Bagian 11 : Dia

123K 8.1K 27
                                    

Aro memejamkan matanya dan memikirkan bagaimana Tori bisa melengkapinya. Perempuan kasar, ketus, preman sinting, tidak ada unsur perempuan dalam dirinya. Kakeknya pasti sudah gila karena kecelakaan waktu itu.

"Aku akan ke RS." Jawab Aro lelah. Pekerjaanya begitu banyak, lalu datang keinginan kakeknya yang sepihak. Tapi ia penasaran soal calon isterinya. Fakta Tori dan mantan isterinya adalah gangguan yang meresahkan dan rasanya kurang pantas.

"Baik Tuan." Quil mengangguk.

***

RS siang itu lengang. Tori tiba di RS dan langsung mendatangi ruang ICU anak. Sultan sudah datang dan sedang menunggu sabar di ruang tunggu. Tori membawakan makanan buat Sultan dan memeluknya erat sebelum ia melihat Erika.

Tori mengintip dari jendela karena belum diijinkan masuk. Disentuhnya jendela dengan pemandangan langsung ke tempat tidur Erika yang di sisi kirinya dipenuhi alat pantau jantung, darah dan banyak lagi. Banyak selang men-supply cairan obat ke dalam tubuhnya. Air mata mengalir tanpa bisa ia bendung. Rasa takut, kasihan, sesak, dan cemas menerpanya dengan dahsyat.

"Erika ... bertahanlah .... kumohon..." Isak pecah dan bahunya gemetar hebat.

"Dia baik-baik saja." Suara Ratna terdengar dibelakang Tori.

Tori menoleh dan menatap Ratna nanar. "betulkah ?! .... syukurlahhh ..." Tori mendesah sambil bersandar ke tembok dengan tubuh lemas dan rasa lega menyusup.

Ratna tersenyum lembut, "Anak yang kuat. Saya sedang meneliti lagi darahnya dan menentukan ... terapi yang cocok untuknya."

Tori mengusap air matanya dan kembali menegapkan tubuh. "Tolong, bantu Erika. Saya ... mohon dok." Tori membungkuk.

"Jangan begitu," Ratna menepuk bahu Tori dan meluruskan tubuh Tori lagi. "Saya juga manusia. Tapi saya mencoba yang terbaik."

Tori mengangguk dan tersenyum faham.

"Kudengar, kamu sedang ada proyek di Bizare Grup." Ratna mengamati Tori yang sepertinya belum istirahat sejak kemarin.

"Eh, kok tahu?," Tori menatap Ratna waspada.

"Kebetulan, keponakanku bekerja disana dan cerita ada fotografer nyentrik di kantor." Ratna tersenyum lebar. "Bosnya mungkin agak .... keras, tapi pada dasarnya perhatian dan baik. Bertahanlah ya." Ratna tersenyum dan berlalu dari hadapan Tori.

Tori menatap Ratna penuh spekulasi. Keponakan ... ? Apa ada hubungannya dengan yang akn dijidohkan dengannya? Tori menepis pikiran itu dan kembali menatap kedalam ICU melalui jendela kaca.

Ratna berbelok ke arah ruang dokter yang dipinjamkan untuknya sementara ia mengatur kepindahan Erika ke RS tempat yayasan milik keluarga Subara. Tempat ia bertugas. Agus sudah memintanya secara pribadi merawat Erika.

Kemudian ia melihat Aro berdiri tepat di tikungan. Ratna menatap Aro yang pasti sudah melihat Tori tadi.

"Sedang apa kamu disini?," tanya Ratna cukup terkejut melihat kehadiran Aro disitu.

"Menemui bibi, itu ... fotograferku ..." Aro menunjuk pada Sosok Tori yang masih menatap ke dalam jendela kaca.

Ratna menyipitkan matanya dan melangkah sambil menarik Aro dari situ untuk melangkah bersamanya. "Ayo, lebih nyaman kita bicara diruangan bibi. Bagaimana kabarmu?, kamu terlihat ... gundah."

Aro melirik Ratna yang terlihat kalem seakan tidak tahu apa-apa. Tapi ia tahu segalanya dan Ratna tidak pernah bicara siapa pun soal masalah di keluarga Subara.

"Yah, dengan rencana kakek. Apa menurut bibi otaknya terganggu?," Aro memancing emosi Ratna sebagai pengikut setia kakeknya.

