Bagian 20 : We do fight and You're a Good Sparing Partner

132K 8.2K 93
                                    

Ruangan itu hening.

"Aku nggak keberatan." sahut Aro tegas kemudian.

Tori menatap Aro kaget. Pria itu menatap Tori dalam dan tajam. "Kamu menerima pernikahan ini demi sesuatu yang sangat penting dalam hidupmu. Aku menerima pernikahan ini demi kepentinganku. Aku tahu kamu menyebalkan, keras kepala dan kasar. Sedangkan aku dingin, sinis, egois dan arogan kamu tahu itu. Jika kamu menerima semua itu dan mau hidup denganku, mari kita menikah."

"Kita akan bertengkar." sahut Tori sambil bersidekap.

"Pasti. Kita mungkin akan saling bunuh." Aro tersenyum sinis.

"Hmmm, dengan cara yang paling sadis." angguk Tori setuju.

"Saling mengacuhkan?," selidik Aro.

Tori berdecak ragu. "Aku nggak suka menggantung masalah, konfrontasi langsung lebih menyenangkan."

"Bagus, karena kamu selalu berhasil memancing yang terburuk dari sifatku." Aro mendesis kesal.

Tori mendengus kemudian menatap seluruh keluarga yang menatap mereka penuh minat juga takjub. "Oke, nggak masalah," Tori mengangguk tegas. "Kami mengikuti kalian. Tapi tolong, yang sederhana saja."

Agus dan Stephen saling bertukar tatap puas. Harapan mereka terwujud.

Acara itu selesai dengan kesepakatan tanggal pernikahan. Sekar menghampiri Tori dengan raut serius. "Aku nggak mengira perempuan seperti kamu masuk dalam keluarga kami. Suatu saat ia akan menjadi pemimpin Subara grup, setidaknya jangan bikin malu dirinya."

Tori menghadapi provokasi itu dengan santai. Sejak pertama ia tahu Sekar tipe kalangan atas yang tidak sudi kemurnian itu ternoda dengan perempuan kasar seperti dirinya. Tapi Tori bukan gadis yang penakut. Baginya ini hanya provokasi sederhana. yang membuat rumit, Sekar akan menjadi bagian keluarganya, ia harus pintar memilah. "Akan kuingat peringatanmu." Jawab Tori dengan keanggunan yang Tori dapat dari leluhurnya. Ia tersenyum tenang, sikapnya anggun dan emosinya terkendali baik.

Sekar menelan ludah. Bagaimana Tori memiliki aura yang begitu anggun dan bersahaja dengan begitu alami!?. Ia baru sadar, Tori mungkin pernah hidup di jalanan tapi leluhurnya tak tercela. Ia sempat dididik dengan cara-cara kalangan atas, tapbi ia tidak mendptkan aura itu dari pendidikan, tapi dari jaringan keturunan yang menakjubkan. Itu alami untuk Tori. Bahkan caranya berdiri anggun.

"Tori," panggil Sultan. Tori menoleh dan langsung meninggalkan Sekar untuk mendatangi Sultan dan masuk dalam rengkuhan lengan kokoh Sultan.

"Ooom, bagaimana kondisi Erika?," tanya Tori cemas.

"Baik ... setelah tanggal pernikahanmu, kami akan berangkat ke Jerman. Dr. Ratna sudah menjelaskan adanya kesempatan di Jerman untuk pengobatan Erika." Sultan menjelaskan.

Tori menegang. Artinya Sultan dan Erika akan jauh darinya. Tapi ini demi Erika. Tori mengangguk mengerti.

"Rasanya ini semua begitu cepat ya kan Oom?," Gumam Tori lemah.

"Tori, kamu masih punya aku, kamu tahu aku akan menerimamu apapun kondisimu. Jangan ragu datang padaku, kamu nggak sendirian." Sultan mengecup ubun-ubun Tori lembut. Menyesal bahwa keadaannya justru membuat Tori menjalani apa yang kakaknya jalani dulu. Tapi ia tidak akan membiarkan Tori sendiri seperti yang Stephen lakukan. Sultan memeluk Tori makin erat.

***

Tori memarkir motornya dan memasuki gedung tanpa membuka kacamata hitam pilotnya. Ia tadi membeli koran di lampu merah dan membacanya saat mengantri lift.

"Aku suka perempuan yang pintar," tegur suara lembut merayu di sampingnya.

Saat menoleh ia mendapati Marcell ada disampingnya, berdiri mempesona dengan senyum merekah dan tatapan hangat. Hati Tori ikut hangat karena diberi senyum menawan yang indah itu, dan balas tersenyum. "Menyenangkan pagi-pagi sudah dipuji pria ganteng, eh ini bukan lagi acara hidden camera kan?."

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang