"Aku akan jemput kamu." ujar Aro saat mereka berdua duduk tenang di bangku sementara yang lain sibuk menunggu tas dari bagasi pesawat.
"Apa aku mesti pakai gaun? jujur aja, aku udah lupa pelajaran etika." Tori bersidekap dan mencoba memprovokasi Aro dengan tingkah kasarnya.
"Kakekku yang pilih kamu buatku. Jadi, seharusnya itu nggak jadi masalah. Bahkan dengan tato dibadan kamu." sahut Aro tidak perduli.
Tori menoleh dan menyipit kesal memandang Aro. "Sangat efisien Aro. aku tersanjung."
Aro membalas tatapan dengan tatapan angkuhnya. "kenapa, tersinggung? kan memang itu kamu. Dan ini aku."
"Hoaaaaah nasiiiiiib, nasibbb, kenapa aku dapat calon suami menyebalkan kayak kamu." Tori menatap langit-langit dan dalam hati mengutuk nasibnya.
"Memangnya kamu mengharapkan apa?, suami yang baik dan membosankan?. Kamu nggak cocok dengan pria yang hanya nurut sama kamu. Kamu akan menginjaknya sampai jadi kotoran!" sahut Aro sombong.
Tori menoleh dan melotot sebal pada Aro. "Heh, mending punya suami ngebosenin dari pada nyebelin bikin sakit kepala kayak kamu tau!!"
"Kamu akan mati bosan." Yakin Aro dengan arogannya.
Tori melengos, malas membahas hal nggak penting itu. Aro tersenyum tipis menyukai perdebatan itu. Tori sparing partner yang menyenangkan. Walau kemungkinan mencintai sulit dibayangkan, setidaknya Tori menyenangkan karena pintar berdebat.
Persiapan makan malam membuat Tori gugup. Tori memang tomboy, tapi selama di Eropa ia juga sering menghadiri banyak undangan makan malam. Sisi menolongnya berhias dengan keahliannya. Temannya itu sangat antusias mendandani Tori. Sisi memilihkan gaun black little dress dari perpaduan bahan sutra putih dan brokat hitam prancis. Hadiah dari perancang terkenal di paris dimana ia sangat puas dengan hasil kerja Tori. Sisi menyanggul rambut panjang ikal Tori dengan model romantis dan tidak ketat. Helai-helai ikalnya ada yang dibiarkan jatuh keatas pipinya. Tori dirias sederhana tapi menonjolkan mata kijangnya yang indah dan tulang pipi aristokratnya yang lembut. Tato matahari di tengkuk terekspos berani, juga tato sayap yang ada dipergelangan tangannya karena lengan bajunya yang pendek.
"Ahhhh imutnyaaa, taruhan sama gue, si Aro nggak bakal lepas pandangannya dari lo." Sisi puas dengan hasil karyanya. "Mungkin kalau lo mau pakai kalung atau cincin, pasti bagus."
Tori mengagumi bayangannya di cermin. Tapi ia menolak memakai perhiasan. Ia tidak suka. "Lo tahu gue nggak suka pakai perhiasan"
Sisi meringis. "Sorry."
Pintu rumah Tori diketuk. Sisi keluar membukakan pintu untuk Aro. Pria itu sangat tampan dengan jas, rompi dan celana abu-abu gelap, kemeja putih dan dasi abu-abu terang. Rambut gondrongnya diikat ke belakang kepalanya, bayang janggut dan jambang biru kehijauan membuat wajahnya terlihat kian tampan. Walau Errol tampan, Aro mempesona dengan auranya yang luar biasa.
"Tori sudah siap?" tanya Aro sambil menatap sekeliling rumah yang bersih, rapi dan apik.
"Dia sedang ke toilet. Silahkan masuk, anda mau minum?," tanya Sisi.
"Tidak, terima kasih" Aro menatap satu dinding khusus foto-foto dengan ukuran berbeda tapi dengan frame kayu hitam polos yang sama. Berdiri disana dan mengamati tiap-tiap foto dengan kagum juga penuh pengamatan. Kemudian mengagumi semua pemilihan warna interior dan tata letak rumah mungil itu. "Rumah ini hanya ditinggali Tori?."
"Iya, Tori dasarnya lumayan rapi dan bersih." Sisi menyadari pengamatan Aro.
Pintu kamar Tori terbuka dan gadis itu muncul sambil tersenyum pada Aro yang menatapnya nyaris melotot dan menganga termangu. "Maaf, sepatunya harus sedikit dibersihkan. Kita berangkat?," Tori menghampiri Aro sambil mengagumi penampilan Aro yang sangat tampan dan elegan. "Whoaaa, kamu memang menakjubkan kalau pakai stelan jas, ganteng deh," Tori memuji spontan dan apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romansa"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...