Bagian 33 : Ex of us

143K 7.9K 125
                                    

Pemotretan berlangsung cukup lancar walau terkendala cuaca yang sangat sering terjadi di London. Kota itu dingin dan lembab, seakan tiada hari tanpa hujan. Untung Tori yang sudah berpencalaman mengantisipasi dengan lampu walau tetap dibutuhkan sebuah usaha yang lebih lagi.

Saat mereka break untuk makan siang, seorang pria yang sangat...sangat tampan dengan rambut pirang, mata biru cerah dan tampang aristokrat yang tegas juga terlihat menawan datang mendekat. Tingginya hampir 190 dengan cara berpakaian elegan yang santai. Tubuhnya tidak terlihat terlalu kekar atau kurus, tapi tegap dan anggun berkat latihan etiket yang ia pelajari bertahun-tahun.

Seniman patung dan interior Inggris terkenal, Cliff Wellington menatap kegiatan pemotretan itu dari jauh dan sebelum akhirnya mendekat. Ia akan bertemu dengan orang yang sangat penting juga ia pernah cintai juga khianati. Tori nyaris tidak berubah sejak terakhir mereka bertemu. Ia menyesali dirinya yang telah menyakiti wanita yang paling bisa memahami ditinya. Untunglah mereka bisa berteman walau Cliff masih ingi bersama Tori lagi.

Cliff tiba dan langsung menarik perhatian banyak mata. Tori masih sibuk mengecek hasil foto di laptop dengan kotak makanan di depannya yang masih sedikit tersentuh. Cliff menghampiri dan berdiri dihadapan Tori.

"Hai, Tori!"

Tori menoleh cepat dan menatap Cliff dengan terbelalak. Lalu tersenyum lebar sambil menghampiri pria mempesona itu.

"Cliff!" Tori menyambut Cliff tanpa menutupi rasa senangnya, Dengan tenang menatap Cliff "Kebetulan sekali ketemu disini!"

Semua kru menatap mereka. Aro berdiri kaget memandang mereka. Tori disambut, dipeluk, dan dikecup seorang pria tampan. Amarah terbit dengan cepat dan membuat Aro langsung menghampiri mereka dengan cepat.

Untung Errol langsung menahan lengannya. "Tahan bung, Cliff salah satu keluarga bangsawan disini, kau nggak akan mau berurusan dengan mereka."

Aro menggeram murka dengan tangan terkepal dan gemetar. Tapi Amarahnya langsung reda saat Tori menoleh dan memanggilnya, "Aro, sini,"

Masih kesal dan marah, Aro mendekat muram. Ia berniat memeluk Tori tanda kepemilikannya. Tapi Tori sudah menyusup dalam dekapannya seperti kucing, Aro langsung merangkulnya dengan protektif.

Gerakan penuh protektif dan kepemilikan itu tidak luput dari perhatian Cliff. Cliff langsung mengamati pria asia tinggi dan menarik itu. Auranya penuh kekuasaan khas yang dimiliki pria yang mendominasi dan dilahirkan untuk memimpin.

"Cliff kenalkan ini tunanganku, Aro. Aro ini teman lamaku, Cliff." Tori memperkenalkan tanpa menyadari suhu naik disekitar mereka.

Mereka bersalaman dengan kuat dan hanya senyum yang sangat tipis. Cliff tersenyum, pria ini sangat over protektif. Tori terlihat nyaman dalam rangkulannya. Bahagia. Cliff tahu, tidak ada ruang disana untuknya.

"Anda beruntung, Tori perempuan yang sangat ... baik." Cliff melirik Aro dan tersenyum. "Selamat atas pertunanganmu Tori."

"Terimakasih Cliff. Bergabunglah makan malam, kami sudah selesai dan tinggal bersiap-siap."

"Tentu saja, lusa aku sudah harus ke Milan, entah kapan lagi kita bisa bertemu." Cliff menyambut undangan itu dengan spontan.

Aro, hanya menatap dingin pada Cliff. Sebal.

Makan malam dilakukan disebuah resto Itali yang menyenangkan. Tapi malam itu Aro murung dan bertingkah menyebalkan. Tori berusaha mengabaikannya.

"Kamu kenapa sih tadi?, ada masalah?" tanya Tori saat mereka sudah dikamar. Pertanyaan tenang dan lembut.

