Bagian 5 : The Odd Team

133K 8.3K 43
                                    

-Bizare Grup-

Kantor Bizare grup cukup geger dengan kedatangan Tori, Errol dan Sisi. Mereka cukup menonjol dengan gaya nyentrik kontradiktif antara mereka bertiga. Errol yang seperti preman, Tori yang bergaya punk rock, Sisi yang eksotis. Mereka jadi pusat perhatian kemanapun mereka melangkah. Mereka disambut Budiman dan menyalami dengan senang, sudah terbiasa dengan Tori, tetapi tetap saja belum biasa, apalagi setelah melihat Errol.

"Selamat pagi Tori, Sisi ..."

"Ini asisten gue, Errol." Tori memperkenalkan dengan senyum lebar.

Budiman dan Errol berslaman. Budiman melempar senyum. Errol hanya mengangguk hormat tanpa senyum sama sekali. Budiman begidik seram dan cepat-cepat menggiring mereka ke ruang meeting dan memeinta OB membuatkan minuman buat mereka.

"Hari ini kita akan meeting dengan dirut, dia ingin bertemu dengan lo dan juga menegetahui eksekusi konsepnya. Juga ada Pemred dari 5 majalah termasuk gue. Kami akan ikut memberi masukan sebelum Glitter yang akhirnya mengeksekusi konsep ini."

"Oh jadi setiap ultah Bizare, tiap majalah memberikan konsep, jika terpilih akan menjalankan edisi grup?. Sisi memperjelas.

"Betul sekali. Glitter baru berdiri 8 th, kami masih merangkak dan terus melakukan banyak inovasi dan trobosan. Pasar kami itu untuk kalangan menengah kebawah. Jadi kami memberi referensi yang sesuai. Oplag kami mulai naik signifikan di 2 thn terakhir. Jadi kami berharap, lo bisa menjadi bagian dari kebanggan kami dengan membuat foto-foto terbaik."

"Tentu saja Bud, gue akan berusaha yang terbaik." Tori mengangguk dengan senyum menenangkan.

"Oya, mungkin kita akan mengambil lokasi di luar ruangan, nggak masalah kan?" Budiman memberitahu. "Diluar kota dan luar negri. Kami berniat mengambil tema musim tertentu."

Tori melirik Sisi dan mengangkat bahu, "Selama itu ... tidak keluar biaya dari sisi kami, gue nggak masalah." Tori menatap Budiman sambil tersenyum simpul.

"Tentu saja, ada dikontrak bahwa bayaranmu hanya jasa. Diluar itu kami yang tanggung selama buat keperluan pemotretan." Budiman menenangkan dan menjelaskan dengan transparan.

"Bagus. Berarti termasuk kru gue ?."

"Betul, Sisi sudah menegosiasikan diawal, wahhh dia benar-benar negosiator yang alot." Budiman tertawa pada Sisi. Sisi hanya tersenyum lebar saja.

Tiba pintu terbuka dan serombongan orang memasuki ruangan dengan ekspresi tegang. Mulai duduk di kursi dengan gelisah. Mereka tambah tegang setelah melihat tim fotografer yang hadir.

"Maaf, kalau meeting dengan pak direktur memang selalu menegangkan." suara Budiman mendengung pelan nyaris berbisik.

"Kenapa?, orangnya tipikal bos galak suka nuntut banyak hal?" balas Sisi sigap.

"Haduuuhhhh lebih!, dia itu iblis!" Budiman berjengit ngeri masih dengan berbisik.

Bayangan seorang atasan pria tua, tampang menyebalkan, angkuh, pendek botak dan gendut buncit karena seluruh hidunya dihabiskan untuk menindas orang banyak. Seorang diktator!.

Saat semua tempat sudah terisi, akhirnya pintu terakhir dibuka, pria tinggi tegap, dengan rambut gondrong diikat dibelakang kepalanya. Jasnya yang mahal melekat pas di tubuhnya.

Tori menatap pria itu dengan mata terbelalak. Cowok playboy angkuh!!. Dia Bos Bizare Grup?!!!!. Tori menganga tak percaya sambil terbelalak kaget. Waaaaah, bagaimana bisa !!!!.

"Baik kita mulai meeting kita. Budiman, kenalkan tim fotografer ... lo ... ?!" Aro menatap ke arah Budiman dan terbelalak melihat sosok disamping Budiman. Si cewek preman !!!.

Tori bangkit dari tempat duduknya dan berdiri dengan formil sambil tersenyum tenang. "Perkenalkan nama saya Viktori Akbar, tolong panggil saja Tori. Ini asisten saya Errol dan manajer saya Sisi."

Tori menatap Aro tenang dan menunggu Aro mengendalikan dirinya. Ia ternganga seakan Tori adalah hantu di siang bolong. Menyadari sikapnya yang konyol, Aro berdehem dan kembali bersikap penuh wibawa dan dingin. Aro hanya menatap Tori tajam yang balas menatap dengan sinar geli. Aro menunjukkan eksprei mengeras yang gelap.

Seisi ruangan saling mengamati pimpinan mereka dan fotografer nyentrik itu. Yang satu menahan marah, yang satu cuma nyengir masa bodoh.

HOLD METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang