Bagian 27 : Cinta yang datang karena Kasihan itu Kejahatan

142K 8.8K 54
                                    

Rumah Aro seperti kastil kecil di tanah yang cukup luas. Pagar tinggi tertutup tembok tidak memperlihatkan jelas bentuk rumahnya dari luar. Tembok tinggi dirambati tumbuhan rambat dan bougenville merah keunguan semakin menghalangibpandangan mata. Pintu gerbang kayu yang setinggi tembok adalah akses masuk satu-satunya. Rumahnya terbuat dari batu putih yang juga dirambati tanaman rambat ivy berdaun kecil. Halamannya dipenuhi rumput, jalan setapak batu, pohon rindangang, bunga dan lampu taman serta bangkunya. Masuk disini, ia serasa di Inggris.

Tori turun dan mengagumi arsitekturnya yang sedehana dan natural tapi juga elegan.

"Suka?," tanya Aro sambil menutup pintu mobil. Hampir selalu mustahil membukakan pintu untuk Tori demi kesopanan. Tori keluar tanpa menunggu kesopanan pria.

"Kamu penggemar sesuatu yang sangat klasik?" tanya Tori penuh minat.

Aro tersenyum. "Ya, kuno dan nyaman. Gaya modern minimalis terlalu kaku untukku." Aro menutup pintu dan mendekati Tori yang sedang mengagumi rumahnya. Cindy membenci rumah ini dan lebih suka tinggal di apartemen mewah ditengah kota.

"Tapi kamu kaku," ledek Tori ceria.

Aro sudah terbiasa di jadikan obyek bagi Tori. Dan hanya oleh Tori. "Biarin, aku memang begini, nasibmu punya suami kaku kayak aku. Yuk masuk." Aro menarik tangan Tori memasuki rumah. Tori cuma nyengir dan menurut. Sementara supir mulai menurunkan koper Tori.

Bagian dalam rumah itu ternyata didisain dengan campuran modern dan klsik. Interior perpaduan kayu dan batu alam begitu terasa. Tapi rasanya begitu .... kosong mungkin jika ditaruh beberap pot tumbuhan, pakis, bunga di vas, ruangan lebih terasa bersahabat. Yang seru, taman ditengah rumah sehingga kolam renang pun ada di tengah, semua jendela besar mengarah ke tengah, sinar matahari memancar masuk dan patio langsung dari area seluruh ruang. Udara yang masuk juga segar dan menyenangkan.

"Aku akan tunjukkan kamarmu" Aro membimbing Tori ke lantai 2. Bahkan koridornya tidak ditembok hanya dibatasi pagar batu dengan tiang besi ukir yang indah. Kamar Tori tepat disamping kamar Aro.

Kamar itu cukup luas didominasi warna putih dan biru, jendela besar mengarah ke luar.

"Kamu suka?," tanya Aro penuh harap.

Tori menengadah dan mengangguk sambil tersenyum lebar. "kamarnya bagus sekali, makasih."

Aro mendesah lega dan mengantungi tanganya ke dalam saku celananya. "Aku memang berharap kamu suka." Aro menatap Tori dengan dengan binar hangat dimatanya yang tajam.

"Dan aku lapar." Tori meringis.

Aro mendengus tertawa lalu mengajak Tori keluar. "Kamu bisa masak nggak?."

"Sedikit, hanya yang suka aku makan." Jawab Tori malu.

"Duh, kamu perempuan atau bukan sih?" decak Aro seakan menghina.

"Habisnya aku lebih suka makan dari pada masak" Tori memberi alasan. Aro hanya berdecak menghina.

Dapur Aro bagus, lengkap dan fungsional. Ada meja bar tempat Tori menonton Aro memasak. Di situ Aro seperti orang yang berbeda, ia menikmati apa yang ia lakukan. Dapur itu seperti wilayah kekuasaannya yang paling ia sukai. Gerakannya santai, tapi cepat dan gesit. Tori lebih suka Aro yang seperti ini. Dengan celana pendek cargo biru, t-shirt longgar biru gelap, rambut gondrong di kuncir cepol sembarangan, ia nampak seperti pria yang tidak punya beban tanggung jawab besar sejumlah 1000 karyawan di Bizare Grup. Ia hanya pria sederhana yang punya hobi masak.

Dalam waktu 20 menit, Aro menyajikan teriyaki ayam dan cah kangkung. Tori berbinar kagum juga senang melihat sajian mengepul itu di hadapannya dengan warna indah dan terlihat enak.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang