Aro berhenti mengusap pergelangan tangan Tori dan ekspresinya langsung terkejut, sinar matanya menunjukkan rasa syok yang besar.
"Saat Oom sultan menemukanku, aku sedang berada di tengah perang antara geng jalanan. Aku yang dulu, sangat suka berkelahi. Aku lebih sering menyelesaikan masalah dengan otot. Waktu oom Sultan menemukanku, aku sedang di pertengahan perkelahian antar geng. Aku dipukul dari belakang dan tak sadarkan diri selama 3 hari. Saat aku bangun dan mengetahui siapa oom Sultan, aku ketakutan dan marah padanya. Pada keluarga yang mengabaikanku. Aku pikir aku akan kembali ke neraka itu lagi. Jadi aku memutuskan bunuh diri. Untungnya bibi Niken, isteri oom Sultan sangat baik, sabar dan memberiku kasih sayang yang tidak pernah kuterima sebelumnya." Tori menjelaskan asal luka itu dengan penuh emosional karena ia haris mengingat mendiang bibinya.
Aro menarik Tori kepelukannya erat, berusaha memberikannya rasa aman. "Syukurlah kamu hidup. Kalau tidak, kita tidak akan bertemu saat ini. Terimakasih sudah bertahan hidup." Aro tidak bisa membayangkan kalau ia tidak akan pernah bertemu Tori!. Ia tidak akan mengalami persaan seperti ini jika bukan bersama Tori. Kesal, Senang, bergairah, cemas, dan beribu persaan saat ia selalu memikirkan Tori. Terlebih saat bersama Tori, persaannya bergejolak resah juga penuh hasrat.
Tori tersenyum mendapati Aro yang bersyukur ia masih tetap hidup. Tanda Aro perduli.
"Aku rindu padamu, sampai rasanya sesak." Bisik Aro di leher Tori, lalu mencium lekuk lehernya, melahap bibirnya dengan lapar, meremas dada dan pinggul Tori dengan penuh gairah. Lalu memeluk Tori erat dengan menahan gairah yang nyaris meledak. Tori pasti masih kesakitan, dan seharusnya mereka melakukannya setelah menikah..
"Sebaiknya aku mulai menjauhkan tanganku darimu, bisa-bisa sebum menikah kamu sudah hamil duluan," gumam Aro gelisah.
Tori mengerjap paham. Bagaimanapun juga, keluarga Subara adalah keluarga terhormat, skandal Perceraian Aro sudah cukup menjadi aib, Aro tidak perlu harus menanggung pernikahan karena kesan hamil diluar nikah. Dan Aro tidak mencintainya. Semalam adalah kesalahan ... tentu saja, betap bodohnya Tori bermimpi kalau Aro memiliki perasaan khusus seperti cinta padanya.
"Tentu saja. Kalau gitu aku akan ... istirahat lebih dulu." Tori melompat sigap dan tersenyum lebar pada Aro pura-pura mengerti. "Nite Aro."
Aro bengong menatap Tori yang tiba-tiba melompat menjauh dan tersenyum seakan tidak masalah apa yang Aro mau. Tapi sinar matanya redup dan sedih. Aro tidak tahu, salahnya dimana. Tapi sebelum ia mencegah Tori, gadis itu telah berjalan cepat menaiki tangga tanpa menatap Aro lagi.
Ingin tahu apa salahnya Aro bangkit dan menyusul ke kamar Tori cepat. Mengetuk pintu kamarnya.
"Tori..."
Tori membuka pintu dan menatap Aro penuh tanya. "Mulai malam ini dan seterusnya, aku mau tidur denganmu." Aro berkata tegas penuh tekad. Tidak perduli norma atau batasannya. Ia tidak mau berpisah dari Tori walau sebentar. Rasanya, Tori siap pergi jauh jika ia tidak ada disisinya
"Bagaimana dengan ..."
"Pada akhirnya toh kita akan menikah dan punya anak. Aku merasa ... kamu menjauh dan aku takut itu terjadi. Biarkan aku disisimu Tori, selamanya ...."
Tori terperangah dan menelan ludah. Aro melanggar segalanya hanya untuk Tori. Rasa bimbangnya berganti penerimaan apapun perasaan Aro, Tori sudah siap. Tori maju dan memeluk Aro. Pria itu langsung mendekapnya erat, lalu mencium Tori dalam dan penuh perasaan. Malam itu mereka tidur tanpa bercinta.
Malam itu, Tori tidak bermimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME
Romance"Hubungan kita aneh dan absurd. Lo bahkan nggak suka cewek bertato, yakin mau lanjutin rencana para kakek ini?. Pernikahan ini, akan jadi neraka buat lo." "Neraka buat gue?, bagaimana dengan lo?," Aro mengangkat alisnya. Tori menyisir helai rambutny...