Ratna tertawa sambil duduk bersandar di kursinya. "Mungkin, akibat kecelakaan tahun lalu. Jadi kamu sudah tahu soal Tori?"

"Ya, dan itu ide gila!. Perempuan kasar dan ketus. Saudari tiri mantan istrriku ?!. Apa dia mau menghancurkan hidupku?." Emosi Aro bangkit dengan cepat. Ia langsung pening memikirkan hal itu.

Mengamati keponakannya, Ratna tahu seberapa hancur Aro dulu. Aro bangkrut, dihianati dan ditinggalkan oleh orang yang ia cintai. Bertepatan dengan kecelakaan orang tuanya, segalanya hancur bagi Aro 5 th lalu. Ratna disana tapi tidak mampu melakukan apapun selain terus mendampingi Aro juga Sekar. Bahkan ketika Aro berubah menjadi pria yang mengerikan, Ratna hanya mencoba memahami perubahan itu dan mengerti.

Tori adalah segala perwakilan masa lalu yang Aro benci dan hindari. Hubungan dengan masa lalu, sikap Tori yang berani dan apa adanya, seperti apa yang Aro punya dulu.

"Kakekmu punya pemikiran lain, tapi ia hanya ingin kamu bahagia Aro." Ratna memajukan tubuhnya untuk penegasan.

"Bahagia?, apa ini caranya?. Biar aku beritahu apa yang membuatku bahagia. Posisi utama di Subara Grup, itu!"

"Itu ambisimu Aro."

"Yang membuatku bahagia!"

Ratna mendesah sambil berhenti membenturkan kepala kekeras kepalaan Aro. "Menuruntuku, Tori gadis yang baik. Dia tulus, dan penuh kasih sayang. Penampilan urakan dan kasarnya hanya cover, jangan tertipu lagi dan buka matamu baik-baik Aro. Jangan samakan semua perempuan seperti mantan isterimu." tegas Ratna pada akhirnya. "Selama dua hari ini, aku tidak melihat ia istirahat dan meninggalkan pamannya walau sekejap. Ia hanya pergi bekerja di tempatmu dan kembali kesini. Jika itu perempuan lain, mungkin tidak betah lama-lama di RS. Aku hanya sarankan hal ini, buka matamu, hatimu, pikiranmu. Egomu tidak akan menyelamatkanmu dari apapun selain kesengsaraan bagimu."

Kata-kata Ratna menohok Aro supaya ia tidak lagi bersikap arogan atau keras kepala. Ratna memborbardirnya dengan kenyataan dan saran yang masuk akal. Betul, ia tidak bisa terus menghakimi Tori atas keinginan Agus. Saat Aro melihat bagaimana Tori menangisi kondisi sepupunya, ia terlihat begitu menderita, rapuh dan kesepian. Hanya sepupu, mengapa begitu sedih?.

"Sakit apa, sepupunya Tori itu?." tanya Aro

"Erika, 10th, leukimia stadium 3. Jika pemeriksaanku benar, aku harus merekomendasikannya untuk berobat ke Jerman, alatnya lebih canggih dan aku mengenal dokter spesialis darah terbaik disana." Ratna mengusap keningnya yang berdenyut. "Biayanya sangat mahal.... Kakeknya dan Kakekmu akan membiayai pengobatan Erika. Tori menetap di Indonesia selama 2 th ini hanya untuk dapat dekat dengan Erika dan mendampingi pamannya juga menolong bisnis pamannya yang mulai krisis karena biaya pengobatan Erika yang mahal. Coba pikir Aro, ia baru memulai karirnya di Indonedia tap harus menanggung begitu banyak masalah."

"Tapi dia pewaris bisnis kakek dan ayahnya ...." Aro mengeruntukan kening.

"Kau tidak diberi tahu?, Tori sudah tidak berhubungan dengan keluarganya selama 15 th. Ia dirawat pamannya 10 th terakhir, pamannya juga memutuskan hubungan keluarga sejak 20th lalu. Mereka, pemberontak dalam keluarga mereka. Tidak mau memakai koneksi keluarga dan berusaha sendiri."

Aro diam. Pantas Tori terlihat begitu mandiri dan berani.

"Seperti itu..." desah Aro pelan. "Baik, aku akan ikuti saran bibi..."

Ratna berdiri dan memeluk Aro hangat. "Ikuti kata hatimu." sahut Ratna tegas namun lembut.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang