Bagian 26 : To Take Care Of You Even You don't Like it

132K 8.5K 80
                                    

Mata Tori bergetar terbuka. Beradaptasi dengan ruang yang tidak ia kenal tapi sangat akrab. RS... apa dia pingsan lagi?. Ia ingat terakhir Aro memarahinya. Lalu ia tidak sadarkan diri. Yah jantungnya kumat lagi. kemudian ia merasakan jemarinya digenggam. Tori menunduk dan terkejut Aro ada disana, tertidur menelungkup diatas tempat tidur dengan menggenggam jemarinya.

Hatinya menghangat karena Aro ada disisinya dan menjaganya. Ia selalu begitu, walau sudah disakiti ia tidak bisa terus kesal terutama orang itu sudah berlaku baik. Tori mengusapkan jemarinya ke kepala Aro.

Pria itu tersentak dan bangun dengan cepat. Ia mengerjapkan matanya dan menatap Tori nanar. Senyumnya merekah dengan desah lega mengiringi. "Tori ... syukurlah, ya Tuhan syukurlah...bagaimana perasaanmu?," tanya Aro sambil membungkuk dan mengusap pipi Tori lembut.

"Aku oke, maaf, pasti pada panik ya?," Tori nyengir lalu melihat wajah lebam Aro. Tangannya terulur dan menyentuh hidung Aro ringan, "wajahmu kenapa?."

Aro tidak tahu harus bagaimana. Saat ia fokus pada Tori, Tori mengalihkan perhatiannya ke hal lain. Jadi Aro duduk di tepi pembaringan dengan masih menggenggam jemari Tori erat. "Errol nonjok aku, dia marah karena aku bikin kamu pingsan." jelas Aro.

Tori mendengus, "Kamu beruntung, sebagai mantan petarung jalanan dia nggak mematahkan tulang-tulang di badanmu."

"Nyaris, tapi dia menahan diri karena kalau dia melakukannya, pasti kamu yang patahin tulang dia." sahut Aro tenang.

Tori hanya nyengir. Lalu mereka saling bertatapan. Tori mendesah, "maaf membuat semua khawatir. Fisikku memang nggak sekuat yang kelihatannya."

Aro ingin mengatakan kalau Tori tidak perlu berbohong lagi, bahwa ia sudah tahu segalanya. Tapi Tori akan menutup diri dalam cangkang yang ia bangun kuat. Aro sudah memutuskan ia akan pura-pura tidak tahu untuk sementara.

"Jangan dipikirkan. Aku akan memanggil Errol dan Oom Sultan diluar. Sisi lagi jaga Erika." Aro beranjak berdiri dan pergi dari sisi Tori.

Sultan dan Errol masuk dan langsung memeluk Tori. Aro menatap mereka dengan terenyuh. Bagi mereka, para pria yang kuat, jantan dan protektif atas apa yang mereka miliki, Tori adalah hal yang berharga dan sangat disayangi. Tori terlihat nyaman dengan hujanan kasih sayang itu. Mungkin itulah yang membuat Tori jadi pribadi yang menyenangkan setelah semua penderitaan yang ia alami. Mereka mendukung apa yang Tori inginkan juga melindunginya. Bentuk ketulusan yang jarang Aro dapatkan.

Sore harinya, Bunda Nani datang menjenguk. Errol, dan 2 orang pria bertato lain yang datang menyambutnya dengan cium tangan tapi wanita itu merangkul dan menepuk punggung mereka hangat. Aro yang masih terus menunggui Tori merasa kalau wanita tengah baya itu orang yang sangat penting bagi Tori dkk.

"Bunda kenalin ini Aro. Bos aku saat ini." Tori mengenalkan Aro pada Nani.

Nani menyalami Aro dengan genggaman kuat. "bos? nungguin kamu?, waaah, kamu pasti staff yang sangat istimewa ya Tor." goda Nani jahil pada Tori.

"Bunda ih!" Tori cemberut dengan pipi merona.

"Yah sudaaaah. yang penting kamu baik-baik saja, padahal kemarin baru pulang dari rumah singgah terus kamu langsung sakit begini. Sisi telepon bunda sampai nangis-nangis karena pingsanmu lebih lama dari sebelumnya." Nani mendesah lega setelah melihat Tori baik-baik saja.

"Sisi berlebihan Bun. Udah dikasih obat trus sekarang baik-baik aja kok." Tori menyahut sungguh-sungguh.

Aro menatap Tori lalu Nani. Ternyata kemarin Tori di rumah dinggah. Tori nggak macam-macam hanya mencari ketenangan ditempat yang nyaman dan yang ia kenal.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang