Berangkat ke Bizare sendirian dengan motor ninja hitamnya, Tori melaju ditengah macetnya kota Jakarta. Walau sudah mengenakan jeans pendek sedengkul, ia masih merasa gerah. Ransel kameranya terasa berat dipunggungnya, jaket kulitnya mulai terasa pengab, sepatu converse engklenya menapak aspal dengan sigap saat ia mengerem karena Lexus hitam dihadapannya berhenti mendadak. Bisa repot urusannya dengan mobil semahal itu. Mengutuk kesal, Tori memencet klakson kesal lalu menggiring motornya ke samping sambil menoleh. Walau tidak mungkin orang didalam mobil melihat wajahnya dari balik helm full face nya, supir membuka kaca dan mengangkat tangan minta maaf.
Tori membuka kaca helmnya, "jangan ngerem mendadak pak," Tori menunduk dan memperingatkan dengan tegas.
"Maaf mas eh mbak," supir sedikit melongo melihat cewek membawa motor ninja besar itu.
Tori mengangguk dan menutup helm lagi dan meluncur mulus dan sigap ke tengah padatnya kendaraan.
"Itu tadi fotografer itu kan!" Sekar melongok kaget mengenali pengendara motor itu, pada Aro yang kembali sibuk dengan berkas-berkasnya. Mereka adalah penumpang Lexus tersebut
"Hmm."
"Gila tuh cewek, gayanya tomboy banget, keren sih, tapi terlalu liar dan berantakan." Sekar berdecak kagum walau style Tori sama sekali bukan seleranya.
"Dari pada ngomentarin orang, cepat bilang kenapa kamu pagi-pagi sudah numpang mobilku?!" Aro menoleh pada adiknya.
"Aku mau Bizare di jadwalkan ke London juga Paris." pinta Sekar cepat.
"Kalau mau jalan-jalan kamu bisa pergi sendiri dengan uangmu!" Sahut Aro datar.
"No, ini bukan soal jalan-jalan. Adanya kota Paris dan Londong akan meningkatkan prestise Bizare itu sendiri."
"Tori memberikan alasan yang sangat bagus kenapa Bizare nggak harus ke London dan Paris. Kalau mau, cabut rencana animal print dengan gaun pesta, kantoran atau liburan."
"Mas Aro ngebela cewek urakan itu?!"
Aro melirik tajam pada Sekar yang manja dan mudah ngambek itu. "Jangan mempertanyakan keputusanku Sekar. Tori itu fotografer profesional. Levelnya sudah diakui dunia. Ia sudah bekerja dengan hampir semua rumah mode ternama di Paris dan Milan, majalah mode di seluruh Eropa dan Amerika, production house Hollywood, bahkan semua perancang, model-model dunia ingin difoto olehnya. Jangan anggap enteng Tori karena ia belum punya nama di Indonesia. Ia bekerja sangat efisien dan detail dari hanya mendengar pendapatnya saja."
Aro mengeruntukan kening dan mengakui pada dirinya sendiri kalau awalnya ia memang sudah menganggap remeh seorang Tori hanya karena penampilannya. Penyelidikannya atas Tori mengungkap kinerja Tori di luar negri dan daftar panjang yang menunggu keputusan Tori menerima proyek dari mereka. Mengapa Tori lebih ingin bekerja di dalam negri yang belum mengenalnya merupakan misteri lain yang ingin Aro ketahui.
"Bekerja samalah Sekar, ini proyek penting." Aro menutup diskusi soal pekerjaan dengan tegas.
Sekar benar-benar kesal. Tapi ia mengenal kakak lelakinya, jika ia sudah memutuskan sesuatu, itu artinya mutlak. Pria ini tertutup. Makin tertutup sejak isterinya pergi dengan pria lain. Padahal Aro amat sangat mencintai perempuan sialan itu.
"Mas, aku dengar, Cindy akan kembali ke Jakarta ..." Sekar berkata hati-hati.
Aro terlihat tegang dan menyembunyikannya dengan cepat. Tidak menanggapi dan tidak perduli. Sesuatu yang tidak sudi Aro dengar di pagi hari.
***
Saat bekerja, Tori memakai sesuatu yang nyaman dan santai. Tidak pernah bekerja dikantoran dan terbiasa bekerja dengan orang asing, ia datang dengan pakaian santai. Amat sangat santai. Tapi ia tidak perduli, ia terbiasa bekerja mementingkan hasil dibandingkan tata krama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romansa"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...