Aro menatap Tori dengan cepat juga penuh ketidak sabaran. "Apa ini cara kamu memberitahu aku kalau kamu punya pesona pada semua pria?," bentak Aro dengan keras.

Bentakan itu membuat Tori diam dan waspada. Ia duduk disofa dan menunduk.

"Kamu memang sengaja buat aku marah?." Sergah Aro.

"Aro, Cliff hanya teman... dulu memang mantanku tapi itu sudah lama, dia menghianatiku, kami putus tapi tetap berteman. Aku tidak lagi mencintainya saat tahu dia selingkuh." jelas Tori sabar.

"Bagimu, tapi dia masih mencintaimu. Aku tidak menyukai ada pria lain mendekatimu, memelukmu, menciummu bahkan menatapmu!" sergah Aro emosional.

"Kenapa kamu begitu marah? walau aku calon isterimu dan kita sudah tidur bersama, kamu nggak punya perasaan cinta untukku kan? Lalu kenapa begitu marah?," Tori mulai hilang sabar.

"Tidak ada yang boleh menyentuh milikku!!" sahut Aro tegas dan tajam.

Menelan ludah, Tori tahu ia sudah bertanya hal bodoh dan tahu jawabannya akan menyakitkan baginya. Ia hanya milik Aro, propertinya. Tidak lebih.

Ia pun menatap Aro dengan sedih. "Setidaknya .... dia mencintaiku," bisik Tori. Perkataan Tori mengejutkan Aro. "Bagimu, aku hanya benda yang harus dijaga. Takut kalau aku menghilang, kamu akan dimarahi kakek dan dicemooh yang lain. Setidaknya mereka memelukku karena menyayangiku...."

Diserang kepanikan yang membuatnya menggigil, Aro menatap Tori gelisah. Cinta.... hal yang belum siap ia ungkapan. Dan ia setengah mati takut kehilangan Tori. "Perasaanku padamu...lebih dari cinta..." bisik Aro dengan bibir gemetar. Ia melihat Tori menatapnya bingung.

Ia menelan ludah dan kemudian mendekati Tori yang duduk di sofa. Berlutut dihadapan wanita yang mulai menjadi bagian paling penting dalam hidupnya. "Aku pernah trauma karena cinta dan itu menyakitkan. Kamu bagiku... seperti udara yang kuhirup, separuh dari jiwaku, dan segalanya. Aku merasakan semua hal ini lebih dari cinta. Aku tidak tahan pria manapun menatapmu apa lagi memelukmu. Kamu wanitaku, milikku..."

Rasanya memang itu artinya bagi Aro. Cinta... tidak. Padahal dari apapun didunia ini ia hanya butuh dicintai. Tapi pria ini menolak mencintainya. Tori harus bagaimana ?. Bersabar? Ah nasibnya....

Tapi Tori mencintai Aro. Ia menerima segala yang Aro miliki apa adanya. Pria ini, baik hati dan perhatian dibalik sikap dingin dan sinisnya. Tori memeluk Aro. Ia harus siap saat Aro tidak lagi menganggapnya penting.

Pada hari ke 3 pemotretan di London, Aro mendapat sebuah telepon, kemudian ia dengan tergesa harus kembali ke Jakarta. Tapi ia tidak bilang detailnya pada Tori yang kebingungan.

"Aku harus kembali ke Jakarta Tori, ini sangat mendesak, kalau ada perlu kamu telepon saja, atau hubungi Paul. Maaf aku nggak bisa nemenin kamu sampai selesai." Aro mendekap Tori erat-erat, kemudian mencium bibirnya kuat, enggan meninggalkan Tori.

Tori tidak bicara apapun. Ia hanya membalas kecupan Aro sama kuatnya.

***

Aro tidak berani bilang kalau masalahnya adalah Cindy. Perempuan itu kembali ke Indonesia setelah 4 th tinggal di Amerika bersama produser teman selingkuhnya yang juga sahabat Aro. Cindy telah kembali dan mengetahui rencana pernikahan Aro dengan Tori. Ia mencoba bunuh diri dan gagal. Sekarang ada di RS.

Apapun itu selain nyawa, Aro tak perduli. Tapi urusan nyawa mantan isterinya bisa membuat skandal besar, dan membuatnya tidak bisa menikahi Tori. Sialan ia hanya ingin melindungi Tori dari perempuan licik seperti Cindy. Lagipula, bagaimanapun, Cindy adalah perempuan yang pernah ia cintai.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang