aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Walau kamu menyebalkan, kasar dan semaunya, kamu membuatku gila karena nggak bisa memikirkan yang lain selain dirimu. Membuatku nyaman karena kamu blak-blakan. Membuatku semakin menginginkanmu ... Cepatlah bangun dan mari kita bertengkar." Aro menelan ludah dan mengusap kening Tori lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...